SEJARAH AWAL DAN ASAL USUL JALUR SUTRA

Sejarah Awal serta Asal Usul Jalur Sutra - Jalur Sutra merupakan nama yang diberikan seseorang Jerman bernama von Richthofen dalam Abad-18M, buat jalur darat yg menghubungkan Cina dengan Eropa. Sekalipun baru dibuka resmi pada Abad-3SM, pada masa Dinasti Han yang mulai mengirim utusan ke berbagai negara Asia Selatan serta Timur Tengah, namun Jalur Sutra sudah ada jauh sebelumnya. Jalur Sutra terdiri dari poly jalur yang bercabang-cabang, dan digunakan buat perdagangan aneka macam komoditi selain sutra seperti gading, tumbuhan, emas. Secara garis besar terdapat tiga jalur, di utara, tengah serta selatan.

Jalur Utara menghubungkan Cina dengan Eropa sampai Laut Mati, melalui Urumqi dan Lembah Fergana. Jalur Tengah menghubungkan Cina dengan Eropa hingga tepian Laut Meditrrannia, melalui Dun-huang, Kocha, Kashgar, menuju Persia. Jalur Selatan menghubungkan Cina dengan Afghanistan, Iran dan India, melalui Dun-huang dan Khotan menuju Bachtra dan Kashmir. Di Cina, Jalur Sutra berujung di Changan atau Xian, ibukota kerajaan, ke arah barat melewati koridor Gansu, menuju Dun-huang di sisi Gurun Taklimakan. Jalur utara mulai menurut Dun-huang serta Yu-men Guan, menyeberangi Gurun Gobi menuju Hami (Kumul), lalu menyisir kaki Tian-shan di bagian utara Taklimakan. Setelah oasis Turfan, menuju Urumqi serta Lembah Fergana buat masuk Eropa sampai Laut Mati. Jalur ini bercabang di Turfan, ke oasis Kucha, menuju Kashgar di kaki Pamirs.

Jalur selatan mulai Dun-huang, melewati Yang Guan, menyusuri sisi selatan Taklimakan, melalui Miran, Hetian (Khotan) serta Shache (Yarkand), menuju utara lalu menuju Kashgar. Masih ada beberapa cabang jalur, salah satunya bercabang berdasarkan jalur selatan menuju sisi timur Gurun Taklimakan ke kota Loulan, lalu bergabung dengan jalur utara di Korla. Dari Kashgar yang simpang lalulintas Asia, ada jalur menyeberangi Pamirs menuju Samarkand dan menuju selatan ke Laut Kaspia; atau jalur ke selatan melewati Karakorum menuju India; dan sebuah jalur lain menuju Kuqa, menyeberangi Tian-shan, menuju Laut Kaspia melalui Tashkent


Asal-usul Sutra serta Perkembangan Sutra pada Cina

Legenda Cina memberi gelar Dewi Sutra pada Putri Hsi-Ling-Shih, istri Kaisar Kuning yg mistis, yg dianggap memerintah Cina kurang lebih tahun 3000SM. Putri Hsi-Ling-Shih dianggap berjasa memperkenalkan ulat sutra dan cara pengembakbiakannya. Pada tahun 1927 ditemukan kepompong ulat sutra menurut masa 2600-2300SM di bantaran Sungai Huangho, Propinsi Shanxi, Cina sebelah utara. Di Qianshanyang, Propinsi Zhejiang ditemukan pita, serat sutra, serta perca, dari masa lebih kurang tahun 2000SM. Di bagian hilir Sungai Yang-tze bahkan ditemukan sebuah cangkir mini menurut gading bermotif-hias ulat sutra, alat tenun, serat sutra dan perca berdasarkan masa antara 6000-7000SM.

Pada awalnya sutra hanya boleh digunakan pada kalangan istana (raja, kerabat dekat, pejabat tinggi). Di dalam istana, kaisar mengenakan jubah sutra putih, di luar istana kaisar dan permaisurinya mengenakan jubah sutra kuning. Pada Abad-5SM, paling tidak masih ada enam propinsi Cina pembuat sutra. Setiap demam isu semi, Permaisuri memimpin langsung upacara pembuatan sutra. Kerahasiaan teknik dan proses pembuatan sutra dijaga ketat sang kerajaan. Barangsiapa membuka misteri, atau menyelundupkan telur atau kepompong sutra ke luar Cina, akan dihukum mangkat . Secara sedikit demi sedikit produksi kain sutra menjadi industri serta elemen penting ekonomi Cina, sutra digunakan sebagai instrumen musik, tali pancing, tali busur panah, tali pengikat, serta kertas tulis. Akhirnya orang kebanyakanpun boleh mengenakan pakaian sutra. Pada masa Dinasti Han [206SM-220M] sutra nir lagi sekedar produk industri atau barang dagangan. Petani membayar pajak dengan beras dan sutra, pegawai menerima gaji dan bantuan gratis sutra.


Perdagangan Sutra

Sutra menjadi komoditi perdagangan internasional Cina yang sangat berharga antara. Perdagangan sutra sudah terjadi jauh sebelum Jalur Sutra dibuka resmi dalam Abad-3SM. Di desa Deir el Medina dekat Thebes, Lembah Raja-raja, Mesir, situs makam para pekerja raja Mesir, ditemukan mummi seseorang wanita berusia antara 30-50 tahun. Mummi tadi mengenakan sutra. Berdasarkan data anthropologis, metode mummifikasi, keadaan makam serta ‘amino-acid racemization’, mummi tadi dinyatakan dari menurut lebih kurang tahun 1070, masa Dinasti Ke-21! [G.lubec, J. Holaubek, C. Feldl, B. Lubec, E. Strouhal. NATURE, March 4, 1993]. Sebelum temuan ini, tercatat bahwa sutra digunakan pada Mesir dalam masa Dinasti Ptolomeik (sekitar Abad-tiga), termasuk Cleopatra.

Pada Abad-4SM, orang-orang Yunani serta Roma mulai berbicara mengenai Seres, Kerajaan Sutra. Beberapa sejarawan menceritakan bahwa pasukan Marcus Licinius Crassus, Gubernur Siria, merupakan orang Romawi pertama yang matanya silau (dalam arti sebenarnya) lantaran sutra. Dalam pertempuran Carrhae dekat Sungai Efrat, tahun 53SM, para serdadu Romawi panik lantaran mata mereka silau sang kilauan sutra rompi pelindung serdadu Partian. Dalam waktu satu dasawarsa sutra Cina sebagai sandang tertentu elit Roma (semua pakaian Kaisar Heliogabalus [218-222] terbuat menurut sutra), akan tetapi segera meluas ke berbagai lapisan rakyat, bahkan yang terendah, seperti dicatat Marcellinus Ammianus, tahun 380. Permintaan sutra semakin meningkat, sebagai akibatnya harga sutra pada Roma sangat tinggi (sepotong sutra dari jenis terbaik berharga 300 denarii, senilai honor setahun prajurit Romawi). Banyak asal menyatakan bahwa permintaan tinggi sutra impor sudah merusak sendi-sendi ekonomi Romawi.

Pada Abad-2SM, duta Kaisar Wu-Ti berdasarkan Dinasti Han mengunjungi Persia dan Mesopotamia, membawa aneka macam bantuan gratis, termasuk sutra. Kejayaan sutra serta Jalur Sutra berlanjut pada masa Dinasti Tang [618-907], seperti terbukti dari banyak penemuan arkeologis (penemuan Aurel Stein tahun 1907 adalah galat satu yg paling dramatis). Stein menemukan lebih berdasarkan 10,000 naskah, berbagai lukisan, kain dan panji sutra di sebuah ruangan di Gua Seribu Buddha, dekat Dunhuang, sebuah loka perhentian di sebelah baratlaut Gansu. Artefak itu merupakan barang yg disembunyikan para biarawan Buddhis karena adanya sinyal serangan suku Tangut menurut Tibet, sekitar tahun 1015.


Perdagangan Jalur Sutra

Selama satu milenium berikutnya, produk gelas Jahudi serta kain linen menjadi barang dagang primer yang dipertukarkan dengan sutra dan rempah dari Cina serta India. Kayumanis (cinnamon), cassia (kulit kayu bahan pembuat kayumanis), jade, kamper, serta produk Cina lainnya mempunyai pasar yg mengagumkan pada Barat. Rujukan terawal dalam naskah tentang produk berdasarkan Asia Timur (cinnamon serta cassia), terdapat di Kel30:23: Musa diperintahkan buat mengambil "rempah-rempah pilihan, mur tetesan limaratus syikal, dan kayu teja (kayumanis) yg harum (kinamon besem) 1/2 berdasarkan itu". Dalam Kel.30:24 disebutkan bahwa Musa diperintahkan buat mengambil "kayu teja (kayumanis, cassia, kiddah) lima ratus syikal".

Dalam naskah Mishnah, seorang tokoh halakah Rabbi Chiyya bar Abba disebut menjadi keliru seorang peniaga Timur-Dekat, yang memperdagangkan tiga barang dagangan utama di sepanjang jalur ke Cina, yaitu: barang-barang menurut kaca, rami halus, serta linen.herodotus (485-425SM) menyatakan bahwa istilah Yunani kinnamomon berasal menurut Kanaan (3.111). Begitu pula istilah yg digunakan dalam Kitab Keluaran buat cassia, kiddah, ada pada bahasa Yunani menjadi Kitto. Kata lain pada Alkitab kes’iah (Maz45.9), menjadi kata Yunani Kasia. Transkripsi istilah Aram ke bahasa Yunani memperlihatkan bahwa para pedaganglah yang pertama kali membawa rempah tersebut menurut abad-5SM berdasarkan Asia Timur ke Kawasan Mediterranean sebagai barang dagangan. Sebuah manuskrip Latin abad-4, Descriptus Orbis, menjelaskan Beth Shean sebagai sebuah kota pemasok kain bagi seluruh dunia. Keunggulan tekstil dan pakaian yang diproduksi kalangan Jahudi Beth Shean jua diakui oleh Kaisar Romawi Diocletian.

Pada tahun 296 Diocletian menerbitkan dekrit yang memutuskan patokan harga dan upah di semua kekaisaran Romawi, produk tekstil Beth Sean menduduki loka teratas. Untuk produk kaca, dekrit itu hanya mendaftar dua jenis saja, yaitu vitri Ijudaici (barang produk kaca Jahudi) serta vitri Alessandrini (barang produk kaca Alexandria). Kaisar Romawi lain, Hadrian, menyatakan bahwa Jahudi adalah pembuat kaca Alexandria. Kedua hal ini menyatakan Jahudi merupakan pembuat kaca kelas dunia pada masa Romawi. Aurel Stein menemukan banyak sekali serpihan kaca kepingan pada berbagai situs pada sepanjang Jalur Sutra pada Kawasan Xinjiang Cina. Stein pula menemukan aneka macam jenis naskah yang ditulis dalam kertas atau kayu, dalam banyak sekali bahasa termasuk Aram.

sumber:
//tulisdunia.blogspot.com/2009/10/sejarah-jalur-sutra-berasal-usul.html

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel