OSPEK FAKULTAS YANG MENYERAMKAN
Wednesday, January 9, 2019
Edit
OSPEK FAKULTAS
CERITA HORROR
Kisah ini konkret ketika ospek fakultas. Kejadiannya lebih kurang pertengahan awal bulan oktober lalu. Tiap tahun ajaran baru pada kampusku ada ospek fakultas.
Lokasinya selalu di luar kota, umumnya pada lokasi perkemahan. Tahun ini pun ternyata sama, yaitu di bumi perkemahan, Trawas, Jatim. Aku sebenernya uda gak perlu gituan. Karna skrg uda semester 3. Acara itu buat mahasiswa baru aja.
Acara ini berlangsung di minggu UTS. Dan terdapat 3 mata kuliah semster 1 yang ujiannya dilaksakan di lokasi ospek. Mungkin ini sengaja pada atur oleh panitia supaya peserta ospek banyak. Celakanya, galat 1 dr ketiga makul itu terdapat yang saya ambil. Memang tiga makul itu merupakan makul smster 1. Tp karna tahun kemudian blm ku program, akhirnya tahun ini saya ambil. Mau tdk mau aku hrs ikut kesana, krna utk tiga makul tsb tdk terdapat ujian susulan.
Ospeknya dilaksanakan tiga hari. Jumat,sabtu,minggu. Karena jadwal ujianku pada hari sabtu, maka saya berencana berangkat dr surabaya sabtu pagi. Aku berangkat dengan temanku (Ali) naik sepeda motor. Perjalanan kurang lebih 2 jam.
Singkat cerita aku serta Ali hampir sampai pada lokasi. Kami melewati tanjakan yang sangat curam serta mencari gereja pada jalan itu. Konon gereja itu terkenal. Bumi perkemahan itu milik gereja tadi.
Akhirnya kami menemukanya. Bangunan gereja itu kuno. Hampir misalnya bangunan belanda. Di sebelah kirinya terdapat tempat tinggal yg musnah atapnya. Tinggal kerangka temboknya saja. Kami menyusuri jalan setapak di kiri gereja.
Tidak usang lalu nampak pada depan kami pintu gerbang tua dengan tinggi kurang lebih 3 meter. Budi, sahabat kami yg sebagai panitia membukakan pintu gerbang.
Setelah memarkir sepeda motor, saya meninggalkan Ali. Berjalan melewati tenda~tenda menuju lokasi ujian. Aku melihat laki~laki berambut panjang dan diikat. Berjalan membawa amplop coklat berisi soal ujian dan duduk dibawah pohon. Aku yakin itu Mas Nanang, petugas TU. Aku menghampirinya.
“Mas, ujian pengantar ilmu komunikasi dimulai jam berapa.?” Tanyaku. “Loh Ran, ujiannya dimajukan kemarin.” Aku mendesah. “Coba nanti saya bilang ke dosenmu ya, barangkali masi ada soalnya”. Aku hanya mengangguk saja.
“Tempatnya lezat ya Ran. Baru sekali saya kesini. Biasanya aku ikut ospek fakultas ekonomi, selalu pada villa.” Katanya. “Iya mas, lebih alami” jawabku singkat sembari melihat cincin batu di jarinya.
“Tapi aku penasaran. Ada yang kesurupan enggak ya nanti malam.” Aku kaget. “Tapi kalo ada yang kesurupan umumnya dia akan menjelaskan kesalahan orang tersebut” aku hanya membisu.
Aku berfikir, percuma kesini. Sekalian ujian pada surabaya saja. Toh aku uda sampe sini, biasa jd pertimbangan dosen.
Setelah pamit, saya berjalan ke loka Ali. Kami menunggu Rifi. Dia yg membawa tenda kami. Katanya menyusul, lantaran sabtu beliau bekerja. Setelah Rifi tiba, tepat maghrib kami mendirikan tenda. Setelah itu kami menciptakan kopi serta soup.
Malam ini adalah malam puncak , barah unggun. Biasanya diisi acara teater, puisi serta lagu~lagu. Kami hanya melihat menurut tenda.
Tiba-datang kami mendengar orang muntah. Kemudian tertawa cekikikan. Detak jantungku tiba-tiba tidak beraturan.
“Gakpapa, itu paling orang teater” istilah Rifi. Tetapi saya nir percaya lantaran suaranya dari kamar mandi pada ujung beringin. Beberapa orang keluar tenda serta berjalan menuju lokasi kamar mandi”
Aku mengajak Ali serta Rifi turun pula. Aku melihat ada cowok berambut gondrong digiring keluar hingga di depan pintu gerbang. Pipinya ditampar beberapa kali oleh orang yang menggiringnya. Aku, Ali serta Rifi hanya berdiam terpaku.
“Ambil air di ember.! Mabuk orang ini.! Bawa kesini juga miras di mobilnya.!!” Kata pemukul itu.
“Sakit.. Sakit badanku. Siapa yang memukulku.?” Tanyanya sambil bergemetar.
“Aku.!” Kemudian orang ini memukulnya lagi sembari mengguyur badan orang itu menggunakan air ember.
“Dia setengah kesurupan setengah sadar. Tapi beliau jg punya pegangan. Yang nunggu disini tdk nyaman dengan peganganya” bisik Rifi. Aku hanya mampu menelan ludah.
“Awas. Mereka menyerang. Mereka menyerang dr barat. Aku takut..! Aku takutt.!!” Kata pemabuk itu ketakutan.
“Tidak ada yang nyerang.! Istighfar.!” Teriak orang yang tersebut memukul dan menyiramnya. Kemudian dia membuang seluruh miras ke tanah yg menciptakan orang itu mabuk.
Namun beliau masih saja ketakutan bahwa dia diserang bnyk orang. Mungkin yang dia maksud adalah penunggu loka itu. Akhirnya kelompok alumni ospek fakultas menggiringnya keluar lagi. Aku ingin ikut akan tetapi dihentikan sang Rifi.
Kami berjalan menuju tenda kami. Sambil bercerita, kami menghabiskan kopi. Tiba~tiba kami bertiga dibentuk kaku lagi. Disebelah kiri tenda kami merupakan kebun pisang. Sama sekali tidak ada angin. Semua pohon diam, nir terdapat daun yang bergerak sedikitpun. Tetapi ada satu pohon pisang yg selalu berkecimpung mobilitas sendiri dan daunnya saling beradu. Seperti ada yg menggoyang btg pohonnya. Jam memperlihatkan pukul 01.37 WIB. “Pohon pisang itu begitu sejak ada yg kesurupan tersebut..” kataku dalam Rifi serta Ali.
Ada yg tidak wajar. Seketika bulu kudukku berdiri. Aku pribadi masuk ke pada tenda serta berusaha untuk tidur. Seakan nir ada insiden apa~apa. Ali segera menyusul ke pada. Aku tidak memahami apa yang Rifi lakukan.
Tiba-tiba saya terbangun dan melihat setengah badan Rifi pada pada tenda. Dan 1/2 lagi pada luar tenda. Aku membangunkannya. Kemudian saya menciptakan kopi. Ali yang bangun duluan serta habis jalan~jalan akhirnya menghampiri kami. Kami bercerita mengenai kejadian semalam tersebut.
Dari cerita itu aku merogoh konklusi dalam cerita ospek fakultas. Jangan melakukan maksiat di tempat-loka angker, misalnya minum miras. Kedua, jangan lagi mendirikan tenda pada dekat kebun PISANG.
Lokasinya selalu di luar kota, umumnya pada lokasi perkemahan. Tahun ini pun ternyata sama, yaitu di bumi perkemahan, Trawas, Jatim. Aku sebenernya uda gak perlu gituan. Karna skrg uda semester 3. Acara itu buat mahasiswa baru aja.
Acara ini berlangsung di minggu UTS. Dan terdapat 3 mata kuliah semster 1 yang ujiannya dilaksakan di lokasi ospek. Mungkin ini sengaja pada atur oleh panitia supaya peserta ospek banyak. Celakanya, galat 1 dr ketiga makul itu terdapat yang saya ambil. Memang tiga makul itu merupakan makul smster 1. Tp karna tahun kemudian blm ku program, akhirnya tahun ini saya ambil. Mau tdk mau aku hrs ikut kesana, krna utk tiga makul tsb tdk terdapat ujian susulan.
Ospeknya dilaksanakan tiga hari. Jumat,sabtu,minggu. Karena jadwal ujianku pada hari sabtu, maka saya berencana berangkat dr surabaya sabtu pagi. Aku berangkat dengan temanku (Ali) naik sepeda motor. Perjalanan kurang lebih 2 jam.
Singkat cerita aku serta Ali hampir sampai pada lokasi. Kami melewati tanjakan yang sangat curam serta mencari gereja pada jalan itu. Konon gereja itu terkenal. Bumi perkemahan itu milik gereja tadi.
Akhirnya kami menemukanya. Bangunan gereja itu kuno. Hampir misalnya bangunan belanda. Di sebelah kirinya terdapat tempat tinggal yg musnah atapnya. Tinggal kerangka temboknya saja. Kami menyusuri jalan setapak di kiri gereja.
Tidak usang lalu nampak pada depan kami pintu gerbang tua dengan tinggi kurang lebih 3 meter. Budi, sahabat kami yg sebagai panitia membukakan pintu gerbang.
Setelah memarkir sepeda motor, saya meninggalkan Ali. Berjalan melewati tenda~tenda menuju lokasi ujian. Aku melihat laki~laki berambut panjang dan diikat. Berjalan membawa amplop coklat berisi soal ujian dan duduk dibawah pohon. Aku yakin itu Mas Nanang, petugas TU. Aku menghampirinya.
“Mas, ujian pengantar ilmu komunikasi dimulai jam berapa.?” Tanyaku. “Loh Ran, ujiannya dimajukan kemarin.” Aku mendesah. “Coba nanti saya bilang ke dosenmu ya, barangkali masi ada soalnya”. Aku hanya mengangguk saja.
“Tempatnya lezat ya Ran. Baru sekali saya kesini. Biasanya aku ikut ospek fakultas ekonomi, selalu pada villa.” Katanya. “Iya mas, lebih alami” jawabku singkat sembari melihat cincin batu di jarinya.
“Tapi aku penasaran. Ada yang kesurupan enggak ya nanti malam.” Aku kaget. “Tapi kalo ada yang kesurupan umumnya dia akan menjelaskan kesalahan orang tersebut” aku hanya membisu.
Aku berfikir, percuma kesini. Sekalian ujian pada surabaya saja. Toh aku uda sampe sini, biasa jd pertimbangan dosen.
Setelah pamit, saya berjalan ke loka Ali. Kami menunggu Rifi. Dia yg membawa tenda kami. Katanya menyusul, lantaran sabtu beliau bekerja. Setelah Rifi tiba, tepat maghrib kami mendirikan tenda. Setelah itu kami menciptakan kopi serta soup.
Malam ini adalah malam puncak , barah unggun. Biasanya diisi acara teater, puisi serta lagu~lagu. Kami hanya melihat menurut tenda.
Tiba-datang kami mendengar orang muntah. Kemudian tertawa cekikikan. Detak jantungku tiba-tiba tidak beraturan.
“Gakpapa, itu paling orang teater” istilah Rifi. Tetapi saya nir percaya lantaran suaranya dari kamar mandi pada ujung beringin. Beberapa orang keluar tenda serta berjalan menuju lokasi kamar mandi”
Aku mengajak Ali serta Rifi turun pula. Aku melihat ada cowok berambut gondrong digiring keluar hingga di depan pintu gerbang. Pipinya ditampar beberapa kali oleh orang yang menggiringnya. Aku, Ali serta Rifi hanya berdiam terpaku.
“Ambil air di ember.! Mabuk orang ini.! Bawa kesini juga miras di mobilnya.!!” Kata pemukul itu.
“Sakit.. Sakit badanku. Siapa yang memukulku.?” Tanyanya sambil bergemetar.
“Aku.!” Kemudian orang ini memukulnya lagi sembari mengguyur badan orang itu menggunakan air ember.
“Dia setengah kesurupan setengah sadar. Tapi beliau jg punya pegangan. Yang nunggu disini tdk nyaman dengan peganganya” bisik Rifi. Aku hanya mampu menelan ludah.
“Awas. Mereka menyerang. Mereka menyerang dr barat. Aku takut..! Aku takutt.!!” Kata pemabuk itu ketakutan.
“Tidak ada yang nyerang.! Istighfar.!” Teriak orang yang tersebut memukul dan menyiramnya. Kemudian dia membuang seluruh miras ke tanah yg menciptakan orang itu mabuk.
Namun beliau masih saja ketakutan bahwa dia diserang bnyk orang. Mungkin yang dia maksud adalah penunggu loka itu. Akhirnya kelompok alumni ospek fakultas menggiringnya keluar lagi. Aku ingin ikut akan tetapi dihentikan sang Rifi.
Kami berjalan menuju tenda kami. Sambil bercerita, kami menghabiskan kopi. Tiba~tiba kami bertiga dibentuk kaku lagi. Disebelah kiri tenda kami merupakan kebun pisang. Sama sekali tidak ada angin. Semua pohon diam, nir terdapat daun yang bergerak sedikitpun. Tetapi ada satu pohon pisang yg selalu berkecimpung mobilitas sendiri dan daunnya saling beradu. Seperti ada yg menggoyang btg pohonnya. Jam memperlihatkan pukul 01.37 WIB. “Pohon pisang itu begitu sejak ada yg kesurupan tersebut..” kataku dalam Rifi serta Ali.
Ada yg tidak wajar. Seketika bulu kudukku berdiri. Aku pribadi masuk ke pada tenda serta berusaha untuk tidur. Seakan nir ada insiden apa~apa. Ali segera menyusul ke pada. Aku tidak memahami apa yang Rifi lakukan.
Tiba-tiba saya terbangun dan melihat setengah badan Rifi pada pada tenda. Dan 1/2 lagi pada luar tenda. Aku membangunkannya. Kemudian saya menciptakan kopi. Ali yang bangun duluan serta habis jalan~jalan akhirnya menghampiri kami. Kami bercerita mengenai kejadian semalam tersebut.
Dari cerita itu aku merogoh konklusi dalam cerita ospek fakultas. Jangan melakukan maksiat di tempat-loka angker, misalnya minum miras. Kedua, jangan lagi mendirikan tenda pada dekat kebun PISANG.
CERITA HORROR : OSPEK FAKULTAS
SUMBER : Ceritahorror.com