CERPEN PRAMUKA CALL FROM THE PAST CHARISSA E


BELAJAR PRAMUKA - Untuk kesekian kalinya, akumerenggangkan badan serta menguap. Hari ini, pekerjaanku poly sekali. Gara-garasekretarisku perlop, saya wajib mengerjakan semuanya sendirian.
.
.
“Miss, sudah larut, lebih baik Miss selesaikan pekerjaan Missbesok pagi. Miss harus istirahat,” lagi-lagi robot pelayanku mendatangi ruangkerjaku ini.
.
.
Yah, dia ada benarnya juga sih. Aku wajib bangun pagi besok untukmenghadiri rapat pada tempat kerja pusat. Aku membereskan meja kerjaku dan beranjakmeninggalkan ruang kerja itu.
.
.
“Terima kasihuntuk saranmu. Aku akan tidur sekarang. Tolong buatkan saya kopi besok pagi,”kataku padanya.
“Tentu, Miss. Selamat tidur,” robot itu pun pulang ke “kamarnya”.
.
.
Aku menyalakan lampu tidur dan menyelinap pada kembali selimut. Malamini hujan turun deras sekali dan menciptakan suasana sebagai dingin. Aku menutupmata dan mulai terlelap.
.
.
“Callissa…”
Sebuah bunyi yang lembut memanggil-manggil namaku.
“Aku sudah usang menunggumu, Callisa…”
Tunggu, cita rasanya aku kenal suara ini.
“Hei… Callisa? Ayo bangun!” Sebuah tangan yg dingin menyentuhkulitku.
Aku terperanjatdan langsung membuka mataku. Ruangan ini… bukan kamarku…
“Wanda?? Di mana kau?” Panggilku sembari mengucek-ngucek mataku.wanda merupakan robot pelayanku yang tadi malam menyuruhku buat segera tidur.
.
.
“Hahahaha… saya bukan Wanda, Lissa. Kau niscaya belum sadarsepenuhnya,” bunyi yg tadi membangunkanku terdengar lagi. Akumengerjap-ngerjap buat melihat seorang yang sedang duduk pada ujung ranjang.seorang pria berkulit pucat, berambut kelam, bermata abu-abu, dan memilikiwajah yang dingin tetapi cukup memesona.
.
.
“Siapa kau?”
Laki-laki itu berdiri serta menghampiriku. Dia membungkuk danmenatapku menurut dekat. Jarak antara wajahnya dan wajahku hanya berkisar sekitar1 jengkal saja.
“Kau konfiden tidak mengenalku?” Senyum menggodanya tersungging.
“Tidak sedikit pun,” jawabku singkat.
“Yah… anggap saja saya adalah laki-laki tertampan sedunia serta kauadalah gadis yg beruntung sanggup menerima aku ,” pungkasnya menggunakan nada yangmenurutku menyebalkan.
Aku menelengkan ketua. “Sungguh, saya nir mengerti maksudmu.”
Dia tertawa lagi. Dia menarik tanganku dengan keras hingga akuberdiri dan jatuh tepat ke pelukannya.
“Hei!” Aku memukul tangannya serta berusaha melepaskan diri. “Akankumasukkan kau ke penjara!”
“Atas dasar apa? Menggodamu?”
Aku mendengus kesal. “Anggaplah begitu. Aku ini direktur utama diperusahaan RPI serta aku merupakan aset berharga mereka. Mereka akan melakukanapapun padamu.”
.
.
“Ini bukanlah masamu yg sudah canggih itu,” suaranya menggelitiktelingaku. “Aku telah menunggumu semenjak usang, dari sebelum kau lahir ke global.dan kini kau terdapat di sini tapi kau bahkan tidak mengenalku?”
.
.
“Berhentibercanda. Aku wajib menghadiri kedap penting hari ini!” Aku menyikut dadanyadan langsung menghindar darinya.
Laki-laki itu mengelus dadanya. “Pergilah, tapi suatu ketika nanti,kaulah yang akan tiba padaku.”
Seketika pandanganku sebagai kabur serta gelap begitu saja.
“Miss, bangun! Anda akan terlambat apabila tidak segerabersiap-siap!” Kali ini terdengar bunyi Wanda.
Aku terlonjak menggunakan nafas terengah-engah. “Wanda, ini benar kaukan?”
“Tentu saja, Miss. Aku Wanda, pelayan pribadimu,” jawabnyasingkat.
Aku mendesah lega. “Terima kasih telah membangunkan aku . Aku akanmandi dulu.”
.
.
Aku beranjak menurut tempat tidur dan berjalan ke kamar mandiku. Mimpitadi sahih-benar menggangguku. Seusai mandi dan berpakaian, saya turun ke lantai1 rumahku dan segera sarapan. Untungnya, Wanda menyiapkan sandwich salmon yangmenggugah kesukaan sehingga aku bisa melupakan mimpi itu sejenak.
.
.
Aku berangkat ke kantor pusat R.P.I serta segera masuk ke ruangrapat. Sejujurnya saya agak gugup. Rapat ini akan dihadiri oleh CEO RoboLiteGroup yang nir pernah kutemui sebelumnya. Begitu masuk, aku sahih-benarterperangah. Di tempat yang disediakan untuk CEO RoboLite Group, ada seoranglaki-laki yang tidak asing bagiku. Dia merupakan laki-laki yg ada pada mimpikusemalam!
.
.
“Nah, karena Ms. Callissa sudah tiba, mampu kita mulai rapatnya?”Tiba-datang suaranya memecah keheningan ruangan itu.
Aku berusaha konsentrasi serta duduk di tempatku sendiri. “Si…silakan…” ujarku gugup.
“Tidak usah gugup, Ms. Callisa,” bisik pria itu yg sialnyaduduk tepat di sebelahku.
.
.
Seusai kedap, saya cepat-cepat pulang ke cafetaria kantor danmembeli secangkir teh hangat dan sebuah muffin blueberry. Setelah membayar,saya duduk di meja dua kursi dan mulai menikmati makanan ringan itu sambil membacaberita hari ini lewat ponselku. Saat sedang asyik membaca, terdengar suaraderitan kursi di depanku. Aku mengangkat wajahku serta mendapati pria sialanitu sedang duduk pada depanku dengan senyum menggodanya.
.
.
“Wah.. Wah.. Apa kau nir sarapan tersebut pagi?” Katanya sambilsetengah tertawa.
“Pukul 10, saatnya makanan ringan pagi hari,” jawabku sekenanya. Akumenyeruput tehku lagi serta kembali asyik menggunakan ponselku.
“Riefal,” ujarnya tiba-datang.
“Maaf?”
“Itu namaku,” jelasnya. “Aku konfiden kau bahkan tidak memahami namaku.”
Aku hanya mengangkat bahu. “100 poin untukmu.”
Dia menarik ponselku dengan begitu cepat serta menaruhnya pada atasmeja. “Aku hanya sementara pada sini. Kuharap kau juga bersiap-siap sebelumwaktunya tiba.”
Aku menatapnya dengan tajam. “Oke, katakan apa maumu serta berhentimenggangguku!”
“Aku nir sedang mengganggumu, Sayang. Dan yg aku inginkanhanyalah menjemputmu.”
Dia menjentikkan jarinya serta seketika orang-orang pada cafe itumematung, seolah-olah saat telah berhenti.
“Ini nir lucu. Berhentilah bermain-main!” Aku beranjak darikursiku.
Riefal ikut berdiri dan mencegatku. Dia memegangi tanganku danmenariknya. “Sayangnya saya sedang nir bermain.”
.
.
Sebuah sinar terperinci menyilaukan mataku. Dan ketika saya membuka mata,saya berada pada atas awan, melayang-layang ad interim di bawahku, kehancuran adadi mana-mana. Gedung tempatku bekerja sudah rata menggunakan tanah. Daerah ituseolah habis dilalap barah dalam semalam.
“Ini yg akan terjadi jika kau nir ikut bersamaku,” Riefalmasih berada pada sebelahku. “Kepergianmu mengakibatkan ketidakseimbangan di alamini.”
“A..apa maksudmu?”
.
.
“Kau adalah putri mentari , dan saya adalah pangeran bulan. Kaupergi berdasarkan tempatmu lantaran nir terima menggunakan keputusan ayahmu yg inginmenghancurkan global manusia. Kau berniat buat pulang ke global manusia danmenjadi manusia sungguhan agar ayahmu nir menghancurkan dunia itu. Aku ada disana ketika itu. Aku sebagai tunanganmu berusaha mencegahmu, tetapi kau terjatuhke dalam portal dengan ingatan terhapus. Selama bertahun-tahun,  saya berusaha menemukan keberadaanmu. Dansekarang, saya berhasil menemukanmu,” beliau memegang tanganku lagi. “Tolongkembalilah, Callisa. Dalam beberapa hari ke depan, matahari akan menghanguskandunia manusia karena tidak adanya penopang dari kekuatanmu. Keluargamu berusahamempertahankan ekuilibrium surya agar dapat terus berfungsi sepertibiasanya, tapi tentu saja itu nir akan bertahan lama . Kumohon kembalilah, Putriku..”
.
.
Sekejap, akuingat kembali mengenai keluargaku yg sebenarnya serta segala hal yang sempatterhapus pada ingatanku. Dan kini aku jangan lupa tentang Riefal, putra raja Bulanyang juga merupakan sahabatku sejak mini . Laki-laki yang sangat aku sayangi.
.
.
Aku balas menggenggam tangannya dengan kuat. Air mataku mulaimengalir. “Aku rindu padamu, Riefal.”
Riefal menarik pinggangku menggunakan lembut serta menyambutku dalampelukannya. “yuk kita pulang.”
.
.
Cerpen Karangan: Charissa E

Facebook : ChocoCharamella

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel