SEJARAH AWAL ADANYA SUKU BADUY ATAU KANEKES

Sejarah Awal Adanya Suku Baduy Atau Kanekes - Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu grup masyarakat istiadat Sunda pada wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan “Baduy” adalah sebutan yg diberikan oleh penduduk luar pada grup warga tadi, berawal menurut sebutan para peneliti Belanda yg agaknya mempersamakan mereka menggunakan kelompok Arab Badawi yang merupakan warga yg berpindah-pindah (nomaden)
Ada 2 kategori warga di Baduy, Baduy Luar adalah orang-orang yg telah keluar berdasarkan tata cara serta daerah baduy pada. Sedangkan Baduy Dalam adalah bagian berdasarkan keseluruhan suku Baduy. Tidak misalnya baduy luar, masyarakat Baduy Dalam masih memegang teguh tata cara istiadat nenek moyang mereka. Pada dasarnya, peraturan yg ada di baduy luar serta baduy pada itu hampir sama, tetapi baduy luar lebih mengenal teknologi dibanding baduy pada.
Konon dalam lebih kurang abad ke XI dan XII Kerajaan Pajajaran menguasai seluruh tanah Pasundan yakni berdasarkan Banten, Bogor, priangan samapai ke daerah Cirebon, pada ketika itu yg sebagai Rajanya adalah PRABU BRAMAIYA MAISATANDRAMAN dengan gelar PRABU SILIWANGI.

Kemudian pada lebih kurang abad ke XV menggunakan masuknya ajaran Agama Islam yang dikembangkan oleh saudagar-saudagar Gujarat menurut Saudi Arabia dan Wali Songo pada hal ini adalah SUNAN GUNUNG JATI dari Cirebon, dari mulai Pantai Utara hingga ke selatan daerah Banten, sehingga kekuasaan Raja semakin terjepit serta ringkih dikarenakan rakyatnya poly yang memasuki agama Islam. Akhirnya raja bersama senopati dan para ponggawa yang masih setia meninggalkan keraan masuk hutan belantara kearah selatan dan mengikuti Hulu sungai, mereka meninggalkan loka asalnya menggunakan tekad misalnya yang diucapkan pada pantun upacara Suku Baduy “ Jauh teu puguh nu dijugjug, leumpang teu puguhnu diteang , malipir dina gawir, nyalindung dina gunung, mending keneh lara jeung wiring tibatan kudu ngayonan perang jeung paduduluran nu saturunan atawa jeung baraya nu masih keneh sa wangatua”
Artinya : jauh tidak menentu yang tuju ( Jugjug ),berjalan tanpa ada tujuan, berjalan ditepi tebing, berlindung dibalik gunung, lebih baik membuat malu serta hina menurut pada harus berperang dengan sanak saudara ataupun keluarga yg masih satu turunan “
Keturunan ini yg sekarang berdomisili pada kampong Cibeo ( Baduy Dalam ) menggunakan cirri-karakteristik : berbaju putih output jaitan tangan ( baju sangsang ), ikat kepala putih, menggunakan sarung biru tua ( tenunan sendiri ) hingga pada atas lutut, serta sipat penampilannya jarang bicara ( seperlunya ) tapir amah, bertenaga terhadap Hukum tata cara, tidak gampang terpengaruh, berpendirian bertenaga tapi bijaksana.
Berasal menurut Banten Girang/Serang
Menurut cerita yang sebagai senopati pada Banten dalam ketika itu adalah putra berdasarkan Prabu Siliwangi yang bernama Prabu Seda dengan gelar Prabu Pucuk Umun sesudah Cirebon dan sekitarnya dikuasai sang Sunan Gunung Jati, maka beliau mengutus putranya yg bernama Sultan Hasanudin beserta para prajuritnya buat menyebarkan kepercayaan Islam pada daerah Banten serta sekitarnya. Sehingga situasi pada Banten Prabu Pucuk Umun bersama para ponggawa serta prajurutnya meninggalkan tahta pada Banten memasuki hutan belantara dan menyelusuri sungai Ciujung hingga ke Hulu sungai , maka loka ini mereka sebut Lembur Singkur Mandala Singkah yg maksudnya tempat yang sunyi buat meninggalkan perang dan akhirnya tempat ini diklaim GOA/ Panembahan Arca Domas yang sangat di keramatkan .
Keturunan ini yang kemudian menetap di kampung Cikeusik ( Baduy Dalam ) menggunakan Khas sama menggunakan pada kampong Cikeusik yaitu : wataknya keras,acuh, sulit buat diajak bicara ( hanya seperlunya ), bertenaga terhadap hukum Adat, tidak mudah menerima donasi orang lain yg sifatnya anugerah, menggunakan baju putih ( blacu ) atau berdasarkan tenunan serat daun Pelah, iket kepala putih menggunakan sarung tenun biru tua ( diatas lutut ).
Berasal dari Suku Pangawinan ( campuran )
Yang dimaksud suku Pengawinan merupakan dari percampuran suku-suku yg pada ketika itu terdapat yg dari menurut daerah Sumedang, priangan, Bogor, Cirebon jua menurut Banten. Jadi kebanyakanmereka itu terdiri berdasarkan orang-orang yg melangggar tata cara sehingga sang Prabu Siliwangi dan Prabu Pucuk Umun dibuang ke suatu daerah tertentu. Golongan inipun ikut terdesak oleh perkembangan agama Islam sebagai akibatnya kabur terpencar kebeberapa daerah perkampungan tapi terdapat pula yg kabur kehutan belantara, sehingga ada yg tinggal di Guradog kecamatan Maja, ada yang terus menetap pada kampong Cisungsang kecamatan Bayah, serta ada yg menetap di kampung Sobang dan kampong Citujah kecamatan Muncang, maka ditempat-loka tersebut pada atas masih ada kecenderungan cirikhas tersendiri. Adapun sisanya sebagian lagi mereka terpencar mengikuti/menyusuri sungai Ciberang, Ciujung serta sungai Cisimeut yg masing-masing menuju ke hulu sungai, dan akhirnya golongan inilah yg menetap pada 27 perkampungan di Baduy Panamping ( Baduy Luar ) desa Kanekes kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak menggunakan cirri-cirinya ; berpakaian serba hitam, ikat ketua batik biru tua, boleh bepergian dengan naik tunggangan, berladang berpindah-pindah, menjadi buruh tani, mudah diajak berbicara akan tetapi masih permanen terpengaruh adanya hukum tata cara karena merekan masih wajib patuh serta taat terhadap Hukum tata cara.
Dari suku Baduy panamping pada tahun 1978 oleh pemerintah diadakan proyek PKMT ( pemukiman balik warga terasing ) yg lokasinya pada kampung Margaluyu dan Cipangembar desa Leuwidamar kecamatan Leuwidamar serta terus dikembangkan oleh pemerintah proyek ini pada kampung Kopo I dan II, kampung Sukamulya dan kampung Sukatani desa Jalupangmulya kecamatan Leuwidamar .
Suku Baduy panamping yg telah dimukimkan inilah yg disebut Baduy Muslim, dikarenakan golongan ini sudah memeluk kepercayaan Islam, bahkan ada yg telah melaksanakan rukun Islam yang ke lima yaitu memunaikan ibadah Haji.
Kini sebutan bagi suku Baduy terdiri menurut :
1. Suku Baduy Dalam yang merupakan suku Baduy yg bertempat tinggal di Tiga Tangtu ( Kepuunan ) yakni Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana.
2. Suku Baduy Panamping merupakan suku Baduy yang bedomisili di luar Tangtu yg menempati di 27 kampung pada desa Kanekes yang masih terikatoleh Hukum tata cara dibawah pimpinan Puuun ( ketua adat ).
3. Suku Baduy Muslim yaitu suku Baduy yang telah dimukimkan dan telah mengikuti ajaran kepercayaan Islam serta prilakunya sudah mulai mengikuti masyarakat luar serta sudah nir mengikuti Hukum norma.
Adapun sebutan siku Baduy berdasarkan cerita adalah asalnya menurut istilah Badui, yakni sebutan menurut golongan/ kaum Islam yg maksudnya karena suku itu nir mau mengikuti dan taat pada ajaran kepercayaan Islam, sedangkan disaudi Arabia golongan yg seperti itu diklaim Badui maksudnya golongan yang membangkang tidak mau tunduk serta sulit di atur sebagai akibatnya menurut sebutan Badui inilah sebagai sebutan Suku Baduy.
Referensi:
//perpustakaan.untirta.ac.id/warta-112-dari-usul-suku-baduy.html
//nusantara.asia/jawa/banten/wisata-alam-dan-budaya-suku-baduy/

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel