EJAAN

Seri PenyuluhanPusat Pembinaan
Badon Pengembangan don Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan don Kebudayaan
Jakarta
2015

iSeri Penyuluhan Bahasa IndonesiaEJAANSriyanto
Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan
Jakarta
2014

iiKATA PENGANTARPenggunaan bahasa Indonesia ketika ini dalam syarat yang
memprihatinkan. Kita menyaksikan pada ruang-ruang publik
bahasa Indonesia nyaris tergeser sang bahasa asing. Ruang
publik yg seharusnya adalah ruang yg menunjukkan
identitas keindonesiaan melalui penggunaan bahasa
Indonesia ternyata sudah poly disesaki oleh bahasa asing.
Berbagai papan nama, baik papan nama pertokoan, restoran,
pusat-pusat perbelanjaan, hotel, perumahan, periklanan,
maupun kain rentang hampir sebagian akbar tertulis dalam
bahasa asing.
Mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai
ranah, baik ranah kedinasan, pendidikan, jurnalistik,
ekonomi, maupun perdagangan, juga belum membanggakan.
Di pada banyak sekali ranah tersebut, campur campurkan dan kocok penggunaan
bahasa masih terjadi. Berbagai kaidah yg telah berhasil
dibakukan dalam pengembangan bahasa juga belum
sepenuhnya diindahkan oleh para pengguna bahasa.
Sementara itu, para pejabat negara, para cendekia, dan
tokoh warga , termasuk tokoh publik, yg seharusnya
memberikan keteladanan dalam berbahasa Indonesia
ternyata jua belum bisa memenuhi harapan warga .
Penghargaan kebahasaan yang pernah diberikan kepada para
tokoh warga tersebut tampaknya belum mampu
memotivasi mereka buat menaruh keteladanan dalam
berbahasa Indonesia.
Berbagai problem tadi memberitahuakn bahwa
upaya training bahasa Indonesia pada berbagai lapisan
masyarakat masih menghadapi tantangan yang relatif berat.

iii
Oleh karenanya, Badan Pengembangan serta Pembinaan
Bahasa—melalui Pusat Pembinaan dan Pemasyarakatan—
masih perlu bekerja keras buat membangkitkan kembali
kecintaan serta pujian warga terhadap bahasa
Indonesia. Upaya itu ditempuh melalui peningkatan sikap
positif warga terhadap bahasa Indonesia dan
peningkatan mutu penggunaan bahasa Indonesia dalam
berbagai ranah. Upaya itu juga dimaksudkan agar kedudukan
dan fungsi bahasa Indonesia, baik sebagai bahasa nasional
maupun bahasa negara, makin mantap pada tengah terpaan
gelombang globalisasi waktu ini.
Untuk mewujudkan itu, telah disediakan berbagai
bahan acum kebahasaan dan kesastraan, seperti (1)
pedoman ejaan, (dua) rapikan bahasa standar, (3) panduan istilah, (4)
glosarium, (5) kamus besar bahasa Indonesia, serta (6)
berbagai kamus bidang ilmu. Selain itu, pula telah dilakukan
berbagai kegiatan kebahasaan serta kesastraan, seperti
pembakuan kosakata dan istiah, penyusunan berbagai
pedoman kebahasaan, serta pemasyarakatan bahasa Indonesia
kepada berbagai lapisan rakyat.
Terkait dengan kegiatan pemasyarakatan bahasa
Indonesia, terutama yang berupa penyuluhan bahasa, juga
telah disusun sejumlah bahan dalam bentuk seri penyuluhan
bahasa Indonesia. Salah satu di antaranya merupakan Seri
Penyuluhan Bahasa Indonesia: Ejaan
ini. Hadirnya buku
seri penyuluhan ini dimaksudkan sebagai bahan penguatan
dalam pelaksanaan aktivitas pemasyarakatan bahasa
Indonesia yang baik dan benar kepada berbagai lapisan
masyarakat.
Penerbitan kitab ini nir terlepas dari kerja keras
penyusun, yaitu Drs. Sriyanto, M.M., M.pd., dan
penyunting, Dra. Rini Adiati Ekoputranti, M.M., M.pd.

iv
Untuk itu, kami membicarakan ucapan terima kasih dan
penghargaan pada yang bersangkutan.
Mudah-mudahan kitab ini bermanfaat, baik bagi
masyarakat maupun penyuluh bahasa yg bertugas di
lapangan.
Jakarta, November 2014Dra. Yeyen Maryani, M.hum.Kepala Pusat Pembinaan
dan Pemasyarakatan

vDAFTAR ISIKata Pengantar ------------------------------------------------------- ii
Daftar Isi -------------------------------------------------------------- v
I. PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Ejaan ------------------------------------------------ 5
1.dua Ejaan yang Pernah Berlaku pada Bahasa Indonesia------- 6
1.tiga Ejaan dan Transliterasi ----------------------------------------- 11
II. PEMAKAIAN HURUF
2.1 Pemakaian Huruf dalam Bahasa Indonesia ------------------ 15
2.dua Pemakaian Huruf Kapital -------------------------------------- 18
III PENULISAN KATA
3.1 Penulisan Gabungan Kata Berimbuhan ---------------------- 31
3.dua Penulisan Kata Depan ------------------------------------------ 40
3.tiga Penulisan Partikel ----------------------------------------------- 43
3.4 Penulisan Singkatan serta Akronim ---------------------------- 47
3.lima Penulisan Angka dan Lambang Bilangan ------------------- 61
3.6 Penulisan Kata Ganti dan Kata Sandang -------------------- 69
IV. PEMAKAIAN TANDA BACA
4.1 Tanda Titik ------------------------------------------------------- 72
4.dua Tanda Koma ----------------------------------------------------- 74
4.tiga Tanda Titik Koma ----------------------------------------------- 79
4.4 Tanda Titik Dua-------------------------------------------------- 82
4.lima Tanda Hubung --------------------------------------------------- 86

vi
4.6 Tanda Pisah ------------------------------------------------------ 89
4.7 Tanda Tanya ----------------------------------------------------- 90
4.8 Tanda Seru ------------------------------------------------------- 91
4.9 Tanda Elipsis ---------------------------------------------------- 92
4.10 Tanda Petik ----------------------------------------------------- 93
4.11 Tanda Kurung -------------------------------------------------- 95
4.12 Tanda Garis Miring ------------------------------------------- 96
4.13 Tanda Apostrof ------------------------------------------------ 97
V. PENULISAN UNSUR SERAPAN
5.1 Ketentuan Umum Penulisan Unsur Serapan ---------------- 101
5.dua Pengelompokan Unsur Serapan ------------------------------- 102
5.dua.1 Tulisan Tetap, namun Ucapan Berubah --------------------- 102
5.dua.2 Tulisan serta Lafal Berubah ---------------------------------- 103
5.2.tiga Unsur Serapan yang Sudah Lazim ------------------------- 104
VI. PENUTUP

1I. PENDAHULUANDalam kehidupan kita aktivitas tulis-menulis sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Para murid harus
menulis tugas menurut gurunya. Para guru wajib menulis
rencana pembelajarannya. Begitu juga para mahasiswa
dan dosen. Para pekerja di tempat kerja harus menulis surat atau
laporan kegiatan. Para wartawan dan insan media massa
harus menulis kabar yg akan yg akan dimuat di
medianya. Pendek istilah, hampir semua aktivitas manusia
tidak bisa dilepaskan menurut kegiatan tulis-menulis.
Banyak hal yg wajib diperhatikan pada kegiatan
tulis-menulis tersebut. Salah satunya merupakan penggunaan
bahasanya. Penggunaan bahasa itu mencakup penggunaan
ejaan, pemilihan kata, penyusunan kalimat, serta pembuatan paragraf. Semua unsur itu memiliki kedudukan
yang sama. Kita wajib memberikan perhatian yang sama
ketika menulis. Dalam praktiknya banyak orang yang
kurang memperhatikan kaidah ejaan menulis. Akibatnya,
banyak sekali kesalahan penggunaan ejaan. Kita perhatikan tulisan pendek berikut!
Tulisan 1

2(1)Adapun bagian ke 2 (bagian bawah, yaitu
catatan kaki), maka dia berfungsi sebagai
penjelasan dari bagian pertama (atas). (dua) Di
dalam bagian ini aku mentakhrij hadits-hadits
yang aku bawakan pada bagian pertama,dengan menunjukkan lebih jauh mengenai lafazh
dan jalan-jalan periwayatannya, ditambah dengan menggunakan penjelasan tentang sanad syahid(penguat), kebanggaan, serta celaan ulama pada
perawi, juga penshahihan serta pendha‟ifan,
sesuai dengan ketentuan ilmu hadits yang
mulia dan kaidah-kaidahnya. (3) Dalam beberapa jalan periwayatan banyak dijumpai
lafazh-lafazh serta tambahan-tambahan yang
tidak dijumpai dalam jalan periwayatan yang
lainnya, sang karena itu jika memungkinkan
dan harmonis menggunakan lafazh aslinya, maka saya
tambahkan pada lafazh tadi pada bagian atas,kemudian aku beri isyarat tambahan tersebut
dengan meletakkannya pada kurung siku
(…), tanpa aku berikan keterangan siapa
yang meriwayatkannya secara sendiri
tambahan tersebut, dari para perawi lafazh
aslinya. (Diambil dari buku terbitan di
Jakarta/139 istilah)
Tulisan 2
(1) Adapun bagian kedua (bawah/catatan kaki)berfungsi sebagai penjelasan menurut bagian

3pertama (atas). (2) Di pada bagian ini sayamentakhrij hadis-hadis yang saya bawakan
pada bagian pertama dengan menerangkan
lebih jauh tentang lafal dan jalan-jalan periwayatannya serta ditambah menggunakan penjelasan
tentang sanad, syahid (penguat), kebanggaan, dan
celaan ulama pada perawi. (3) Dalam bagian
ini juga diberikan liputan penyahihan dan
pendaifan sinkron dengan ketentuan ilmu hadis
yang mulia dan kaidah-kaidahnya. Dalam
beberapa jalan periwayatan banyak dijumpai
lafal dan tambahan yang nir dijumpai pada
jalan periwayatan yang lainnya. (4) Oleh
karena itu, jika memungkinkan serta serasi
dengan lafal aslinya, aku tambahkan pada
lafal tadi di permukaan. (lima) Kemudian,
saya beri isyarat tambahan tadi dengan
meletakkannya dalam kurung siku (…)
tanpa warta perawinya secara terpisah
dari perawi lafal aslinya. (128 kata)
Tulisan yg digarisbawahi pada goresan pena (1) memberitahuakn kesalahan, baik kesalahan ejaan maupun
pilihan istilah. Setelah dibandingkan menggunakan perbaikannya,
dapat diberikan catatan menjadi berikut.
(1) Jumlah pungkasnya dapat dihemat. Tulisan (1) terdiri atas 139 kata, sedangkan goresan pena (1a) terdiri atas 128 istilah. Dengan demikian, terdapat
11 istilah yang dihemat buat goresan pena pendek itu.

4(2) Kalimat dipecah agar komunikatif. Tulisan (1)
terdiri atas tiga kalimat, sedangkan goresan pena (dua)
terdiri atas 5 kalimat. Kalimat (2) dan (tiga) pada
tulisan (1) terlalu panjang sehingga masingmasing dapat dipecah menjadi 2 kalimat.
Dengan demikian, pemahaman kalimat tadi lebih mudah.
(2) Tidak kurang berdasarkan enam belas kesalahan ejaan
terdapat pada goresan pena pendek tersebut, termasuk penggunaan indikasi koma (,). Kesalahan
penulisan kata yg terdapat tulisan pada atas
beserta perbaikannya merupakan sebagai berikut.Salah Perbaikannyamentakhrij men-takhrijhadits-hadits hadis-hadis
lafazh lafalsyahid syahid (tidak miring)
penshahihan penyahihan
pendha‟ifan pendaifan
Kata takhrij bukan istilah bahasa Indonesia. Oleh
karena itu, istilah tadi ditulis menggunakan alfabet miring. Jika
kata takhrij dberi awalan, harus digunakan pertanda hubung
sehingga goresan pena yg benar merupakan men-takhrihj. Dalam
bahasa Indonesia nir masih ada adonan alfabet konsonants, zh, sh, dan dh seperti dalam istilah hadits, lafazh,
penshahihan,
dan pendha’ifan. Kata hadis, sahih, serta daifsudah menjdi bahasa Indonesia. Oleh karenanya, tulisannya harus sinkron menggunakan kaidah bahasa Indonesia. Jadi,

5yang sahih merupakan hadis, lafal, penyahihan, danpendaifan. Khusus buat kata penyahihan danpendaifan,perlu penerangan. Kata penyahihan dipilih karena kata dasar sahih yang mendapat imbuhan peng-…-anmenjadi penyasihan seperti kata salah dan salep menjadipenyalahan dan penyalepan, bukan penyahihan danpensalepan. Selanjutnya, istilah dasar yg benar adalahdaif (tanpa apostrof atau sering diklaim indikasi koma di
atas). Oleh karenanya, yang sahih merupakan pendaifan, bukanpenda’ifan. Selanjutnya, istilah syahid sudah sebagai kata
bahasa Indonesia. Oleh karenanya, istilah tersebut tidak
perlu ditulis menggunakan alfabet miring.
Kesalahan penggunaan tanda koma (,) dalam tulisan
(1) sebesar delapan. Lima kesalahan terdapat dalam
kalimat (dua) serta tiga kesalahan terdapat dalam kalimat (tiga).
Lima kesalahan penggunaan tanda koma terdapat sebelum
kata maka, dengan, ditambah, jua, dan sesuai. Lalu, tiga
kesalahan lagi terdapat dalam kalimat (tiga), yaitu sebelum
kata oleh, kemudian, dan dari. Perbaikannya bisa dilihat
dalam tulisan (2).
Bagaimana pendapat Anda? Perlu diketahui bahwa
tulisan di atas diambil secara utuh, tanpa perubahan sedikit pun. Namun, nama pengarang dan penerbitnya tidak
dicantumkan agar tidak menimbulkan salah paham. Yang
jelas buku tadi terbit tahun 2013. Hal itu berarti
bahwa kitab tersebut termasuk terbitan baru. Contoh kasus
di atas menyadarkan kita bahwa kesalahan penggunaan
ejaan masih sangat marak dalam dunia tulis-menulis.
Tulisan berikut menguraikan berbagai kesalahan dalam
penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia.

61.1 Pengertian EjaanMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),ejaan adalah kaidah cara menggambarkan suara-bunyi
(kata, kalaimat, serta sebagainya) dalam tulisan (hurufhuruf) serta penggunaan tanda baca (KBBI, 2008:353).
Penjelasan itu mengandung pengertian bahwa ejaan hanya
terkait dengan tata tulis yang mencakup pemakaian huruf,
penulisan istilah, termasuk penulisan kata atau istilah
serapan, serta pemakaian tanda baca. Dalam ejaan tidak
terdapat kaidah pemilihan istilah atau penyusunan kalimat.
Pada kenyataannya poly orang yang salah dalam
memahami ejaan, dalam interaksi ini Ejaan Bahasa
Indonesia yg Disempurnakan atau yang acapkali disingkat
menjadi EYD. Jika orang ditanya apakah Anda tahu arti
slogan yg berbunyi, “Mari kita pakai bahasa
Indonesia yg baik dan sahih,” kebanyakan jawaban
yang terlontar merupakan bahasa Indonesia yang sesuai
dengan EYD. Jawaban itu tidak tepat lantaran EYD hanya
sebagian mini dari kaidah bahasa Indonesia. Dalam
slogan di atas terdapat dua hal krusial, yaitu (1) bahasa
Indonesia yang baik serta (2) bahasa Indonesia yg benar.
Bahasa Indonesia yang baik merupakan bahasa Indonesia yang
penggunaannya sesuai dengan situasi komunikasi, sedangkan bahasa Indonesia yang sahih merupakan bahasa Indonesia
yang penggunaannya sesuai menggunakan kaidah bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia itu meliputi tata bunyi, tata bentuk kata, tata kalimat, serta tata tulis. Tata tulis
itulah yg diklaim ejaan.

71.2 Ejaan yg Pernah Berlaku pada Bahasa
Indonesia
Tahukah Anda apa nama ejaan yg berlaku dalam
bahasa Indonesia ketika ini? Anda betul bila jawaban Anda
adalah Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan atau
dikenal menggunakan singkatan EYD. Namun, apabila ditanya sejak
kapan ejaan tersebut berlaku, Anda mungkin ragu-ragu
menjawabnya. Lalu, jika ditanya lagi apa nama ejaan yang
berlaku sebelum EYD, Anda mungkin jua tidak dapat
menjawat menggunakan cepat dan sempurna. Walaupun begitu, Anda
yakin bahwa ada ejaan yang pernah berlaku sebelum
EYD. Dengan istilah lain, ejaan yg berlaku pada bahasa
Indonesia lebih dari satu.
Sejak bahasa Indonesia masih bernama bahasa
Melayu telah ada ejaan yg berlaku. Sesuai dengan
nama penulisnya, ejaan yang berlaku dalam zaman Belanda
itu bernama Ejaan van Ophujsen. Ejaan yg mulai
berlaku dari tahun 1901 itu terdapat pada Kitab Logat
Melajoe.
Setelah Indonesia merdeka, disusunlah ejaan
baru yang merupakan perbaikan Ejaan van Ophuijsen.
Ejaan itu diberi nama Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi. Tampaknya pemilihan nama Ejaan Republik
dikaitkan menggunakan peristiwa sejarah kemerdekaan negara
kita serta pemilihan nama Ejaan Soewandi dikaitkan dengan nama Menteri Pendidikan serta Kebudayaan waktu
itu, yaitu Mr. Soewandi. Ejaan Soewandi mulai berlaku
tahun 1947. Setelah lebih dari dua dasawarsa Ejaan
Soewandi berlaku, diberlakukan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan. Orang tak jarang menyingkatnya menjadi EYD. Ejaan itu diresmikan pemberlakuannya oleh

8Presiden Soeharto berdasarkan Surat Keputusan Presiden
Nomor 57 Tahun 1972.
Setiap pergantian ejaan tentu ada perubahan. Di
bawah ini diberikan beberapa model perubahan menurut zaman Ejaan van Ophuijsen, Ejaan Republik, hingga Ejaan
Bahasa Indonesia yg Disempurnakan.Ophuijsen Republik EYDdjoedjoer djudjur jujur
setoedjoe setudju setuju
tjoetjoe tjutju cucu
setjertjah setjertjah secercah
chawatir chawatir khawatir
choesoes chusus khusus
njanji njanji nyanyi
menjoeroeh menjuruh menyuruh
sjarat sjarat syarat
moesjawarah musjawarah musyawarah
sajang sajang sayang
bajang bajang bayang
bapa‟ bapak bapak
tida‟ tidak tidak
ma‟mur makmur makmur
ra‟yat warga rakyat
„ilmu ilmu ilmu
„nalar akal akal
Jum‟at Jumat Jumat
do‟a doa doa
ma‟af maaf maaf

9ta‟at taat taat
poera2 pura2 pura-pura
koera2 kura2 kura-kura
Dari contoh di atas dapat kita catat bahwa masih ada perubahan huruf misalnya berikut.ophuijsen Republik EYDtj tj c
dj dj j
j j y
nj nj ny
ch ch kh
sj sj sy
oe u u
Dalam praktik berbahasa kita masih tak jarang menemukan goresan pena Jum’at, do’a, da’wah, atau ma’af, Katakata itu seringkali kita temukan, terutama dalam kitab -buku
agama Islam. Sudah tentu goresan pena seperti itu nir sesuai
dengan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan. Sebagaimana dapat kita lihat pada perbandingan tulisan di atas, tanda apostrof hanya digunakan
dalam penulisan kata dalam zaman Ejaan van Ophuijsen.
Dengan kata lain, cara penulisan seperti itu merupakan
sisa-residu aturan lama .
Dalam Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan masih ada pertanda apostrof yang tak jarang disebut tanda
koma di atas. Tetapi, pertanda apostrof atau tanda
penyingkat itu hanya dipakai buat menuliskan kata
dalam bahasa seni atau bukan ragam tulis resmi.

10Misalnya, goresan pena ‘kan yang asal menurut akan atau ‘lahdari telah hanya ada dalam bahasa seni misalnya puisi atau
syair lagu. Penyingkatan tahun 2014 menjadi ‟14 dibenarkan berdasarkan Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan. Akan tetapi, dalam tulisan resmi, misalnya surat
dinas, penyingkatan tahun misalnya itu tidak dibenarkan.
Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa dalam bahasa
Indonesia nir ada kata standar yg ditulis menggunakan tanda
apostrof atau indikasi koma pada atas.
Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan sudah
sekian puluh tahun yg lalu diberlakukan. Namun, bagaimana fenomena penerapannya? Tidaklah berlebihan kalau
ada orang yang menyatakan bahwa kita menggunakan mudah
dapat menemukan kesalahan pada mana pun kita berada.
Dalam aktivitas-aktivitas pada tempat kerja, di sekolah-sekolah,
atau di kampus-kampus, contohnya, kita dapat membaca
jadwal kegiatan atau jadwal pembelajaran yg mencantumkan waktunya. Pada umumnya pencatuman waktu itu
diketik secara galat, yaitu digunakan indikasi hubung untuk
menyatakan hingga menggunakan (08.00-12.00). Untuk menyatakan sampai menggunakan, kita bisa menggunakan tanda pisah
(—), bukan pertanda hubung (-). Jadi, penulisan yang benar
adalah 08.00—12.00. Di jalan-jalan pada kota kita dapat
dengan gampang menemukan kesalahan, yaitu penulisan
singkatan PT (perseroan terbatas). Pada umumnya orang
menulis singkatan itu menggunakan indikasi titik (PT.). Penulisan
seperti itu tidak sahih. Yang sahih adalah tanpa titik (PT).
Persoalan itu sebenarnya dilema yang sangat sepele.
Namun, kesalahan seperti itu dapat kita temukan di manamana. Penyelesaiannya sangat mudah. Kita bisa mem-

11buka Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan.
Dengan gampang kita dapat menemukan jawabannya.
Barangkali pertanyaan yg muncul sehubungan dengan persoalan di atas merupakan mengapa kesalahan itu terus
terjadi? Padahal, persoalannya sangat sepele. Anda mungkin putusan bulat jika dikatakan bahwa kesalahan itu berulang
karena orang pada umumnya kurang peduli terhadap
kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan.
Banyak orang yang hanya menggunakan perasaan ketika
menghadapi masalah pada penulisan kata atau kalimat.
Seharsunya, nalar yang kita pakai. Secara logika dalam
menentukan tulisan yang sahih merupakan dengan mencari
sumber keterangan kaidahnya, bukan menggunakan perasaan.1.tiga Ejaan serta TransliterasiDi atas telah dijelaskan bahwa ejaan adalah kaidah
cara mendeskripsikan suara-suara (kata, kalimat, dan
sebagainya) dalam goresan pena (alfabet -alfabet ) dan penggunaan
tanda baca. Perlu dicatat bahwa ejaan tersebut digunakan
untuk mengatur rapikan cara penulisan dalam bahasa
Indonesia. Selain ejaan, ada panduan yg mengatur tata
cara alih aksara. Salah satu pedoman alih aksara itu adalah
pedoman alih aksara Arab-Latin. Tata cara alih aksara
Arab-Latin itu diatur menggunakan Kepuutusan Bersama
Menteri Agama serta Menteri Pendidikan serta Kebudayaan
Nomor 158 Tahun 1987.
Apa persamaan dan perbedaan antara pedoman
ejaan serta pedoman transliterasi Arab-Latin? Persamaanya
adalah bahwa baik pedoman ejaan maupun pedoman
trasliterasi sama-sama mengatur cara penulisan dengan

12huruf Latin. Perbedaannya adalah bahwa ejaan bahasa
Indonesia mengatur tata cara penulisan pada bahasa
Indonesia, baik yg menyangkut penggunaan huruf,
penggunaan angka dan lambang sapta, penulisan istilah,
penulisan unsur serapan, juga penggunaan pertanda baca.
Adapun panduan transliterasi Arab-Latin hanya mengatur
tata cata mengalihaksarakan alfabet Arab ke dalam huruf
Latin. Artinya, ejaan bahasa Indonesia mengatur penulisan
dalam bahasa Indonesia, sedangkan panduan transilterai
mengatur penulisan bukan bahasa Indonesia. Penulisan
kata atau istilah yg telah diserap ke pada bahasa
Indonesia diatur menggunakan ejaan. Sebaliknya, istilah atau
istilah, termasuk kalimat, bahasa asing (Arab) diatur
dengan pedoman transliterasi Arab-Latin. Oleh karenanya,
kata atau kata asing yg ditulis menggunakan huruf Latin
dalam bahasa Indonesia ditulis menggunakan alfabet miring.
Namun, istilah atau kata yang sudah diindonesiakan tidak
ditulis menggunakan huruf miring. Mari kita perhatikan contoh
berikut!
Bahasa Indonesia menyerap istilah atau kata dari
berbagai bahasa asing, termasuk berdasarkan bahasa Arab.
Jauh sebelum bahasa Inggris, Belanda, atau
Portugis, bahasa Arab sudah masuk ke dalam
bahasa Indonesia yg waktu itu masih bernama
bahasa Melayu. Berikut diberikan model istilah-kata
yang berasaal berdasarkan bahasa Arab.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu,
Ahad, makna, maksud, iklan, ilmu, kursi,
kitab, taat, ketika, waktu, kertas, kubur, kiamat,

13kiblat, takdir, mudarat, rida, kurban, takwa,
jadwal, perlu, kondisi, wajib
Akan tetapi, kata-istilah berikut belum diserap ke dalam
bahasa Indonesia: mad ‘iwad, mad tabi’i, idgam
bigunnah, asbabun nuzul, da’wah bilisan,
atau akhlakul
karimah
.
Dalam tulisan pendek di atas terlihat bahwa sejumlah kata yang asal menurut bahasa Arab yang sudah
menjadi istilah bahasa Indonesia tidak ditulis menggunakan huruf
miring. Tetapi, istilah yang masih merupakan istilah
asing ditulis menggunakan alfabet miring. Penulisan kata atau
istilah yg telah diserap ke dalam bahasa Indonesia dilakukan menurut kaidah ejaan bahasa Indonesia, sedangkan kata atau kata asing ditulis menggunakan mengikuti
aturan pada Pedoman Transliterasi Arab-Latin.
Barangkali pertanyaan yang timbul merupakan kapan
suatu kata atau istilah telah mengkategorikan sebagai kata
Indonesia atau belum dipercaya sebagai istilah atau istilah
bahasa Indonesia. Secara umum bisa dinyatakan bahwa
sebuah kata atau kata sudah mengkategorikan menjadi kata
atau kata Indonesia apabila kata atau istilah itu sudah
biasa digunakan pada bahasa Indonesia. Kata atau istilah
itu bisanya telah tertera pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia
(KBBI). Dengan istilah lain, kata atau kata yang
sudah tercantum pada KBBI sudah dapat dikategorikan
sebagai istilah bahasa Indonesia, kecuali terdapat tandanya
secara spesifik.
Bagaimana menggunakan istilah-kata seperti dakwah, doa,
takwa,
atau kalbu? Dalam kitab -buku agama Islam istilah-

14kata itu ditulis da’wah, do’a, taqwa, atau qalbu. Sesungguhnhya kasus itu sudah jelas. Kata-kata tersebut
memang berasal berdasarkan bahasa Arab, tetapi telah menjadi
kata-kata bahasa Indonesia. Oleh karenanya, penulisannya
harus taat pada kaidah ejaan bahasa Indonesia. Menurut
ejaan, tidak ada kata standar bahasa Indonesia yg ditulis
dengan pertanda apostrof atau orang sering menyebutnya
tanda koma di atas. Tanda apostrof hanya digunakan
untuk menulis bagian kata atau bagian nomor tahun yang
dihilangkan. Aturan itu hanya berlaku buat bahasa seni
atau goresan pena yg nir resmi. Dalam surat dinas,
misalnya, tahun nir disingkat menggunakan pertanda apostrof,
tetapi untuk pembuatan jadwal, lantaran keterbatasan
ruangan, pertanda apostrof dapat dipakai. Huruf q juga
tidak digunakan buat menulis kata dalam bahasa
Indonesia, kecuali penulisan nama. Dengan demikian,
penulisan yang sahih merupakan dakwah, doa, takwa, dankalbu.
Dalam surat-surat resmi sering digunakan tulisan
salam dengan memakai bahasa Arab yg ditulis
dengan alfabet Latin. Bagaimana penulisan ucapan salam
tersebut? Penulisannya mengikuti anggaran ejaan bahasa
Indonesia atau aturan transliterasi Arab-Latin? Apakah
kata „alaikum ditulis menggunakan indikasi apostrof atau tidak?
Apakah ucapan salam itu ditulis menggunakan alfabet miring atau
tidak? Jawabannya telah jelas. Ucapan salam tersebut
bukan bahasa Indonesia meskipun ditulis de-ngan huruf
Latin. Oleh karean itu, penulisannya mengikuti kaidah
transliterasi Arab-Latin. Ucapan salam ditulis dengan
tanda apostrof dan dengan alfabet miring. Jadi, tulisan yang

15benar merupakan assālamu‘alaikum warahmatullāhi
wabarakātuh.
II. PEMAKAIAN HURUFDalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yg Disempurnakan
telah diatur penggunaan
huruf, baik alfabet biasa, alfabet modal, juga huruf
miring. Di samping itu, diatur jua pemenggalan kata
yang nir bisa dilepaskan menggunakan penggunaan huruf. Di
bawah ini dibahas satu per satu pertarungan yang sering
muncul pada berbahasa sehari-hari.2.1 Pemakaian Huruf dalam Bahasa Indonesia

16Huruf yg dipakai pada bahasa Indonesia dibedakan sebagai dua, yaitu huruf konsonan serta huruf vokal.
Jumlah huruf konsonan terdapat 26 huruf dan alfabet vokal ada
5 huruf. Di samping itu, terdapat 3 diftong, yaitu ai, au,dan oi, dan 4 adonan huruf konsonan, yaitu kh, ng, ny,dan sy. Dalam panduan ejaan dicantumkan nama setiap
huruf. Namun, masih banyak orang yang menyebut nama
huruf tidak sinkron menggunakan nama huruf tadi. Ambillah
contoh penyebutan alfabet c. Huruf sehabis b itu lebih
sering diklaim /se/ daripada /ce/. Padahal, penyebutan
yang sahih merupakan ce. Begitu juga penyebutan huruf q.
Huruf yg sehaursnya dianggap ki itu seringkali diklaim kiu.Orang sering melakukan kesalahan pula ketika
membaca singkatan AC dan WC. Kebanyakan orang
membaca singkatan itu menggunakan a-se dan we-se.Seharusnya, ke 2 singkatan itu dibaca a-ce dan we-ce.Kedua singkatan itu wajib dibaca seperti nama abjad
bahasa Indonesia. Bandingkan menggunakan singkatan WHO,
WTO, HP, atau TKO yang dibaca we-ha-o, we-te-o, hape, atau te-ka-o. Orang pula acapkali membaca singkatan
MTQ menggunakan em-ti-kiu. Bukankah cara membaca seperti
itu aneh? Singkatan itu asal berdasarkan bahasa Arab kemudian
dibaca keinggris-inggrisan. Kalau dibaca sesuai dengan
asalnya, bacaan yang sahih merupakan mim, tak, qaf. Akan
terasa aneh jika ada kalimat yg berbunyi, “Menteri
Agama akan membuka program mim-tidak-qaf di kota itu.”
Aneh bukan? Singkatan itu asal berdasarkan bahasa Arab
kemudian ditulis menggunakan alfabet Latin. Lalu, singkatan itu
dibaca keinggris-inggrisan.

17Di atas sudah disebutkan bahwa dalam bahasa
Indonesia terdapat empat adonan alfabet konsonan, yaitukh, ng, ny, dan sy. Penggunaan adonan alfabet konsonan
selain itu nir standar, kecuali nama. Di bawah ini
diberikan model kata yg tidak baku karena menggunakan gabungan alfabet konsonan serta yg baku.Tidak Baku Bakubhakti (sosial) bakti (sosial)
budhi budi
dharma darma
wudhu wudu
Ramadhan Ramadan
maghrib magrib
bathin batin
shalat/sholat salat
ashar asar
shubuh subuh
ustadz ustaz
ustadzah ustazah
hadits hadis
adzan azan
dhuha duha
Bagaimana menggunakan nama organisasi istri pegawai
negeri yang ditulis menggunakan Dharma Wanita? Apakah nama
itu wajib juga diubah? Jawabannya nir. Dharma Wanita
adalah nama, yaitu nama organisasi. Nama, baik nama
orang, nama organisasi, juga nama diri lainnya, tidak
perlu dipersoalkan. Dengan istilah lain, nama diberi

18kebebasan. Begitu jua slogan yang diambil dalam
bahasa asalnya. Misalnya, slogan bhinneka tunggal ikayang ditulis menggunakan bh atau ing ngarsa sung tuladha yang
ditulis menggunakan dh tidak perlu disalahkan. Yang perlu diatur
adalah penulisan kata yang dipakai secara umum.
Jika kita buka Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yg Disempurnakan
, Bab I mengenai pemakaian
huruf, akan kita dapati tanda bintang dua (**). Huruf yang
diberi asterik 2 merupakan alfabet q dan x. Catatannya
berbunyi, “Khusus buat nama dan keperluan ilmu.” Hal
itu berarti bahwa pada bahasa Indonesia masih ada huruf qdan x, namun hanya dipakai buat menulis nama atau
untuk keperluan ilmu. Dengan istilah lain, tidak ada kata
baku bahasa Indonesia yang ditulis menggunakan huruf q dan x.Jika terdapat beberapa istilah, hal itu dilakukan menggunakan pertimbangan eksklusif. Misalnya, kata qari tetap ditulis
dengan alfabet q karena kalau ditulis menggunakan k (kari), katakari sudah terdapat pada bahasa Indonesia yang berarti „sayur
gulai yang diberi kunyit sebagai akibatnya berwarna kuning”.2.dua Pemakaian Huruf KapitalPemakaian alfabet modal telah diatur dalamPedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan. Sekilas kaidah-kaidah itu tampak sederhana.
Namun, bila kita cermati, persoalannya tidak semudah
yang kita bayangkan. Salah satu persoalan yg boleh
dikatakan tidak sederhana adalah penulisan nama diri dan
bukan nama diri. Lalu, apa yang dimaksud nama diri? Jika
kita buka KBBI, kita dapati bahwa nama diri berarti
„nama yg digunakan untuk menyebut diri seorang,

19benda, tempat tertentu, serta sebagainya‟. Dalam makna itu
terdapat istilah tertentu yang dapat jua diartikan „sudah
pasti‟. Dengan kata lain, bisa dinyatakan bahwa nama
diri itu telah niscaya atau satu-satunya atau nir ada yang
lain. Contohnya adalah penulisan sekolah dasar atauperguruan tinggi. Kebanyakan orang cenderung menulis
jenjang pendidikan itu dengan alfabet awal kapital. Padahal,
keduanya bukan nama diri. Marilah kita perhatikan contoh
pemakaianya dalam kalimat berikut!
1) Mereka merupakan murid sekolah dasar (SD) seKecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
2) Kebanyakan karyawan tempat kerja itu adalah
tamatan perguruan tinggi negeri (PTN).
Pada contoh di atas terdapat 2 jenjang
pendidikan, yaitu sekolah dasar dan perguruan tinggi
negeri.
Kedua jenjang pendidikan itu bukan bagian nama
diri. Oleh karenanya, huruf modal tidak dipakai.
Bandingkan dengan kalimat berikut!
3) Mereka merupakan siswa Sekolah Dasar Negeri 03
Pagi Lubang Buaya
, Jakarta Timur.
4) Para perwira pada Markas Besar Kepolisian
Republik Indonesia itu kebanyakan tamatanPerguruan Tinggi Ilmu Kepolisian.Di Indonesia, bahkan pada global, nama Sekolah Dasar
Negeri 03 Pagi Lubang Buaya
, Jakarta Timur hanya satusatunya. Nama Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian di
Indonesia juga tidak ada duanya. Itulah yg disebut nama

20diri, dalam hal ini nama diri lembaga. Karena sekolah
dasar negeri
dan perguruan tinggi menjadi bagian nama
diri, penulisan setiap awal istilah memakai huruf
kapital.
Lebih berdasarkan sepuluh kaidah pemakaian alfabet kapital yg tercantum dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yg Disempurnakan.
Namun, tidak
semua mengakibatkan masalah. Misalnya, kaidah tentang
penggunaan alfabet kapital pada kalimat, awal setiap unsur
nama orang, nama agama, nama kitab suci jarang
menimbulkan kasus. Oleh karenanya, pada bagian
penggunaan huruf modal ini akan dibahas penggunaan
huruf kapital yg menyebabkan kasus. Di bawah ini
dikemukakan beberapa contoh kalimat yang mengandung
kesalahan penggunaan alfabet modal.
1) Gelar Sarjana Hukum (S.H.) sudah diperoleh
dua tahun yg kemudian.
2) Dalam kedap nasional itu hadir para Gubernurdan Bupati/Wali Kota seluruh Indonesia.
3) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu yang lalu mengahadiri sidang
tahunan PBB itu. Dalam kesempatan itupresiden menekankan pentingnya kedaulatan
setiap negara pada mengatasi masalah dalam
negeri.
4) Setiap hari Jumat terdapat mata pelajaran bahasa
Indonesia
di kelas itu.
5) Sudah 5 tahun yg lalu mereka tinggal dijalan Jenderal Sudirman.

216) Banyak turis mancanegara yg berkunjung kepulau Bali pada seremoni tahun baru.
7) Kita bisa membeli jeruk Bali di pasar
tradisional.
8) Harga batik solo di Pasar Tanah Abang Jakarta
sangat bervariasi.
9) Seorang Ayah mempunyi tanggung jawab yang
besar terhadap ekonomi keluarganya.
10) Kata Adik, “Besok ayah pulang menurut luar
kota, Bu.”
Kata atau grup istilah yang dicetak miring dalam
kalimat tersebut merupakan kata atau grup kata yang bermasalah jika dilihat berdasarkan segi penggunaan alfabet . Berikut
penjelasannya satu per satu.
Penggunaan huruf modal Sarjana Hukum (S.H.)
pada kalimat (1) nir benar karena gelar akademik tidak
didahului nama orang. Dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yg Disempurnakan
dinyatakan bahwa
gelar akademik ditulis menggunakan huruf awal kapital jika
diikuti atau didahului nama orang. Kita perhatikan contoh
di bawah ini!Salah BenarSarjana Ekonomi (S.E.) sarjana ekonomi (S.E.)
Sarjana Pendidikan (S.pd.) sarjana pendidikan (S.pd.)
Insinyur (Ir.) insinyur (Ir.)
Doktor (Dr.) doktor (Dr.)
Ahmad, sarjana ekonomi Ahmad, Sarjana Ekonomi
Yoga, sarjana pendidikan Yoga, Sarjana Pendidikan

22insinyur Stevanus Wangga Insinyur Stevanus Wangga
doktor Kusumastuti Doktor Kusumastuti
Penulisan nama jabatan gubernur, bupati, dan wali
kota
yang diawali dengan alfabet kapital seperti dalam
kalimat Dalam kedap nasional itu hadir para Gubernurdan Bupati/Wali Kota seluruh Indonesia tidak sahih.
Alasannya ada 2, yaitu (1) nama jabatan itu nir diikuti
nama orang, instansi, atau tempat dan (2) nama jabatan itu
bukan pengganti nama orang eksklusif. Hal itu sesuai
dengan anggaran yg ada pada Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yg Disempurnakan.
Kita perhatikan
contoh pada bawah ini!Salah BenarCamat camat
lurah Lurah
Bupati bupati
Wali Kota wali kota
Direktur direktur
Sekretaris Jenderal sekretaris jenderal
Menteri menteri
Presiden presiden
Rektor rector
camat Pulogadung Camat Pulogadung
lurah Lubang Buaya Lurah Lubang Buaya
bupati Solok Bupati Solok
Wali Kota Surakarta Wali Kota Surakarta
direkur STAN Direkur STAN

23menteri Keuangan RI Menteri Keuangan RI
presiden Soekarno Presiden Soekarno
rector UGM Rektor UGM
Nama jabatan yg nir diikuti nama orang,
instansi, atau tempat ditulis menggunakan huruf awal kapital jika
nama jabatan itu bisa dipastikan sebagai pengganti nama
orang tertentu. Kata presiden yang ditulis menggunakan huruf
tebal pada kalimat berikut ditulis menggunakan huruf awal
kapital. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa
waktu yg lalu mengahadiri sidang tahunan PBB. Dalam
kesempatan itu
presiden menekankan pentingnya
kedaulatan setiap negara dalam mengatasi persoalan
dalam negeri.
Dalam kalimat itu dapat dipastikan bahwa
kata presiden yang dicetak tebal tersebut merupakan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Oleh karenanya, katapresiden tersebut ditulis menggunakan huruf awal kapital.
Salah satu kaidah penggunaan alfabet kapital adalah
bahwa huruf kapital digunakan sebagai alfabet pertama nama
bangsa, suku bangsa, serta bahasa. Di bawah ini beberapa
contohnya.Salah BenarNegara Indonesia negara Indonesia
Negara Saudi Arabia negara Saudi Arabia
Suku Dani suku Dani
Suku Madura suku Madura
Bahasa Indonesia bahasa Indonesia
Bahasa Bugis bahasa Bugis

24Akan tetapi, istilah bahasa dalam kalimat Setiap hari
Jumat terdapat mata pelajaran
bahasa Indonesia di kelas ituyang ditulis menggunakan huruf awal huruf kecil tidak benar
karena nama mata pelajarannya merupakan Bahasa Indonesia, bukan Indonesia. Apa nama mata pelajarannya?
Jawabnya adalah Bahasa Indonesia, bukan Indonesia.
Oleh karena itu, istilah bahasa pada nama mata pelajaran
itu ditulis menggunakan huruf awal kapital, yaitu Bahasa
Indonesia
.
Penulisan alamat yg menggunakan nama jalan
sering salah . Yang seringkali diragukan merupakan penulisan
kata jalan. Apakah kata jalan itu termasuk bagian nama
jalan tadi atau bukan? Itu pertanyaannya. Kata jalanpada kalimat Sudah 5 tahun yang kemudian mereka tinggal
di
jalan Jenderal Sudirman sudah benar atau seharusnya
diawali dengan alfabet kapital? Ilustrasi berikut dapat
memjelaskan keraguan itu.
Di Jakarta Pusat ada loka yg sangat dikenal
oleh para penggemar barang kuno. Wilayah itu diberi
nama Jalan Surabaya. Apabila ada orang yg bertanya di
mana loka orang menjual barang kuno di Jakarta Pusat,
jawabnya adalah Jalan Surabaya. Jawabannya bukan diSurabaya karena kalau jawaban terakhir itu nama ibu
kota Jawa Timur. Hal itu berarti bahwa nama jalan
tersebut merupakan Jalan Surabaya, bukan Surabaya.
Dengan kata lain, istilah jalan pada Jalan Surabayamenjadi bagian nama jalan. Oleh karenanya, istilah jalanpada Jalan Surabaya ditulis menggunakan huruf awal kapital.
Sebagai tambahan, ada juga beberapa nama jalan di
Jakarta yg hanya menggunakan satu huruf, yaitu Jalan

25O atau Jalan G. Orang tidak pernah menyampaikan, “Ia
tinggal di O atau Ia tinggal di J.” Tetapi, orang akan
mengatakan, “Ia tinggal pada Jalan O atau Ia tinggal diJalan J.” Hal itu berarti bahwa istilah jalan menjadi bagian
nama jalan tadi. Oleh karenanya, kata jalan padaJalan O dan Jalan G ditulis menggunakan huruf awal kapital.
Dengan demikian, kalinat di atas wajib diperbaiki
menjadi Sudah 5 tahun yang kemudian mereka tinggal diJalan Jenderal Sudirman.
Kalimat (5), (6), serta (7) di atas merupakan contoh
persoalan yang masih terkait. Kalimat (lima) yang berbunyiBanyak turis mancanegara yang berkunjung ke pulau
Bali
pada seremoni tahun baru terkait dengan penulisan
nama geografi. Dalam kalimat itu kata pulau ditulis
dengan alfabet awal kecil. Seharusnya, kata pulau padapulau Bali ditulis menggunakan huruf awal kapital. Kata-kata
seperti pulau, sungai, danau, bukit, gunung, selat, teluk,dan laut ditulis menggunakan huruf awal kapital jika menjadi
bagian nama geografi. Di bawah ini beberapa contohnya.Salah Benarpulau Bidadari Pulau Bidadari
sungai Musi Sungai Musi
danau Toba Danau Toba
bukit Barisan Bukit Barisan
gunung Slamet Gunung Slamet
teluk Bunaken Teluk Bunaken
laut Merah Laut Merah

26Kata-istilah seperti pulau, sungai, dan danau pada kalimat
di bawah ini ditulis menggunakan huruf kecil.
1) Banyak pulau di negara kita yang belum
berpenghuni.
2) Saat ini sungai di Jakarta tidak lagi menjadi
sarana transportasi.
3) Di wilayah terpencil itu eksistensi sebuahdanau sangat penting bagi kehidupan warga .
Nama geografi yang sebagai bagian nama jenis
ditulis menggunakan huruf kecil. Kata bali pada kalimat Kita
dapat membeli
jeruk Bali di pasar tradisional (kalimat 6)
seharusnya ditulis menggunakan huruf kecil. Jadi, kalimat (6)
yang sahih merupakan Kita dapat membeli jeruk bali di pasar
tradisional.
Sebaliknya, kata solo pada batik Solo seperti
dalam kalimat (7) seharusnya ditulis menggunakan huruf awal
kapital. Jadi, kalimat (7) pada atas bisa diperbaiki menjadiHarga batik Solo di Pasar Tanah Abang Jakarta sangat
bervariasi
.
Barangkali timbul pertanyaan bagaimana menentukan nama geografi yg menjadi bagian nama jenis.
Nama jenis yg mengandung nama geografi dapat
dipilah menjadi dua, yaitu nama jenis yang tergolong ke
dalam ilmu biologi dan nama jenis yg nir tergolong
ke dalam ilmu hayati. Dalam ilmu biologi nama jenis
atau spesies tumbuhan memiliki nama Latinnya. Artinya,
untuk mengetahui nama jenis atu bukan kita bisa melihat
nama Latinnya. Jadi, nama tanaman yang terdapat nama
Latinnya termasuk nama jenis. Oleh karenanya, nama jenis

27tersebut ditulis menggunakan huruf kecil semua walaupun
mengandung nama geografi. Di bawah ini beberapa
contoh nama jenis yang tergolong ke dalam ilmu hayati.
kacang bogor (Voandzeia subterranean)kacang dieng (Vicia faba)jeruk bali (Citrus maxima)jeruk garut (Citrus grandis)terung bali (Solanum cyphopersicum)
terung belanda (Cyphonandra betacea)
Pada mulanya kata seperi bogor, dieng, bali, garut, dan
belanda
adalah nama geografi. Oleh karenanya, ditulis
dengan alfabet kapital. Namun, setelah menjadi bagian
nama jenis, kata-kata tersebut ditulis menggunakan huruf kecil.
Bagaimana menggunakan nama jenis yg nir termasuk ilmu biologi. Nama jenis, baik yang termasuk dalam
ilmu biologi maupun tidak, dapat disejajarkan dengan
jenis yang lain dalam kelompoknya. Jadi, nama jenis
yang termasuk ilmu biologi dapat dipengaruhi dengan
mengetahui nama Latinnya dan bisa juga disejajarkan
dengan jenis lain pada kelompoknya. Untuk nama jenis
yang tidak termasuk ilmu hayati dapat diketahui dengan
menyejajarkannya dengan jenis yg lain pada kelompoknya. Kita perhatikan model di bawah ini.
gula jawa memahami sumedang kacang bogor jeruk bali
gula pasir memahami takwa kacang mede jeruk nipis
gula aren memahami isi kacang panjang jeruk limau

28gula tebu memahami bacem kacang polong jeruk keprok
gula anggur tahu campur kacang hijau jeruk purut
gula tetes tahu gunting kacang kara jeruk mansi
gula kelapa memahami kupat kacang buncis jeruk sambal
Bagaimana dengan batik solo atau soto betawi? KataSolo dan Betawi ditulis menggunakan huruf awal kapital atau
huruf kecil? Batik solo atau soto betawi bukan nama jenis
karena keduanya nir bisa disejajarkan dengan jenis
lain, namun bisa disejajarkan dengan nama geografi yang
lain. Berikut diberikut contoh nama geografi yg tidak
menjadi nama jenis serta nama geografi yg menjadi
bagian nama jenis.Nama Geografibatik Solo soto Solo
batik Pekalongan soto Lamongan
batik Yogyakarta soto Kudus
batik Jambi soto Betawi
batik Madura soto Padang
batik Papua soto Banjar
batik Cirebon soto Bogor
batik Betawi soto BandungNama Jenisbatik tulis soto ayam
batik cap soto daging
batik sablon soto mi
batik lurik soto sulung
batik truntum soto babat

29batik lereng soto kikil
batik sidomukti
batik parang rusak
Persoalan yg juga acapkali muncul yg terkait menggunakan penggunaan huruf modal merupakan penggunaan huruf
kapital buat istilah yg menyatakan hubungan hubungan yg digunakan sebagai sapaan serta sebagai pengacuan. Contoh kesalahannya terlihat dalam kalimat (9) dan
(10) di atas. Kalimat (9) pada atas berbunyi Seorang Ayahmempunyai tanggung jawab yg akbar terhadap ekonomi
keluarganya
. Kalimat (10) berbunyi Kata Adik,“Besokayah pulang menurut luar kota, Bu.”
Kata ayah memang termasuk istilah yg menyatakan
hubungan kekerabatan, tetapi nir semua istilah yang
menyatakan hubungan kekerabatan ditulis menggunakan huruf
kapital. Kata yg menyatakan interaksi kekerabatan,
seperti saudara, adik, abang, bunda, bapak, nenek, dan kakek,
yang ditulis menggunakan huruf awal kapital adalah yang
digunakan menjadi sapaan atau sebagai pengacuan. Kita
perhatikan kalimat pada bawah ini.
1) Surat Saudara/Bapak sudah saya terima minggu
yang lalu.
2) Dalam program itu rencananya Ibu dimohon menaruh sambutan.
3) Kalau nir keliru, Kakek akan ke Jakarta, ya
Dik?
4) Saat menaruh uang itu, Ibu tidak bilang apaapa, Kak.

305) Dia memiliki lima orang saudara yang tinggal
di kampung.
6) Sudah usang beliau berpisah dengan bapak dan
ibunya
karena belajar pada luar negeri.
Kata saudara atau bapak pada kalimat (1) harus
ditulis menggunakan huruf awal kapital karena kedua kata itu
termasuk istilah yg menyatakan hubungan kekerabatan
dan digunakan menjadi sapaan. Begitu juga istilah ibu pada
kalimat (dua). Adapun istilah kakek dan ibu pada kalimat (3)
dan (4) memang tidak digunakan menjadi sapaan, tetapi
digunakan menjadi pengacuan. Istilah pengacuan yang
digunakan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yg Disempurnakan
kurang dapat disamakan
dengan sapaan nir langsung. Berbeda halnya dengan
kata saudara serta bapak dan ibunya pada kalimat (5) dan
(6). Dalam kalimat itu istilah saudara serta bapak dan
ibunya
tidak digunakan menjadi sapaan serta nir pula
digunakan menjadi pengacuan. Oleh karenanya, kedua kata
tersebut ditulis menggunakan huruf kecil.
Berdasarkan penjelasan pada atas, kalimat contoh kasus (1)—(10) dapat diperbaiki sebagai seperti di bawah
ini.
1a) Gelar sarjana aturan (S.H.) sudah diperoleh dua
tahun yg kemudian.
2a) Dalam kedap nasional itu hadir para gubernurdanbupati/wali kota seluruh Indonesia.
3a) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa

31waktu yang lalu mengahadiri sidang tahunan
PBB itu. Dalam kesempatan itu Presiden menekankan pentingnya kedaulatan setiap negara
dalam mengatasi persoalan pada negeri.
4a) Setiap hari Jumat terdapat mata pelajaran Bahasa
Indonesia
di kelas itu.
5a) Sudah 5 tahun yang kemudian mereka tinggal diJalan Jenderal Sudirman.
6a) Banyak turis mancanegara yg berkunjung kePulau Bali pada seremoni tahun baru.
7a) Kita bisa membeli jeruk bali di pasar tradisional.
8a) Harga batik Solo di Pasar Tanah Abang Jakarta
sangat bervariasi.
9a) Seorang ayah mempunyi tanggung jawab yang
besar terhadap ekonomi keluarganya.
10a) Kata Adik, “Besok Ayah pulang menurut luar kota,
Bu.”

32III. PENULISAN KATASetelah penggunaan huruf kaidah berikutnya yang
terdapat dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
adalah kaidah penulisan istilah. Kaidah ini meliputi penulisan kata turunan, penulisan kata
ulang, penulisan adonan kata, penulisan kata ganti,
penulisan kata depan, serta penulisan kata sandang dan
partikel. Secara berturut-turut di bawah penjelasannya satu
per satu.3.1 Penulisan Gabungan Kata BerimbuhanSelain kaidah penulisan adonan istilah berimbuhan,
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan
diatur juga penulisan kata dasar dan kata
berimbuhan. Akan tetapi, lantaran pada praktik berbahasa
hampir nir menimbulkan perkara, penulisan kata dasar
dan istilah berimbuhan tidak dijelaskan di sini. Yang dibahas pada goresan pena ini hanyalah penulisan adonan kata
berimbuhan. Perhatikan kalimat berikut!
1) Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
(Badan bahasa) bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri.

332) Kami beritahukan kepada semua pegawai bahwa upacara besok pagi dimulai pukul 07.00.
3) Semua pegawai wajib bertanggungjawab terhadap tugas yg diemban.
4) Penandatangan surat resmi telah diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
5) Kita nir boleh menyama ratakan kemampuan
pegawai pada kantor kita.
6) Pemerintah nir boleh menganak tirikan wilayah
terpencil dalam aplikasi pembangunan.
Penulisan kata bekerjasama seperti pada kalimatBadan Pengembangan serta Pembinaan Bahasa (Badan
bahasa)
bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeritidak sahih. Tulisan seperti itu masih banyak ditemukan
dalam aneka macam jenis tulisan. Ada dua hal yg wajib diperhatikan hubungan dengan penulisan kata bekerjasamadi atas, yaitu (1) kaidah penulisan campuran kata dan (2)
kaidah penulisan adonan kata berimbuhan. Di bawah ini
penjelasannya satu per satu.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan
telah mengatur penulisan adonan kata.
Dalam pedoman itu dinyatakan bahwa unsur terikat atau
unsur yg nir bisa berdiri sendiri ditulis serangkai. Di
bawah ini diberikan beberapa misalnya.Benar Salahantarkantor antar kantor/antar-kantorantarpegawai antar pegawai/ antar-pegawaitunakarya tuna karya

34tunawisma tuna wismasubbagian sub bagiansubtema sub temanonkolesterol non kolesterol/ non-kolesterolnonformal non formal/ non-formalmancanegara manca negaramancawarna manca warnanarasumber nara sumbernarapidana nara pidanapascabanjir pasca banjirpascasarjana pasca sarjanasaptapesona bilangan pesonasaptadarma saptadarmasemipermanen semi permanensemiresmi semi resmimultifungsi multi fungsimultietnik multi etnikpramusaji pramu sajipramusiwi pramu siwidwiwarna dwi warnadwibahasa dwi bahasa
Contoh-contoh pada atas adalah campuran kata yang
terdiri atas unsur terikat serta unsur tidak terikat. Kata-kata
yang dicetak miring adalah unsur terikat, sedangkan katakata yg nir dicetak miring bukan unsur terikat. Di atas
juga telah dinyatakan bahwa unsur terikat ditulis serangkai menggunakan kata yg mengikutinya.
Bagaimana dengan adonan kata kerja sama seperti pada kalimat Badan Pengembangan dan Pembinaan

35Bahasa (Badan bahasa) bekerjasama dengan Kementerian Luar Negeri di atas? Gabungan istilah itu terdiri atas
dua unsur atau 2 kata yg tidak terikat. Oleh karena
itu, tulisannya dipisah. Contoh lain adalah menjadi berikut.Benar Salahtanda tangan tandatangan
tanda mata tandamata
rumah tangga rumahtangga
rumah sakit rumahsakit
orang tua orangtua
orang kota orangkota
mata program mataacara
mata air mataair
meja tulis mejatulis
meja makan mejamakan
kaki tangan kakitangan
kaki tangan kakitangan
kaki lima kakilima
Ada sejumlah gabungan istilah yang mungkin dapat
menimbulkan keraguan. Apakah gabungan istilah itu ditulis
terpisah atau wajib serangkai? Gabungan istilah misalnya uji
coba, uji petik, uji tera, daya cipta, daya serap,
dan daya
pikir
harus ditulis serangkai atau terpisah? Untuk memilih adonan istilah seperti itu ditulis terpisah atau
serangkai, bisa dibubuhi imbuhan pada setiap unsur
gabungan istilah itu. Apabila masing-masing bisa diberi
imbuhan, campuran istilah itu ditulis serangkai. Untuk katauji dan coba, masing-masing bisa diberi imbuhan. Dari
kata uji dapat dibuat sebagai diuji, menguji, pengujan,

36penguji, dan ujian. Dari istilah coba dapat dibentuk katadicoba, mencoba, percobaan, pencoba, dan cobaan.Contoh lain adalah daya cipta. Dari istilah daya dapat dibuat istilah berdaya,memberdayakan, pemberdayaan danteperdaya. Dari istilah cipta dapat dibuat sebagai diciptakan, menciptakan, penciptaan, tercipta, dan ciptaan.Oleh karena itu, gabungan istilah uji coba dan daya ciptaditulis terpisah. Dengan cara yang sama, dapat ditentukan
bahwa gabungan istilah uji petik, uji tera, daya cipta, daya
serap,
dan daya pikir ditulis terpisah.Hal lain yg perlu diingat adalah bahwa terdapat sejumlah adonan istilah yang sudah dipercaya padu. Gabungan
kata itu wajib ditulis serangkai. Berikut ini adonan kata
yang sudah dipercaya padu.
acapkali adakalanya
barangkali bilamana
beasiswa belasungkawa
bumiputra daripada
darmabakti darmawisata
dukacita halalbihalal
hulubalang kacamata
manakala manasuka
matahari olahraga
puspawarna saptamarga
saputangan segitiga
sukacita sukarela
sukaria

37Kita kembali pada istilah bekerja sama seperti pada
kalimat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
(Badan bahasa)
bekerjasama dengan Kementerian Luar
Negeri
di atas sekali lagi. Di atas telah dijelaskan bahwa
gabungan istilah kerja sama harus ditulis terpisah. Lalu,
bagaimana jika adonan istilah hanya mendapat awalan?
Gabungan istilah bekerja sama ditulis terpisah atau
serangkai?
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
juga sudah diatur pengimbuhan
gabungan. Gabungan istilah yang ditulis terpisah tetap
terpisah bila hanya mendapat awalan atau akhiran. Di
bawah ini diberikan beberapa misalnya.Benar Salahberpesta pora berpestapora
bertanda tangan bertandatangan
bekerja bakti bekerjabakti
bertepuk tangan bertepuktangan
penanda tangan penandatangan
penanggung jawab penanggungjawab
peñata busana peñatabusana
kerja samakan kerjasamakan
tanda tangani tandatangani
kerja baktikan kerjabaktikan
sebar luaskan sebarluaskan
kerja baktikan kerjabaktikan
bebas tugaskan bebastugaskan
uji cobakan ujicobakan

38Berdasarkan penjelasan pada atas bisa disimpulkan bahwa
gabungan istilah berimbuhan bekerja sama harus ditulis
terpisah. Dengan demikian, penulisan dalam kalimat (1) di
atas bisa diperbaiki sebagai misalnya berikut.
1a) Badan Pengembangan serta Pembinaan Bahasa
(Badan Bahasa) bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri.
Bagaimana menggunakan penulisan beritahukan pada kalimat Kami beritahukan kepada semua pegawai bahwa
upacara besok pagi dimulai pukul 07.00
di atas?
Gabungan istilah beritahukan ditulis terpisah atau disambung? Sebagaimana penentuan adonan istilah bekerja
sama
di atas, adonan kata beritahukan juga dapat
ditentukan dengan 2 termin, yaitu (1) penentuan adonan istilah beri tahu dan (dua) penentuan adonan kata
yang menerima awalan.
Gabungan istilah beri tahu terdiri atas 2 unsur: beridan tahu. Kata beri dapat diberi imbuhan sehingga menjadi diberi, memberi, pemberian , dan berian. Kata tahujuga bisa diberi imbuhan sehingga sebagai diketahui,
mengetahui, ketahuan,
dan pengetahuan. Oleh karena itu,
gabungan istilah beri tahu ditulis serangkai. Selanjutnya,
kaidah penulisan kata memilih bahwa campuran kata
yang ditulis terpisah permanen dipisah bila hanya mendapat
akhiran. Jadi, gabungan istilah beri tahukan ditulis terpisah.
Dengan demikian, penulisan gabungan istilah beri tahukan

39pada kalimat (2) dapat diperbaikan sebagai seperti di
bawah ini.
2a) Kami beri tahukan kepada semua pegawai
bahwa upacara besok pagi dimulai pukul 07.00.
Kalimat (tiga) serta (4) pada atas masing-masing berbunyiSemua pegawai wajib bertanggungjawab terhadap tugas
yang diemban
dan Penandatangan surat resmi sudah
diatur pada peraturan perundang-undangan.
Pada kedua
kalimat itu terdapat gabungan istilah bertanggungjawab danpenandatangan yang ditulis serangkai. Bagaimana dari Anda? Benar atau salahkah penulisan itu? Penjelasannya sama dengan penjelasan penulisan gabungan katabekerja sama di atas.
Gabungan istilah bertanggung jawab yang bentuk
dasarnya tanggung jawab. Baik istilah tanggung maupunjawab sama-sama dapat diberi imbuhan. Dari istilah tanggung dapat dibuat istilah ditanggung, menanggung,
tanggungan, pertanggungan,
dan tertanggung. Dari katajawab dapat dibuat istilah dijawab, menjawab, jawaban,dan terjawab. Dengan demikian, gabungan istilah tanggung
jawab
harus ditulis terpisah. Gabungan istilah penandatangan yang bentuk dasarnya tanda da tangan. Baik katatanda maupun tangan tergolong istilah bebas atau tidak
terikat. Oleh Karena itu, gabungan istilah tu harus ditulis
terpisah. Selanjutnya, dapat ditentukan bahwa kedua gabungan istilah tersebut tetap ditulis terpisah. Jadi yang benar
adalah bertanda tangan dan penenda tangan. Dengan

40demikian, kalimat (3) dan (4) pada atas bisa diperbaiki
menjadi misalnya berikut.
3a) Semua pegawai wajib bertanggung jawabterhadap tugas yg diemban.
4a) Penanda tangan surat resmi telah diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
Persoalan yang terkait menggunakan penulisan kata berimbuhan merupakan penulisan istilah berimbuhan menyama
ratakan
dan menganak tirikan seperti pada kalimat
berikut.
5) Kita nir boleh menyama ratakan* kemampuan pegawai pada kantor kita.
6) Pemerintah nir boleh menganak tirikan* wilayah terpencil dalam aplikasi pembangunan.
Pada kedua kalimat di atas istilah menyama ratakan danmenganak tirikan ditulis terpisah. Bagaimana menurut
Anda? Betul bila Anda menjawab keliru. Seharusnya,
kedua istilah itu ditulis serangkai. Kaidahnya menyatakan
bahwa gabungan istilah yang semua terpisah ditulis
serangkai jika gabungan istilah itu mendapat awalan dan
akhiran sekaligus. Beberapa contoh lainnya merupakan sebagai
berikut.
sebar luas menyebarluaskan
serah terima menyerahterimakan
ambil alih pengambilalihan

41kambing hitam mengambinghitamkan
nina bobok meninabobokkan
tidak tahu ketidaktahuan
tidak ramah ketidakramahan
tidak sempurna ketidaksempurnaan
tidak nyaman ketidaknyamanan
salah guna menyalahgunakan
putus harapan keputusasaan
Berdasarkan penjelasan di atas, adonan kata menyama
ratakan
dan menganak tirikan yang bentuk dasarnya sama
rata
dan anak tiri harus ditulis serangkai. Dengan demikian, kalimat (lima) serta (6) di atas dapat diperbaiki menjadi
seperti berikut.
5a) Kita tidak boleh menyamaratakan kemampuan
pegawai pada kantor kita.
6a) Pemerintah tidak boleh menganaktirikan wilayah terpencil dalam aplikasi pembangunan.3.2 Penulisan Kata DepanKata depan yang acapkali salah dalam penulisan adalah preposisi di dan ke. Dulu sebelum Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurkan
diberlakukan,
kata depan di dan ke tidak dipisah. Hal itu berarti bahwa
aturan penulisan kata depan di dan ke serta awalan di- danke- tidak dibedakan. Bandingkan contoh berikut!Kata Depan Awalandi samping disumbang

42di sini disimpan
di atas diantar
di pinggir dipinjam
di pantai dipantau
di bawah dibawa
ke depan ketua
ke depan kekasih
ke atas ke 2 (taraf/urutan)
ke rumah ketiga (tinmgkat/urutan)
ke belakang keempat (formasi)
ke kampung kelima (gerombolan )
Kadang-kadang orang merasa gundah saat membedakan preposisi dan awalan. Misalnya, bentuk di pada di
atas
termasuk preposisi atau awalan? Sekurangkurangnya ada 2 cara buat mentukan apakah bentuk ditersebut masuk preposisi atau awalan. Pertama, kata
depan di mempunyai pasangan ke dan dari. Kedua, kata
depan di tidak dapat dilawankan menggunakan meng-. Ambillah
contoh istilah di atas tadi! Selain di atas, ada jua ke atas,dan dari atas. Bentuk di atas juga tidak bisa dilawankan
dengan mengatas. Hal itu berarti bahwa di pada di atastermasuk kata depan. Oleh karenanya, kata di atas ditulis
terpisah. Di bawah ini diberikan beberapa model lain.
di lantai di negara lain
ke lantai ke negara lain
dari lantai berdasarkan negara lain

43di tengah pada persimpangan jalan
ke tengah ke persimpangan jalan
dari tengah menurut persimpangan jalan
di ujung jalan di sejumlah daerah
ke ujung jalan ke sejumlah daerah
dari ujung jalan dari sejumlah daerah
Bagaimana menggunakan istilah keluar? Kata keluar ditulis
terpisah atau serangkai? Kata keluar dibedakan menjadi
dua macam. Selain keluar, kita temukan jua di luar dandari luar. Hal itu berarti bahwa istilah keluar itu merupakan
kata depan sebagai akibatnya harus ditulis terpisah. Tetapi, ada
juga keluar yang ditulis serangkai. Kata keluar yang
kedua ini adalah versus masuk. Jadi, kata keluar yang
kedua ini adalah kata kerja, bukan preposisi atau
kelompok kata istilah-depan. Oleh karenanya, penulisannya
diserangkaikan. Perhatikan kalimat di bawah ini secara
saksama!
1) Presiden RI akan berkunjung ke luar negeri.
2) Hati-hati keluar masuk kendaraan proyek.
Kata ke luar pada kalimat (1) merupakan kata
depan. Kelompok kata ke luar negeri itu dapat disandingkan dengan di luar negeri dan dari luar negeri.Bandingkan kalimat pada bawah ini!
1) Presiden RI akan berkunjung ke luar negeri.

441a) Presiden RI akan berada di luar negeri selama
satu minggu.
1b) Presiden RI akan balik dari luar negeri
minggu depan.
Namun, istilah keluar pada kalimat (2) bukan merupakan
kata depan lantaran lawannhya masuk. Kalimat (2) tidak
dapat dibentuk variasinya misalnya kalimat (1). Perhatikan
baik-baik kalimat berikut.
2) Hati-hati keluar masuk* kendaraan proyek.
2a) Hati-hati di luar masuk* kendaraan proyek.
(nir sanggup)
2b) Hati-hati dari luar masuk* kendaraan proyek.
(nir sanggup)
Jika kalimat (2a) serta (2b) dirasa mungkin, merupakan sudah
berbeda jauh atau bukan adalah pasangannya. Oleh
karena itu, istilah keluar seperti pada kalimat (dua) ditulis
serangkai.
Kata ke samping termasuk preposisi karena kita
temukan juga di samping dan dari samping. Namun, katake samping dapat berubah sebagai kata kerja setelah
diberi imbuhan meng-…-kan. Oleh karenanya, mengesampingkan ditulis serangkai. Begitu juga kata ke tengahdan ke depan. Kedua kata itu pula tegolong kata depan
sehingga ditulis terpisah. Akan tetapi, sesudah mendapat
imbuhan meng-…-kan, kedua istilah itu ditulis serangkan
karena statusnya berubah sebagai kata kerja, bukan lagi
sebagai kata depan. Perhatikan kalimat berikut.

451) Dia membawa sepedanya ke samping rumah.
2) Sekarang mereka pulang ke samping gedung
tingkat itu.
3) Kita nir bisa mengesampingkan dari dari
mereka.
4) Banyak orang acapkali mengesampingkan nasihat
orang tuanya.3.tiga Penulisan PartikelPartikel yg diatur pada Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yg Disempurnakan
adalah -lah, -kah,
-tah, pun,
dan per. Dalam praktiknya penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah tidak menimbulkan perkara. Oleh
karena itu, penulisan ketiga partikel itu nir dibahas
dalam goresan pena ini. Yang akan dibahas dalam goresan pena ini
adalah partikel pun dan per.Pada dasarnya partikel ditulis terpisah berdasarkan kata yang
mendahuluinya. Contohnya adalah menjadi berikut.
1) Mereka pun turut mendukung pembangunan
pasar tradisinal itu.
2) Parkir kendaraan pun sulit karena banyaknya
mobil yang dibawa para tamu.
Partikel pun yang ditulis serangkai merupakan partikel punyang merupakan istilah penghubung. Jadi, kata-kata sepertimeskipun, walaupun, sunggguhpun, biarpun, kendatipun,dan bagaimanapun ditulis serangkai. Contoh pemakaiannya adalah menjadi berikut.

463) Walaupun hari masih pagi, para pegawai kantor
itu telah banyak yang datang.
4) Kendaraan di jalan bebas hambatan itu selalu
macet walaupun hari sudah malam.
Bagaimana menggunakan istilah sekalipun? Apakah kata itu tetap
ditulis serangkai atau terpisah? Kata sekalipun dibedakan
menjadi 2. Ada yang ditulis serangkai dan terdapat pula
yang ditulis terpisah. Kata sekalipun yang ditulis serangkai merupakan kata penghubung, sedangkan yang ditulis
terpisah bukan adalah kata penghubung. Bagaimana
cara membedakannya? Perhatikan kalimat pada bawah ini!
5) Sekalipun dengan susah payah, mereka berhasil
mendaki gunung itu.
6) Jangankan dua kali sekali pun dia belum pernah
datang ke rumahku.
Kata sekalipun pada kalimat (5) adalah kata
penghubung, sedangkan pada kalimat (6) bukan kata
penghubung. Kata sekalipun yang merupakan kata
penghubung dapat diganti menggunakan istilah penghubung yang
lain, sedangkan kata sekali pun yang bukan merupakan
kata penghubung tidak bisa diganti dengan kata
penghubung yg lain. Perhatikan kalimat pada bawah ini!
7) Sekalipun permintaan beras terus meningkat
saat menjelang Lebaran, sediaannya masih tetap
aman.

477a) Meskipun permintaan beras terus meningkat
saat menjelang Lebaran, sediaannya masih tetap
aman.
7b) Walaupun permintaan beras terus meningkat
saat menjelang Lebaran, sediaannya masih tetap
aman.
Kata sekalipun pada kalimat (7) dapat diganti denganmeskipun atau walaupun. Hal itu berarti bahwa katasekalipun seperti pada kalimat (7) adalah kata penghubung. Oleh karenanya, penulisannya diserangkaikan.
Namun, istilah sekali pun pada kalimat di bawah ini tidak
dapat diganti menggunakan istilah meskipun atau walaupun.8) Jangankan dua kali, sekali pun dia belum pernah berkunjung ke rumahku.
8a) Jangankan daua kali, meskipun dia belum pernah berkunjung ke rumahku. (nir sanggup)
8b) Jangankan daua kali, walaupun dia belum pernah berkunjung ke rumahku. (nir sanggup)
Partikel berikutnya yg peru juga dibahas dalam
tulisan ini merupakan partikel per. Kesalahan penulisan
partikel per sering muncul lantaran tidak semua per ditulis
terpisah. Per yang ditulis terpisah per yang mempunyai
arti (1) „tiap-tiap atau setiap‟, (2) „demi‟, serta (3) „mulai‟.
Berikut contoh pemakaiannya pada kalimat.
1) Harga kain itu Rp200.000,00 per meter.

482) Mahasiswa diminta keluar ruang kuliah satu per
satu
secara tertib.
3) Surat keputusan itu berlaku per Januari 2015.
Selain per yang mengandung arti di atas, terdapat jugaper yang memiliki (1) „dibagi‟ serta (2) „dengan (memakai)‟. Per yang mengandung dua arti itu ditulis serangkai. Berikut contoh pemakaiannya pada kalimat.
4) Dua pertiga penduduk kampung itu masih tergolong miskin.
5) Dia menghubungi saudaranya yg pada kota per
telepon.
Ada pula per- yang bukan partikel, melainkan
awalan. Lantaran merupakan awalan, per- ini ditulis
serangkai. Contohnya merupakan menjadi berikut.
6) Perlebar gelaran tikarnya agar dapat memuat
banyak tamu!
7) Sudah sepantasnya kalau kita pertuan kepada
orang asing itu.
Imbuhan per- pada kalimat (6) berarti „menciptakan jadi lebih
lebar‟ dan pada kalimat (7) berarti „memanggil‟.3.4 Penulisan Singkatan serta AkronimSingkatan dan akronim sama-sama merupakan bentuk pendek menurut sebuah kata atau lebih. Bedanya adalah
bahwa singkatan adalah bentuk pendek berdasarkan satu kata
atau lebih yg dilafalkan huruf demi huruf, sedangkan

49akronim adalah bentuk pendek dari dua istilah atau
lebih yang dilafalkan misalnya istilah. Di bawah ini beberapa
contohnya.SingkatanMPR (MPR)
RRI (Radio Republik Indonesia)
SMA (sekolah menenga atas)
PT (perseroan terbatas/perguruan tinggi)
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)AkronimDAMRI (Djawatan Agkutan Motor Republik Indonesia)
AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia)
balita (bawah 5 tahun)
bandara (banda udara)
capeg (calon pegawai)
Kepanjangan menurut singkatan atau akronim pada atas ada
yang ditulis menggunakan dengan alfabet kapital setiap awal kata
dan ada jua yang ditulis menggunakan huruf kecil semua.
Misalnya, Majelis Permusyawaratan Rakyat danAngkatan Udara Republik Indonesia ditulis menggunakan huruf
awal modal. Sementara itu, sekolah menengah atas danbanda udara ditulis menggunakan huruf kecil semua. Jika kita
cermati, kepanjangan yang ditulis menggunakan huruf kapital
setiap awal ucapnya itu adalah nama diri, sedangkan
yang ditulis menggunakan huruf kecil semua bukan nama diri.
Pada pembahasan ini dibicarakan tentang singkatan
lebih dahulu. Penulisan singkatan bisa dibedakan men-

50jadi dua, yaitu (1) singkatan yang ditulis menggunakan tanda
titik atau tanpa pertanda titik dan (2) singkatan yang ditulis
dengan modal atau huruf mini . Dalam fenomena berbahasa seringkali ditemukan kesalahan penulisan singkatan.
Ambillah model penulisan singkatan PT (perseroan
terbatas) dan nama gelar akademik S.S. (sarjana sastra).
Di papan-pana nama pada kota-kota akbar singkatan PT
sering ditulis menggunakan satu titik (PT.). Anehnya, tanda titik
yang poly dipakai hanya satu, yaitu sesudah singkatan T. Sangat jarang yg menuliskan P.T. Sementara
itu, singkatan nama gelar akademik tak jarang nir diikuti
tanda titik. Banyak orang yang menulis, misalnya,
Burhanudin, SS, MA. Bagaimana penulisan yang benar?
Berikut penjelasannya.
Ada 3 kelompok singkatan yg diikuti tanda
titik: (1) singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, dan
pangkat; (dua) singkatan yang terdiri atas 3 alfabet atau
lebih; serta (tiga) singkatan yang terdiri atas dua alfabet yang
biasa digunakan pada surat-menyurat.
Kelompok pertama singkatan yg diikuti pertanda titik
adalah singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, dan
pangkat. Perhatikan contoh pada bawah ini!
Anton M. Moeliono (Mudardo)
Sugiyono S.W. (Sastro Wardoyo)
M.sy. Sudrajat (Muhamad Syarif)
Franky Yusuf, S.H., M.H.
Ajat Sudrajat, S.kom., M.A.
K.H. Mahmud Yunus

51Hj. Saparinah Supardi
R.A. Kartini
K.R.T. Hariyo Santiko
Sdr. Danil Ferguson
Tn. Syam Chaniago
Prof. Dr. Amran Halim (Prof. = pangkat)
Kol. Amarullah Katamso
Kelompok penulisan singkatan yang kedua adalah
penulisan singkatan yg terdiri atas tiga alfabet atau lebih.
Ada sejumlah singkatan yg terdiri atas 3 alfabet atau
lebih yang ditulis menggunakan diakhiri dengan pertanda titik.
Berikut merupakan misalnya.
sda. Sama dengan pada atas
dll. Serta lain-lain
dsb. Dan sebagainya
yth. Yang terhormat
dkk. Serta mitra-kawan
dst. Dan sterusnya
ybs. Yang bersangkutan
sdr. Saudara
ttd. Tertanda
hlm. Halaman
Dalam contoh pada atas terlihat bahwa singkatan yang terdiri
atas dua huruf atau lebih ada yang asal menurut 4 kata, 3
kata, 2 kata, serta 1 kata. Artinya, dua kata lebih dapat
disingkat menjadi tiga alfabet . Ketiga alfabet itu semuanya
huruf kecil serta diikuti satu titik.

52Pada kenyataannya ada singkatan yg tidak sama.
Ambillah contoh istilah jalan. Kata jalan sering disingkat
menjadi jl. Dan ada jua yang menyingkatnya menjadi jln.Pertanyaannya merupakan mana pada antara ke 2 singkatan itu
yang benar. Jawabannya dua-duanya boleh atau tidak
salah. Mengapa begitu? Jawabannya merupakan bahwa aturan
pembuatan singkatan yang baku tidak ada. Oleh karena
itu, suatu singkatan tidak bisa dikatakan galat. Jika dikatakan bahwa singkatan itu salah , tidak terdapat dasar untuk
menyalahkannya. Misalnya, istilah jalan salah jikalau disingkat menjadi jl., harusnya jln. Pertanyaannya merupakan apa
dasarnya kita menyalahkan itu. Selain itu, telah lazim
kata gunung, kebun, atau pondok masing-masing disingkat
menjadi gn., kb., atau pd. Singkatan seperti itu banyak kita
temukan dipakai sebagai nama tempat atau nama jalan.
Di Jakarta serta di sekitarnya dapat kita temukan nama
seperti Gunung Putri, Kebon Kacang, atau Pondok Gedeyang dalam rambu lalu lintas disingkat sebagai Gn. Putri,
Kb. Kacang,
atau Pd. Gede. Tidaklah bijak jikalau harus
kita paksakan singkatan tadi sebagai, misalnhya, Gng.
Putri, Kbn. Kacang,
atau Pdk. Gede. Oleh karenanya,
tidak perlu kita salahkan singkatan jl. atau jln. Yang lebih
aman tentu nir usah disingkat.
Kelompok penulisan singkatan yg ketiga adalah
singkatan yang terdiri atas dua huruf yang biasa dipakai
dalam surat-menyurat. Contohnya merupakan menjadi berikut.
a.N. Atas nama
d.A. Dengan alamat
u.B. Buat beliau
u.P. Buat perhatian

53s.D. Hingga dengan
Contoh singkatan di atas memang acapkali kita temukan dalam surat-menyurat, kecuali yang contoh terakhir. Artinya,
singkatan s.D. Tidak hanya digunakan dalam surat-menyurat, tetapi sering juga ditemukan dalam berbagai jenis
tulisan lain.
Dalam surat-menyurat tak jarang pula ditemukan singkatan plh. dan plt. yang adalah kepanjangan daripelaksana harian dan pelaksana tugas. Pertanyaannya
adalah bagaimana penulisan yg sahih. Singkatan itu
terdiri atas 3 alfabet . Pengelompokannya masuk dalam
penulisan singkatan kelompok ke 2 seperti dll. Dsb. Dst.atau sbb. yang ditulis menggunakan huruf kecil semua dan
diikuti satu tanda titik. Jadi, penulisan yg sahih adalahplh. dan plt.Di atas sudah dinyatakan bahwa penulisan singkatan
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1) singkatan yang
ditulis menggunakan tanda titik atau tanpa tanda titik dan (2)
singkatan yang ditulis menggunakan kapital atau huruf kecil.
Penulisan singkatan dengan indikasi titik telah dibicarakan
di atas. Lalu, bagaimana dengan penulisan singkatan tanpa
tanda titik? Penulisan singkatan yg tidak diikuti tanda
titik bisa dibedakan sebagai tiga gerombolan , yaitu (1)
singkatan nama forum pemerintah serta ketatanegaraan,
lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta dokumen
resmi; (2) singkatan yang terdiri atas alfabet -huruf awal dan
bukan nama diri; serta (tiga) singkatan lambing kimia, satuan
ukuran, takaran, timbangan, serta mata uang.

54Kelompok pertama penulisan singkatan adalah penulisan singkatan nama forum pemerintah serta ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badaan atau organisasi,
dan dokumen resmi. Singkatan gerombolan ini nir diikuti
tanda titik. Contohnya menjadi berikut.
DPRRI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia)
MPR (MPR)
MK (Mahkamah Konstitusi)
MA (Mahkamah Agung)
RRI (Radio Republik Indonesia)
UGM (Universitas Gadjah Mada)
UI (Universitas Indonesia)
ITB (Institut Teknologi Bandung)
ITS (Institut Teknologi Surabaya)
BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional)
BNN (Badan Narkotika Nasional)
BKIA (Balai Kesehatan Ibu serta Anak)
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
PII (Persatuan Insinyur Indonesia)
PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api)
Kelompok kedua penulisan singkatan adalah
penulisan singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal dan
bukan nama diri. Di bawah ini diberikan misalnya.
SD (sekolah dasar)
SMP (sekolah menengah pertama)
SMA (sekolah menengah atas)

55MI (madrasah ibtidaiyah)
MA (madrasah aliyah)
PT (perguruan tinggi)
PT (perseroan terbatas)
PTN (perguruan tinggi negeri)
KTP (kartu pertanda penduduk)
PBB (pajak bumi serta bangunan)
NPWP (angka utama wajib pajak)
NIP (angka induk pegawai)
CPNS (calon pegawai negeri sipil)
PNS (pegawai negeri sipil)
Contoh di atas acapkali mengakibatkan pertanyaan.
Mengapa sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, sekolah
menengah atas,
atau madrasah aliyah tidak ditulis dengan
huruf awal modal? Bukankah singkatannya ditulis dengan
kapital? Pertanyaan misalnya yg seringkali timbul pada rakyat. Penjelasnnya begini.
Nama jenjang pendidikan di atas bukan nama diri.
Nama itu sebagai bagian nama diri apabila diikuti nama
tempat atau nama yayasan. Hal ke 2 yang perlu diingat
adalah bahwa yang ditulis menggunakan huruf kapital bukan
hanya nama diri. Dengan kata lain, alfabet awal pada
singkatan bukan penanda nama diri. Jadi, singkatan yang
terdiri atas alfabet -huruf awal dapat berupa nama diri dan
dapat juga bukan nama diri sebagaimana telah dicontohkan di atas. Di bawah ini diberikan model nama jenjang
pendidikan yg menjadi bagian nama diri yg harus
ditulis menggunakan huruf awal kapital.

56SDN dua Pagi Lubang Buaya (SD Negeri
02 Pagi Lubang Buaya)
SMAN 1 Jakarta (Sekolah Menengah Atas Negeri
Jakarta)
MIN 1 Sukoharjo (Madrasah Ibtidaiyah Negeri 1
Sukoharjo)
MAN 1 Surakarta (Madrasah Aliyah Negeri 1
Surakarta)
SD Muhammadiyah 1 Padang (Sekokah Dasar
Muhammadiyah 1 Padang)
MI Attayibah Ciamis Madrasah Ibtidaiyah
Attayibah Ciamis)
PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian)
Kelompok ketiga penulisan singkatan merupakan penulisan singkatan lambang kimia, langbang mata uang,
satuan ukuran, takaran, serta timbangan. Di bawah ini
diberikan contohnya.
As (arsenik)
Ca (kalsium)
Ra (radium)
Zn (seng)
Rp (rupiah)
km (kilometer)
m (meter)
cm (sentimeter)
l (liter)
g (gram)
kg (kilogram)

57Perlu diberikan catatan sehubungan menggunakan contoh pada atas.Pertama, penulisan singkatan lambang kimia diawali
dengan alfabet kapital. Penulisan seperti itu sudah benar
karena mengikuti cata penulisan internasional. Begitu pula
penlisan lambung mata uang. Lambang mata uang rupiah
ditulis menggunakan huruf awal kapital tanpa tanda titik (Rp).Kedua, penulisan satuan takaran juga mengikuti internasional. Oleh karenanya, singkatan cm tetap digunakan
dengan alfabet c, bukan sm dengan alfabet s.Yang sudah dibahas pada atas merupakan singkatan. Penulisan singkatan dapat dikelompokkan sebagai beberapa
kelompok. Penulisan akronim pula dapat dikelompokkan
menjadi dua: (1) penulisan akronim yang terdiri dari
huruf-huruf awal, baik nama diri maupun bukan nama diri
dan (dua) akronim nama diri yang berupa adonan suku
kata atau adonan alfabet serta suku istilah, baik nama diri
maupun yg bukan nama diri. Penjelasannya masingmasing merupakan sebagai berikut.
Penulisan akronim grup pertama merupakan penulisan akronim yg terdiri atas huruf-huruf awal, baik
nama diri maupun bukan nama diri. Banyak orang beranggapan bahwa akronim terdiri atas alfabet -alfabet modal pasti
merupakan nama diri. Padahal, ada juga akronim yang
terdiri atas huruf-huruf modal yang bukan nama diri. Di
bawah ini diberikan contohnya.Bukan Nama DiriSIM (surat biar mengemudi)
NIM (nomor induk mahasiswa)

58NRP (angka registrasi pokok)
NIP (angka induk pegawai)
ABS (berasal bapak bahagia)
ART (aturan rumah tangga)
ATM (anjungan tunai berdikari)
BAP (fakta program inspeksi)
BBM (bahan bakar minyak)
BP (bimbingan serta konseling)
CBSA (cara belajar siswa aktif)
DAS (wilayah aliran sungai)
DIP (daftar isi proyek)
DPO (daftar pencarian orang)
HUT (hari ulang tahun)
KKL (kuliah kerja lapangan)Nama DiriBAKAN (Badan Administrasi Kepegawaian Negara)
BKN (Badan Kepegawaian Negara)
FBSI (Federasi Buruh Seluruh Indonesia)
HWP (Himpunan Wanita Karya)
ISFI (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia)
KNKT (Komite Nasional Keselamatam Transportasi)
LBHI (Lembaga Bantuan Hukum Indonesia)
LSI (Lembaga Survei Indonesia)
MA (Mahkamah Agung)
MDI (Majelis Dakwah Indonesia)
NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
TNI (TNI)

59Bagaimana membedakan nama diri serta bukan nama
diri? Barangkali itu pertanyaannya. Nama diri adalah
nama satu-satunya atau nir terdapat duanya, baik nama diri
orang, benda, loka, atau nama diri lainnya. Ambillah
contoh rumkit, puskesmas,atau posyandu. Rumah sakityang seringkali disingkat rumkit, sentra kesehatan masyarakatyang biasa disingkat sebagai puskesmas, atau pos pelayanan terpadu yang pula biaya disingkat menjadiposyandu bukan nama diri. Mengapa? Di Jakarta saja ada
sejumlah tempat tinggal sakit, baik milik pemerintah maupun
milik partikelir. Jumlah puskesmas di Jakarta sangat poly.
Begitu juga posyandu. Itu semua baru di Jakarta. Lalu,
berapa poly pada seluruh Indonesia? Itu seluruh dijabarkan
untuk menaruh citra bahwa rumkit, puskesmas,dan posyandu bukan nama diri lantaran bukan satu-satunya.
Oleh karena itu, penulisannya dengan alfabet kecil, baik
bentuk lengkap maupun akronimnya.
Pertanyaan selanjutnya adalah kapan ketiga akronim
di atas sebagai bagian nama diri. Pada dasarnya ketentuan
nama diri adalah satu-satunya harus terpenuhi. Untuk
memenuhi ketentuan itu, ketiga akronim tersebut wajib diikuti
nama loka atau nama diri yang lain. Contohnya adalah
sebagai berikut.Bukan Nama Diri Nama Dirirumah sakit Rumah Sakit Umum Daerah
Sukoharjo
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Rumah Sakit Jantung Harapan Kita

60puskesmas Puskesmas Kelurahan Lubang Buaya
Puskesmas Kecamatan Cipayung
Dalam kalimat nama diri harus ditulis menggunakan huruf
awal kapital, sedangkan yang bukan nama diri ditulis
dengan alfabet kecil semua di mana pun posisinya. Dengan
kata lain, nama diri itu tetap ditulis menggunakan huruf awal
kapital setiap unsurnya walaupun nir berada di awal
kalimat. Sebaliknya, yg bukan nama diri harus ditulis
dengan alfabet kecil semua, kecuali pada posisi di awal
kalimat. Di bawah ini diberikan contohnya.
1) Setiap hari Puskesmas Tanjungpriok melayani
sekitar 150 orang.
2) Sekarang layanan Rumah Sakit Fatmawati
Jakarta Selatan
sudah sangat baik.
3) Posyandu Maju Bersama Kelurahan
Rawamangun
sudah aktif semenjak lebih berdasarkan sepuluh
tahun yg kemudian.
4) Korban Kecelakaan kemudian lintas itu dibawa kepuskesmas terdekat.
5) Kementerian Kesehatan RI sudah menegaskan
bahwa setiap rumah sakit tidak boleh menolak
pasien miskin.
6) Di kota-kota besar posyandu banyak ditemukan
di tingkat RW setiap kelurahan.
Di atas sudah dinyatakan bahwa nama diri adalah
satu-satunya. Pernyataan berikut yang timbul adalah
bagaimana dengan nama orang. Bukankah nama orang itu

61banyak yang sama? Bukankah nama, misanya, Ahmadatau Supardi itu poly? Memang betul pada global ini nama
orang yang sama poly. Tetapi, di global ini tidak ada
orang yg sama persis. Si Ahmad yg tetangga saya
dengan si Ahmad yang tinggal di loka lain pasti tidak
sama. Mungkin wajahnya tidak sama, mungkin tinggi
tubuhnya yang nir sama, atau rambutnya yg berbeda.
Jika seluruh itu sama, dapat dipastikan sidik jarinya tidak
akan sama. Hal itu berati bahwa si Ahmad tetangga saya
adalah satu-satunya orang pada dunia ini. Si Ahmad lain
merupakan nama diri yang lain.
Penulisan akronim grup kedua merupakan penulisan akronim yang terdiri atas akronim nama diri yang
berupa adonan suku istilah atau adonan huruf serta suku
kata. Akronim yang sudah dijelaskan pada atas adalah
akronim yg hanya terdiri atas alfabet -alfabet awal istilah,
sedangkan akronim gerombolan ke 2 ini adalah akronim
yang tidak hanya terdiri atas huruf-huruf awal kata, tetapi
merupakan campuran alfabet awal serta suku istilah atau
gabungan suku-suku kata. Akronim gerombolan kedua ini
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akronim yang tergolong nama diri dan ada jua yang bukan nama diri.
Dengan sendirinya, akronim yang adalah nama diri
ditulis menggunakan huruf awal kapital, sedangkan yang bukan
nama diri ditulis menggunakan huruf kecil semuanya. Berikut ini
contohnya.Nama DiriAkpindo (Asosiasi Panel Kayu Indonesia)
Babinkumnas (Badan Pembinaan Hukum Nasional)

62Gapkindo (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia)
Hipmi (Himpunan Pengusaha Indonesia)
Ikadin (Ikatan Advokat Indonesia)
Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
Kejagung (Kejaksaan Agung)
Mabesad (Markas Besar Angkatan Darat)
Organda (Organisasi Angkutan Darat)Bukan Nama Diriamdal (analisis tentang pengaruh lingkungan)
angkot (angkutan kota)
balita (bawah 5 tahun)
bandara (bandar udara)
banpol (donasi polisi)
danramil (komandan rayon militer)
galatama (perserikatan sepak bola primer)
jihandak (penjinak bahan peledak)
kajari (ketua kejaksaan negeri)
moge (motor gede)
orpol (organisasi politik)
pangdam (panglima daerah militer)
Mungkin sebagian model akronim yang bukan
nama diri pada atas masih menimbulkan pertanyaaan. Misalnya, kita ambil akronim bandara, kajari, serta pangdam.Ketiga akronim itu bukan nama diri. Bandingkan akronim
nama diri dan bukan nama diri pada kalimat berikut!

631) Semua bandara di Indonesia sudah menempatkan bahasa Indonesia pada tempat paling atas
dalam pada menuliskan papan petunjuk.
2) Setiap orang yg akan diangkat sebagai kajaridi lingkungan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia wajib memenuhi kriteria tertentu.
3) Untuk dapat menduduki jabatan pangdam, seorang perwira wajib sudah berpangkat mayor
jenderal.
4) Presiden akan terbang berdasarkan Bandara Halim
Perdanakusuma
menuju ke London, Inggris
besok pagi.
5) Mereka wajib bertemu dengan Kajari Semaranghari ini sebelum pukul 10.00.
6) Mayor Jenderal Tentara Nasional Indonesia Gatot Sampurna akan dilantik menjadi Pangdam Jaya bulan depan.
Akronim bandara, kajari, dan pangdam seperti pada kalimat (1), (dua), serta (3) bukan nama diri. Ketiga
akronim itu merupakan pernyataan yang masih bersifat
umum. Di Indonesia ini masih ada poly bandara, kajari,dan pangdam. Artinya, akronim itu tidak memilih nama
tertentu atau bukan satu-satunya. Berbeda halnya dengan
ketiga akronim itu dalam kalimat (4), (5), serta (6). Pada
ketiga kalimat terakhir akronim bandara, kajari, danpangdam menjadi nama diri. Di dunia ini hanya terdapat satuBandara Halim Pendarakusuma, satu Kajari Semarang,dan satu Pangdam Jaya.

643.5 Penulisan Angka dan Lambang BilanganDalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
telah diatur bahwa terdapat 2 cara
menuliskan lambang bilangan, yaitu menggunakan angka Arab
dan nomor Romawi. Masalah yg acapkali ada dalam
penerapan kaidah ejaan merupakan kapan lambang bilangan
itu ditulis menggunakan angka dan kapan ditulis menggunakan huruf.
Hal itu acapkali dipertukarkan. Kita cermati kalimat di
bawah ini.
1) Sekurang-kurangnya telah 2 kali rombongan
mahasiswa berdasarkan Jawa Timur itu mengunjungi
Perpustakaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada Rawamangun, Jakarta Timur.
2) Pajak bumi dan bangunan (PBB) yg hanya
dibayar 1 (satu) kali pada setahun itu harus
kita taati bersama.
3) Dalam sehari ini kita menerima lima orang
tamu: 2 orang menurut Jakarta serta tiga orang menurut luar
Jakarta.
Pada kalimat (1) lambang bilangan ditulis dengan
angka, bukan menggunakan huruf. Penulisan seperti itu keliru.
Kaidahnya menyatakan bahwa lambang bilangan yang
dapat dinyatakan dengan satu atau 2 istilah ditulis dengan
huruf. Lambang sapta misalnya dua, 3, sepuluh, tiga
pulun,
atau seratus harus ditulis menggunakan huruf, tetapi
lambang bilangan seperti 22, 33, 65, 78, dan 121 harus
ditulis menggunakan angka. Oleh karenanya, lambang bilangandua seperti pada kalimat (1) harus ditulis menggunakan huruf.

65Dengan demikian, kalimat (1) dapat diperbaiki menjadi
seperti berikut.
1a) Sekurang-kurangnya telah dua kali rombongan
mahasiswa berdasarkan Jawa Timur itu mengunjungi
Perpustakaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada Rawamangun, Jakarta Timur.
Pada kalimat (dua) lambang bilangan dinyatakan menggunakan nomor serta alfabet sekaligus. Penulisan seperti itu juga
tidak sinkron menggunakan kaidah. Penulisan lambang bilangan
yang ditulis menggunakan angka dan huruf sekaligus hanya
dilakukan dalam kuitansi serta rumusan peraturan perundang-undangan. Pada kalimat biasa seperti kalimat (dua)
cukup ditulis menggunakan huruf. Lambang sapta seperti
pada kalimat (2) ditulis menggunakan huruf karena lambang
bilangan tadi bisa dinyatakan dengan satu istilah.
Dengan demikian, kalimat (dua) bisa diperbaiki menjadi
seperti berikut.
2a) Pajak bumi serta bangunan (PBB) yang hanya
dibayar satu kali dalam setahun itu harus kita
taati bersama.
Penulisan lambang sapta dalam kalimat (tiga) menampakan perkara lain lagi. Dalam kalimat (3) lambang
bilangan ada yang ditulis menggunakan huruf dan ada jua yang
ditulis menggunakan angka. Penulisan seperti itu juga tidak
sesuai dengan kaidah. Lambang sapta yg dipakai
secara berturut-turut ditulis menggunakan angka meskipun dapat

66dinytakan dengan satu atau dua kata. Oleh karenanya,
kalimat (tiga) dapat diperbaiki menjadi misalnya berikut.
3a) Dalam sehari ini kita menerima 5 orang tamu: 2orang dari Jakarta serta 3 orang berdasarkan luar Jakarta.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana pengaturan penulisan lambang bilangan? Kapan lambang bilangan ditulis menggunakan angka, kapan ditulis menggunakan huruf,
dan kapan ditulis menggunakan angka dan huruf sekaligus?
Lambang sapta yang harus ditulis menggunakan angka adalah
lambang sapta yang menyangkut (1) berukuran (panjang,
berat, luas, serta isi), waktu, serta nilai uang; (2) menomori
alamat (jalan, tempat tinggal , kamar hotel/apartemen/tempat kerja); serta
(3) menomori bagian karangan dan ayat buku suci.
Berikut ini penjelasannya satu per satu.
Penulisan lambang bilangan dengan nomor grup pertama adalah penulisan lambang bilangan yang
menyangkut ukuran (panjang, berat, luas, serta isi), waktu,
dan nilai uang
. Meskipun dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, lambang bilangan yang menyangkut ukuran, waktu, serta nilai uang ditulis menggunakan angka. Contohnya
adalah sebagai berikut.
1) Untuk perbaikan ruangan itu dibutuhkan papan
berukuran 4 meter.
2) Setiap orang mendapatkan bantuan berat seberat20 kg.
3) Luas tanah lapang itu lebih dari 3.000 meter.

674) Setiap kendaraan beroda empat hanya boleh mengisi BBM bersubsidi paling poly 30 liter buat sekali
pengisian.
5) Koruptor itu divonis 10 tahun penjara dan
denda sebesar 4 miliar rupiah.
6) Harga sepeda motor itu Rp19.350.000,00.
Lambang sapta 4, 20, 3.000, 30, dan 10 seperti
yang tertera dalam kalimat (1)—(lima) sebenarnya dapat
dinyatakan menggunakan satu atau dua istilah, namun hatus ditulis
dengan angka sesuai menggunakan kaidahnya. Kaidah juga
mengatur bahwa nomor digunakan dalam penulisan nilai mata
uang misalnya dalam kalimat (6).
Penulisan lambang bilangan dengan nomor grup pertama adalah penulisan lambang bilangan yang
menyangkut penomoran jalan, rumah, dan kamar
hotel/apartemen/kantor
. Di bawah ini diberikan misalnya pada kalimat.
1) Rumahnya beralamat di Jalan Kenari 2/45,
Rawamangun, Jakarta Timur.
2) Dia tinggal di Jalan Manunggal 17, RT03,
RW11, Nomor 29, Lubang Buaya, Cipayung,
Jakarta Timur.
3) Malam itu dia menginap pada Hotel Surya
Kencana, Kamar 412.
4) Selama ini beliau diketahui tinggal pada Apartemen
Global Jaya, Tower B, Lantai 8, Kamar 05.
5) Ruang kerjanya pada Gedung Samudra, Lantai tiga,Kamar 306.

68Penulisan lambang bilangan dengan nomor grup pertama adalah penulisan lambang bilangan yang
menyangkut penomoran bagian karangan dan ayat kitab
suci
. Perhatikan contoh berikut!
1) Kita dapat membaca aturan itu pada buku
KUHP, Bab XVI, Pasal 310, laman 330.2) Ciri orang bertakwa menurut Quran dapat
dilihat pada surah Albaqarah: tiga—4.
Penulisan lambang sapta yang berikutnya adalah
penulisan lambang bilangan dengan huruf. Lambang sapta yang ditulis menggunakan huruf adalah lambang bilangan
yang dapat dinyatakan dengan satu atau 2 kata, kecuali
dipakai secara berurutan seperti yang telah disinggung di
atas. Namun, buat lebih memperjelas, di bawah ini
diberikan contoh lagi pemakaiannya pada kalimat.
1) Dalam pertemuan yg sangat krusial itu hadirlima orang gubernur berdasarkan luar Jawa.
2) Panitia telah memilih sepuluh buku pilihan
untuk dicalonkan menjadi penerima penghargaan.
3) Pembagian tugas bagi 20 siswa diatur sebagai
berikut: 6 siswa menjadi penerima tamu, 6 siswa
mengantarkan hidangan, serta 8 siswa mengatur
pertemuan.
4) Tahun ini sekolah kita terdapat 6 anak yang menerima beasiswa: 3 beasiswa dari Kementerian
Pendidikan serta Kebudayaan, 2 beasiswa dari

69pemerintah daerah, serta 1 beasiswa menurut perusahaan.
Jika kita cermati, seluruh lambang sapta yang masih ada pada kalimat-kalimat di atas dapat dinyatakan dengan satu atau 2 istilah. Tetapi, lambang sapta pada
kalimat (3) dan (4) ditulis menggunakan angka semua. Hal itu
sudah sinkron menggunakan kaidah lantaran lambang sapta pada
kalimat (1) serta (2) tidak dipakai secara berturut-turut,
sedangkan pada kalimat (3) dan (4) dipakai secara berturut-turut. Oleh karenanya, penulisannya tidak sama.
Bagaimana jika lambang sapta yang nir dapat
dinyatakan dengan satu atau 2 kata, tetapi terletak pada
posisi awal kalimat? Karena kalimat harus diawali dengan
huruf modal, lambang bilangan yg nir dapat dinyatakan dengan satu atau dua istilah itu nir diletakkan pada
awal kalimat. Perhatikan kalimat berikut!Salah1) 135* orang akan diberangkatkan naik haji di
kelurahan kita tahun ini.
2) 350* orang pengajar telah lulus sertifikasi guru
tahun ini pada Jakarta Timur.Benar1a) Di kelurahan kita tahun ini 135 orang akan
diberangkatkan naik haji.
2a) Tahun ini di Jakarta Timur 350 orang pengajar telah
lulus tunjangan profesi guru.

70Penulisan lambang sapta yang terakhir adalah
penulisan lambang bilangan dengan angka dan huruf sekaligus. Lambang sapta yang ditulis menggunakan angka dan
huruf sekaligus dipakai pada kuitansi atau rumusan
peraturan perundangan-undangan. Contohnya adalah menjadi berikut.
1) Sudah diterima uang sebanyak Rp3.500.000,00
(tiga juta lima ratus ribu rupiah)
untuk
pembelian sebuah televisi merek Tania.
2) Setiap orang yg memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dipidana menggunakan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)tahun dan/atau denda paling banyakRp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).Selain lambang bilangan yang ditulis menggunakan huruf
dan/atau pada atas, diatur jua penulisan lambang bilangan
tingkat. Penulisan lambang sapta taraf dilakukan
sebagai berikut.Benar Salahangkatan XI angkatan ke-XIanghkatan ke-11 angkatan ke 11angkatan kesebelas angkatan ke sebelasHUT LXIX HUT ke-LXIXHUT ke-69 HUT ke 69

71Pertanyaan yg timbul sehubungan dengan contoh
penulisan bilangan taraf pada atas adalah bagaimana kalau
penulisan HUT RI menjadi berikut.
1) Tahun ini bangsa Indonesia merayakan Hari
Ulang Tahun LXX Republik Indoesia.
2) Tahun ini bangsa Indonesia merayakan Hari
Ulang Tahun Ke-70 Republik Indoesia.
3) Tahun ini bangsa Indonesia merayakan Hari
Ulang Tahun Ketujuh Puluh Republik
Indonesia.
Penulisan lambang sapta misalnya pada kalimat (1)—(tiga)
sudah sahih. Pada kalimat (1) digunakan ang Romawi.
Dalam hal ini tidak perlu dipakai kata ke. Kata ke perlu
digunakan dalam penulisan lambang bilangan tingkat yang
menggunakan angka Arab seperti pada kalimat (2). Cara
penulisan lambang sapta taraf juga bisa dilakukan
dengan menggunakan huruf semua seperti pada kalimat
(tiga). Yang perlu diperhatikan merupakan bahwa apabila lambang
bilangan taraf itu lebih menurut satu kata, setiap awal kata
ditulis menggunakan huruf awal kapital. Selain itu, kata ketujuhditulis serangkai, namun frasa ketujuh puluh ditulis
terpisah.3.5 Penulisan Kata Ganti serta Kata SandangDalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
diatur penulisan kata ganti ku-, kau-,
-ku, -mu,
dan –nya. Lalu, kata sandang yang diatur adalahsi dan sang. Penulisan kata ganti ku- (proklitik/terletak di

72depan) dan –ku (enklitik/terletak di akhir) nir menyebabkan perkara dalam penulisannya. Penulisan kata
seperti kusampaikan, kuambil, bukuku, atau rumahku tidak
menimbulkan perkara. Penulisan istilah ganti –mu dan –nyajuga nir mengakibatkan masalah. Penulisan kata sepertisuratmu, pendapatmu, masalahnya, atau jumlahnya tidak
menimbulkan masalah. Yang acapkali mengakibatkan perkara merupakan penulisan kata ganti kau-. Penulisan kau- lebih
banyak galat. Perhatikan kalimat berikut!
1) Kau ambilkan* titipan itu minggu depan.
2) Kemarin kau bawa* titipan itu ketika pulang dari
sini.
Pada kalimat (1) dan (dua) pada atas kata ganti kauditulis terpisah dari kata yg mengikutinya. Penulisan
seperti itu tak jarang ditemukan, namun tidak sesuai dengan
kaidah. Seharusnya kata ganti kau- ditulis serangkai menggunakan kata yg mengikutinya sehingga kalimat di atas
dapat diperbaiki menjadi misalnya berikut.
1a) Nak, tolong kauambilkan buku itu!
2a) Kemarin kaubawa titipan itu dalam tasmu.
Ada hal yang perlu diingat, yakni bahwa tidak
semua istilah ganti kau ditulis serangkai. Lalu, bagaimana
cara membedakannya? Untuk mengetahuinya, perhatikan
kalimat pada bawah ini!
3) Setelah mengerjakan tugas itu, kau boleh
pulang
nanti.

734) Kau akan mendapat hadiah itu jikalau nilai
rapormu bagus.
Pada kalimat (tiga) serta (4) istilah ganti kau ditulis terpisah
dari istilah yang mengikutinya. Hal itu tidak selaras menggunakan kata
ganti kau- pada kalimat (1) serta (dua). Apabila ditinjau, kata
ganti kau- pada kalimat (1) serta (2) dengan kalimat (tiga) dan
(4) memang tidak selaras. Perbedaannya terletak dalam fungsi
kata ganti kau- dalam kalimat. Kita bandingkan kalimat
(1) serta kalimat (tiga) berikut.
1) Kauambilkan // titipan itu // minggu depan.
P S K
2) Setelah mengerjakan tugas itu, // kau //K Sboleh pergi // nanti.
P K
Dari model perbandingan pada atas terlihat perbedaan
fungsi istilah ganti kau-. Pada kalimat (1) kata ganti kauberfungsi sebagai bagian menurut predikat, sedangkan pada
kalimat (dua) berfungsi menjadi subjek. Hal serupa dapat
dilihat dalam kalimat (tiga) dan (4) ini dia.
3) Kemarin//kaubawa//titipan itu//saat pulang menurut sini.
K P S K
4) Kau//akan mendapat//hadiah itu//kalau nilai
S P O K
rapormu bagus.
Pada kalimat (dua) istilah istilah ganti kau- berfungsi bagian dari
predikat, sedangkan pada kalimat (4) kau- berfungsi

74sebagai subjek. Dengan demikian, jelaslah bahwa kauyang ditulis serangkai merupakan kau- yang berfungsi sebagai
bagian predikat, sedangkan kau yang ditulis terpisah dari
kata yg mengikutinya adalah kau yang berfungsi
sebagai subjek.
Penulisan istilah pakaian si dan sang sudah kentara,
yakni ditulis terpisah berdasarkan istilah berikutnya dan ditulis
dengan alfabet kecil. Khusus kata sandang sang ditulis
dengan alfabet awal kapital hanya untuk nama Tuhan.
Perhatikan perbedaan penulisan dalam kalimat pada bawah
ini!
1) Selama ini beliau tidak berani melanggar perintahsang ayah.2) Serahkan semua masalah itu pada Sang
Pencipta.
IV. PEMAKAIAN TANDA BACA

75Tanda baca yang diatur dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan
meliputi
tanda titik, tanda koma, tanda titik koma, pertanda titik dua,
tanda hubung, indikasi pisah, tanda tanya, pertanda seru, tanda
elipsis, tanda petik, indikasi kurung, indikasi garis mirin, dan
tanda apostrof. Berikut penjelasannya satu per satu.4.1 Tanda TitikPenerapan kaidah indikasi titik nir banyak menimbulkan perkara selain yg dibahas dalam penulisan singkatan atau akronim pada atas. Tetapi, terdapat kesalahan yang
masih tak jarang ditemukan, yaitu (1) penggunaan indikasi titik
pada akhir penomoran yg lebih berdasarkan satu angka dan (2)
digunakan pada nomor atau alfabet yg sudah
menggunakan pertanda kurung. Perhatikan contoh berikut.
1) * 1. Pengaruh Bahasa Daerah dan Bahasa Asing
1.1. Pengaruh Bahasa Daerah
1.1.1.pengaruh Positif
1.1.2.pengaruh Negatif
1.dua. Pengaruh Bahasa Asing
1.2.1.pengaruh Positif
1.dua.2.pengaruh Negatif
2)* Hal-hal yang wajib disiapkan pada pelaksanaan
kemah merupakan sebagai berikut:
a). Tenda,
b). Pakaian secukupnya,
c). Peralatan masak,
d). Peralatan mandi,

76e). Bekal makanan, dan
f). Obat-obatan.
Kesalahan penggunaan pertanda titik seperti dalam contoh (1) pada atas seringkali ditemukan pada tulisan-tulisan
resmi seperi karya ilmiah atau laporan kegiatan. Begitu
juga kesalahan penggunaan seperti pada contoh (dua).
Menurut kaidahnya, indikasi titik tidak digunakan pada akhir
penomoran yg lebih berdasarkan satu angka. Tanda titik juga
tidak digunakan pada penomoran yang sudah menggunakan tanda kurung. Oleh karenanya, contoh di atas
dapat diperbaiki menjadi misalnya berikut.
1a) 1. Pengaruh Bahasa Daerah serta Bahasa Asing
1.1 Pengaruh Bahasa Daerah
1.1.1 Pengaruh Positif
1.1.2 Pengaruh Negatif
1.2 Pengaruh Bahasa Asing
1.dua.1 Pengaruh Positif
1.2.2 Pengaruh Negatif
2a) Hal-hal yang harus disiapkan dalam pelaksanaan kemah merupakan sebagai berikut:
a) tenda,
b) pakaian secukupnya,
c) peralatan masak,
d) peralatan mandi,
e) bekal makanan, dan
f) obat-obatan.4.2 Tanda Koma

77Dalam praktik berbahasa acapkali ditemukan kesalahan pemakaian pertanda koma. Kesalahan yang cukup
mencolok adalah pemakaian indikasi koma buat memisahkan induk kalimat serta anak kalimat dalam kalimat
majemuk yang anak kalimatnya mengiringi induk kalimat.
Perhatikan contoh berikut.
1) Masyarakat yang tiba ke loka pembagian
sembako itu terlalu banyak,* sebagai akibatnya panitian
kewalahan.
2) Era teknologi seperti kini ini akses informasi
sangat bebas,* sebagai akibatnya diperlukan bimbingan
orang tua bagi anak-anaknya.
Salah satu kaidah pertanda koma menyatakan bahwa
tanda koma tidak digunakan buat memisahkan induk
kalimat menggunakan anak kalimat jika induk kalimat
mendahului anak kalimat atau anak kalimat mengiringi
induk kalimat. Kalimat (1) pada atas adalah kalimat
majemuk bertingkat. Begitu juga kalaimat (2). Kalimat (1)
terdiri atas 1 induk kalimat serta 1 anak kalimat. Bagian
yang pertama, yaitu masyarakat yang tiba ke tempat
pembagian sembako itu terlalu banyak
, merupakan induk
kalimat, sedangkan bagian ke 2, yaitu sehingga panitia
kewalahan
, adalah anak kalimat. Kalimat (dua) juga
terdiri atas 1 induk kalimat serta 1 anak kalimat. Bagian
yang pertama, yaitu era teknologi seperti sekarang ini
akses kabar sangat bebas
, adalah induk kalimat,
sedangkan bagian kedua, yaitu sehingga diperlukan
bimbingan orang tua bagi anak-anknya,
merupakan anak

78kalimat. Hal itu berarti bahwa pada kalimat (1) serta (2)
induk kalimat mendahului anak kalimat atau anak kalimat
mengiringi induk kalimat. Oleh karenanya, di antara induk
dan anak kalimat (1) serta (2) nir dipakai indikasi koma
seperti perbaikannya berikut.
1a) Masyarakat yg tiba ke loka pembagian
sembako itu terlalu poly sebagai akibatnya panitian
kewalahan.
2a) Era teknologi seperti sekarang ini akses kabar sangat bebas sehingga diperlukan bimbingan orang tua bagi anak-anaknya.
Banyak orang yg memakai tanda koma yang
tampaknya atas dasar atau pertimbangan jeda pada pembacaannya. Padahal, aturan yg benar nir misalnya itu.
Jika penggunaan pertanda koma atas pertimbangan jarak,
contoh kalimat berikut sama-sama menggunakan tanda
koma.
3) Mereka ditegur pimpinan,* karena laporan kegiatannya terlambat.
4) Lantaran laporan kegiatannya terlambat, mereka
ditegur pimpinan.
Jika hanya dirasa-rasa, penggunaan pertanda koma seperti
pada kalimat (3) serta (4) sama-sama benar. Seharusnya,
penggunaan indikasi koma pada kedua kalimat tersebut
harus dipandang anak dan induk kalimatnya. Kaidahnya
mengatur bahwa anak kalimat yg mendahului induk

79kalimat dipisahkan dengan indikasi koma. Jika kita cermati,
kalimat (3) terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat.
Bagian kalimat mereka ditegur pimpinan merupakan
induk kalimat, sedangkan bagian kalaimat karena laporan
kegiatannya terlambat
merupakan anak kalimat. Oleh
karena itu, nir koma digunakan. Sebaliknya, kalimat (4)
sudah benar. Kalimat (4) anak kalimat mendahului induk
kalimat. Oleh karenanya, setelah anak kalimat digunakan
tanda koma.
Barangkali pertanyaan yang muncul merupakan bagaimana memilih anak kalimat dan induk kalimat. Yang
harus diingat lebih dahulu merupakan bahwa anak kalimat
hanya ada pada kalimat majemuk bertingkat. Lalu,
kalimat majemuk bertingkat sekurang-kurang terdiri atas 2
subjek serta 2 predikat. Tetapi, apabila subjeknya sama, yang
muncul hanya satu subjek.adapun anak kalimat dapat
dikenali lewat (1) istilah penghubung yang mengawalinya,
(2) ketidakmandiriannya sebagai sebuah kalimat, serta (3)
keberadaan unsur predikat sekurang-kurangnya. Perhatikan baik-baik model berikut!
a) Karena tidak punya uang yang cukup, dia
mengurungkan niatnya buat membeli kendaraan beroda empat.
b) Mereka terlambat sehingga tidak bisa mengikuti
acara yg pertama.
Bagian kalimat yg dicetak miring pada kalimat (lima)
dan (6) pada atas merupakan anak kalimat, sedangkan bagian
yang lainnya adalah induk kalimat. Anak kalimat
pada kalimat (5) diawali istilah penghubung karena, sedang-

80kan anak kalimat (6) diawali kata penghubung sehingga.Setiap anak kalimat itu nir bisa berdiri sendiri sebagai
kalimat lengkap. Jadi, bagian kalimat karena nir punya
uang yang relatif
bukan adalah kalimat lengkap.
Begitu jua bagian kalimat sehingga nir dapat
mengikuti acara yg pertama.
Di samping itu, dalam
setiap anak kalimat di atas masih ada predikat. Predikat pada
anak kalimat yang pertama adalah tidak punya, sedangkan
predikat dalam anak kalimat yg kedua adalah tidak dapat
mengikuti.
Dengan demikian, ke 2 bagian kalimat di
anak termasuk anak kalimat. Anak kalimat pada kalimat
(5) dikuti pertanda koma karena anak kalimat mendahului
induk kalimat. Sebaliknya, anak kalimat dalam kalimat (6)
tidak diikuti koma lantaran anak kalimat mengiringi induk
kalimat.
Di atas sudah dibahas kaidah pemakaian tanda
koma buat memisahkan anak kalimat yang mendahului
induk kalimat. Itu baru salah satu kaidah pertanda koma.
Namun, penerapan kaidah itu memang sangat seringkali salah .
Masih ada sejumlah kaidah pertanda koma yang juga masih
sering salah dalam penerapannya seperti pada kalimat
berikut.
5) Mereka membeli kertas, buku, serta laptop.
6) Dia tidak ingin mempunyai lukisan itu, tetapi
hanya ingin melihatnya.
7) Oleh karenanya, masalah itu kita anggap
selesai.
8) Kantornya beralamat pada Jalan Daksinapati
Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur.

819) Sekarang nama lengkapnya adalah Dr. Siti Nur
Azizah, S.H.
10) Semua karyawan, baik pria juga perempuan , besok pagi harus ikut kerja bakti di
halaman kantor.
Seperti dalam kalimat (7) tanda koma digunakan
untuk memisahkan bagian-bagian dalam perincian.
Namun, dalam praktiknya poly orang yg tidak
menggunakan indikasi koma sebelum perincian terakhir.
Tentu saja hal itu tidak sinkron dengan kaidah. Pada
kalimat (8) terlihat bahwa tanda koma digunakan
sebelum istilah seperti tetapi, sedangkan, dan melainkandalam sebuah kalimat. Akan namun, banyak juga
ditemukan kalimat yg nir menggunakan indikasi koma
seperti dalam kalimat (8). Tanda koma pula digunakan
setelah kata penghubung antarkalimat misalnya pada
kalimat (9). Dalam sebuah kalimat kata penghubung
seperti jadi, sang karenanya, menggunakan demikian,ataumeskipun begitu harus diikuti tanda koma. Contoh
kalimat (10) menampakan penggunaan pertanda koma
untuk memisahkan bagian-bagian alamat yang ditulis
menyamping. Sayangnya, masih poly goresan pena yang
mencantumkan bagian-bagian alamat yang tidak dipisahkan menggunakan indikasi koma. Selanjutnya, pertanda koma
digunakan untuk memisahkan antara nama dan singkatan
gelar akademik misalnya dalam kalimat (11). Pada Kenyataannya cara penulisan misalnya itu masih banyak keliru.
Kaidah pertanda koma selanjutnya merupakan tanda koma yang
digunakan buat mengapit kabar tambahan seperti

82pada kalimat (12). Cara penulisan seperti itu jua sering
salah.4.tiga Tanda Titik KomaAda 2 hal krusial yang perlu diperhatikan
sehubungan menggunakan kaidah pemakaian tanda titik koma,
yaitu (1) buat menggantikan kata penghubung yang
memisahkan kalimat satu dengan kalimat lain dalam
kalimat majemuk setara dan (dua) untuk memisahkan bagainbagian pada kalimat yang sudah menggunakan tanda
koma. Pertahikan contoh pada bawah ini!
1) Sore itu cuaca di pinggir Pantai Losari sangat
cerah; sejumlah keluarga tampak sedang
bersantai; para pedagang kaki lima baru saja
menggelar dagangannya.
2) Untuk aktivitas perkemahan itu semua peserta
harus membawa alat-alat mandi misalnya sabun,
sikat gigi, serta odol; peralatan makan dan masakmemasak seperti kompor, panci, piring, dan
cangkir; serta peralatan pemasangan tenda seperti
tenda, tali-temali, paku pancang, pisau, atau
gunting.
Pada kalimat (1) indikasi titik koma dipakai untuk
memisahkan kalimat satu menggunakan kalimat yg lain dalam
kalimat mejemuk setara. Kalimat (1) terdiri atas tiga
kalimat tunggal. Antarkalimat itu dipisahkan dengan tanda
titik koma yg sebenarnya pertanda titik koma itu dapat

83digantikan dengan istilah penghubung misalnya kalimat
berikut.
1a) Sore itu cuaca pada pinggir Pantai Losari sangat
cerah serta sejumlah famili tampak sedang
bersantai dan para pedagang kaki 5 baru
saja menggelar dagangannya.
Kalimat (1) merupakan kalimat beragam setara,
sedangkan kalimat (dua) adalah kalimat tunggal. Tanda
titik koma dalam kalimat (1) digunakan antarkalimat
tunggal yang sebagai bagian berdasarkan kalimat beragam setara
tersebut. Namun, pertanda titik koma tidak digunakan
antarkalimat tunggal, namun buat memisahkan antarperincian yg dalam setiap perinciannya sudah memakai indikasi koma. Sebenarnya buat memisahkan bagianbagian dalam perincian digunakan pertanda koma. Jika itu
yang diikuti, tidak kentara perbedaan antarperincian dan
antarbagian dalam perincian. Bandingkan kalimat (2)
dengan (2a) berikut!
2a) Untuk aktivitas perkemahan itu semua peserta
harus membawa alat-alat mandi misalnya sabun,
sikat gigi, serta odol, peralatan makan dan
masak-mengolah seperti kompor, panci, piring,
dan cangkir, serta peralatan pemasangan tenda
seperti tenda, tali-temali, paku pancang, pisau,
atau gunting.
Ada satu hal lagi sehubungan dengan penggunaan
tanda koma di atas, yaitu penggunaan tanda titik koma

84untuk akhir perincian yang umumnya ditulis menurun.
Ketentuan itu hanya berlaku pada rumusan peraturan
perundang-undangan. Dalam hubungan itu, penggunaan
tanda titik koma nir mempertimbangkan apakah
perincian tadi berupa kalimat kalimat tunggan atau
bukan. Penggunaan pertanda titik koma pada undangundang itu pula nir mempertimbangkan apakah dalam
setiap perincian itu sudah digunakan pertanda koma atau
belum. Ketentuan itu adalah ketentuan khusus yang
hanya berlaku pada ragam bahasa peraturan perundangan-undangan seperti yang telah diatur dalam UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 mengenai Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan. Berikut merupakan misalnya.
(1) Administrasi Umum Pemerintahan yg Baik
dalam undang-undang ini meliputi asas:
a. Kepastian hukum;
b. Kemanfaatan;
c. Ketidakberpihakan;
d. Kecermatan;
e. Tidak menyalahgunakan wewenang;
f. Keterbukaan;
g. Kepentingan generik; dan
h. Pelayanan yang baik.
(2) Penggunaan Diskresi dikategorikan sebagai
tindakan yg melampaui Wewenang bila:
a. Bertindak melampaui batas ketika berlakunya
Wewenang yg diberikan oleh peraturan

85perundang-undangan;
b. Ber tindak melampaui batas wilayah
berlakunya Wewenang yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan; serta/atau
c. Menggunakan mekanisme yg nir sesuai
dengan ketentuan Pasal 26 sampai dengan
Pasal 28.4.4 Tanda Titik DuaHingga ketika ini kesalahan penggunaan tanda titik
dua banyak dijumpai dalam laporan kegiatan, surat dinas,
atau laporan penelitian pada perkara seperti berikut.
1) Kegiatan penataran bagi para calon penyuluh
bahasa Indonesia merupakan aktivitas yang
sangat dinanti-nanti sang para pegawai di
lingkungan Badan dan Pengembangan Bahasa.
Hal itu masuk akal lantaran jumlah pegawai yang dapat
mengikuti penataran sangat terbatas. Karena
peminatnya begitu besar , aktivitas penataran ini
perlu terus diadakan serta ditingkatan.
Sehubungan menggunakan itu, kami perlu melaporkan
hal-hal menjadi berikut:
1. Persiapan
….
2. Pelaksanaan
….
3. Hambatan
….

864. Solusi
….
5. Penutup
Contoh laporan di atas jikalau ditulis lengkap dapat
mencapai tiga puluh halaman atau lebih. Perhatikan
kalimat yg terakhir! Kalimat terakhir itu diakhiri tanda
titik dua. Pertanyaan yg muncul merupakan kapan kalimat
tersebut berhenti. Jawabannya tidak pernah berhenti
karena selesainya kalimat itu adalah sub-subjudul baru
yang masing-masing diikuti uraian yang terdiri atas
sejumlah paragraf. Kesalahan seperti itu telah lazim
dalam penulisan laporan aktivitas pada tempat kerja-kantor
pemerintah atau partikelir.
Bagaimana yg sahih berdasarkan kaidahnya? Kaidahnya berbunyi begini. “Tanda titik dua bisa digunakan pada
akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau
pemerian.” Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan
dalam memahami kaidah itu, yaitu (1) kata dapat, (dua),pernyataan lengkap, serta (3) rangkaian atau pemerian.Pertama, yang tertera pada kaidah itu merupakan istilah dapat.Hal itu berati bahwa pemakaian indikasi titik itu tidak harus
atau nir wajib . Kedua, pernyataan lengkap sama pengertiannya menggunakan kalimat lengkap. Artinya, pernyataan tadi sekurang-kurangnya mengandung unsur subjek dan
predikat. Ketiga, rangkaian atau pemerian sama pengertiannya menggunakan perincian penguraian unsur-unsurnya.
Mari kita lihat kalimat Sehubungan menggunakan itu, kami
perlu melaporkan hal-hal menjadi berikut.
Kalimat itu
merupakan pernyataan lengkap atau kalimat lengkap

87karena sekurang-kurangnya mengandung subjek serta predikat. Apabila diuraikan atas unsur-unsurnya, kalimat itu
terdiri atas kata penghubung (sehubungan menggunakan itu),
subjek (kami), predikat (perlu melaporkan), serta objek
(hal-hal menjadi berikut). Jadi, pernyataan tersebut termasuk pernyataan lengkap.
Pertanyaan berikutnya merupakan pernyataan tersebut
diikuti perincian atau uraian atau tidak. Pernyataan
lengkap tersebut diikuti perincian atau uraian. Namun,
perincian atau uraiannya nir nir dalam satu kalimat
dengan pernyataannya, namun terdapat pada sub-subjudul baru
dengan uraiannya yang dapat mencapai puluhan laman.
Dengan kata lain, perincian atau uraian kalimat pada atas
bukan bagian pernyataan. Hal itu krusial lantaran terkait
dengan penentuan indikasi baca yang digunakan, dalam hal
ini indikasi titik dua atau tanda titik.
Kapan indikasi titik dua dipakai setelah pernyataan
lengkap? Tanda titik dua digunakan selesainya pernyataan
yang diikuti perincian apabila perincian itu merupakan
bagian berdasarkan penyataan lengkap tersebut. Perhatikan contoh
berikut!
2) Mahasiswa yang akan mengadakan penelitian
harus melakukan hal-hal berikut:
a) mengadakan survei awal,
b) menyusun proposal penelitian,
c) mengumpulkan data,
d) mengolah data, dan
e) menyusun laporan penelitian.

88Pernyataan pada contoh (2) termasuk pernyataan
lengkap. Pernyataan itu terdiri atas subjek (mahasiswa
yang akan mengadakan penelitian
), predikat (harus
melakukan
), serta objek (hal-hal berikut). Kemudian,
pernyataan lengkap tadi diikuti perincian, yaitu (a)—
(e). Yang perlu dicatat di sini adalah bahwa perincian
tersebut adalah bagian pernyataan karena semua
unsur perincian itu bukan adalah kalimat yang dapat
berdiri sendiri. Konsekuensinya adalah bahwa setiap awal
perincian dimulai dengan alfabet kecil dan setiap akhir
perincian diakhiri tanda titik koma, kecuali perincian yang
terakhir dengan indikasi titik. Agar masalahnya lebih kentara,
contoh di bawah ini bisa dijadikan bandingannya.
3) Mahasiswa yang akan mengadakan penelitian
harus melakukan hal-hal berikut.
a) Sebagai persiapan penelitian, mahasiswa perlu
mengadakan survei awal.
b) Setelah persiapan cukup, mahasiswa harus
menyusun proposal penelitian.
c) Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan
data.
d) Setelah data terkumpul, tahap berikutnya
adalah mengolah data.
e) Langkah terakhir pada penelitian adalah
menyusun laporan penelitian.
Pada model (tiga) pernyataannya termasuk pernyataan
lengkap dan diikuti perincian. Akan namun, perinciannya
berupa kalimat-kalimat lengkap. Berbeda halnya dengan

89contoh (2) yang perinciannya bukan adalah kalimat
lengkap. Oleh karenanya, tanda baca yang mengikuti
pernyataan tidak sama. Pada contoh (2) pernyataan diikuti
tanda titik 2, sedangkan pada model (tiga) pernyataan
diikuti pertanda titik. Setiap awal perincian pada contoh (2)
diawali dengan alfabet kecil dan diakhiri dengan tanda
koma, sedangkan setiap perincian dalam model (tiga) setiap
perincian diawali dengan alfabet kapital dan diakhiri
dengan pertanda titik.
Masih ada pertanyaan lagi sehubungan dengan
penggunaan indikasi baca setelah pernyataan yg diikuti
perincian di atas. Pertanyaannya merupakan bagaimana jika
pernyataannya bukan merupakan pernyataan lengkap,
tetapi pula diikuti perincian. Jika pernyataannya bukan
merupakan pernyataan lengkap, namun diikuti perincian,
setelah pernyataan tadi nir nir diikuti tanda baca
apa pun. Perhatikan model berikut!
4) Laporan aktivitas ini meliputi
a) persiapan,
b) pelaksanaan,
c) hambatan pada lapangan,
d) cara mengatasinya, dan
e) penutup.
Contoh (4) pula terdiri atas pernyataan serta perincian.
Namun, pernyataannya bukan adalah pernyataan
lengkap. Pernyataan pada contoh (4) terdiri atas subjek
(laporan aktivitas ini) serta predikat (meliputi). Agar
pernyataan itu lengkap, harus ada objek. Ternyata objek-

90nya berupa perincian (a)—(e). Hal itu berarti bahwa
perincian adalah bagian dari pernyataan. Oleh karena
itu, sehabis pernyataan tidak digunakan pertanda baca apa
pun.4.5 Tanda HubungAda sejumlah jenis kesalahan penggunaan tanda
hubung, antara lain, penggunaan tanda hubung untuk
menulis istilah ulang; buat memisahkan lepas, bulan, dan
tahun; untuk memisahkan huruf kecil dengan alfabet besar
dalam sebuah istilah; atau buat memisahkan angka dan
huruf dalam satu kata. Perhatikan contoh pada bawah ini!
1) Undang-Undang Nomor 43 tentang Pokok-PokokKepegawaian
2) Rapat akan dilaksanakan lepas 12-9-2014 di
Jakarta.
3) Pertandingan itu diikuti peserta se-Jawa dan Bali.
4) Dia dikenal menjadi penulis sastra angkatan 70-
an.
5) Kegiatan itu di-back up oleh pejabat setempat.
Menurut kaidah semua kata ulang ditulis dengan
tanda hubung, baik istilah ulang dasar maupun istilah ulang
berimbuhan. Ketentuan itu berlaku pada penulisan judul
karangan atau judul dokumen resmi. Dalam praktiknya
penulisan istilah ulang seperti makan-makan, pagi-pagi,
besar-akbar,
atau baik-baik hampir nir masalah.
Masalah kadang-kadang timbul dalam penulisan kata
ulang berimbuhan. Kadang-kadang orang menulis kata

91ulang berimbuhan sacara galat, contohnya, menyia nyiakan,
memata matai,
atau kepura puraannya. Penulisan yang
benar merupakan menyia-nyiakan, memata-matai, atau kepurapuraan. Kesalahan lain yg kadang-kadang muncul
adalah penulisan judul karangan atau dokumen seperti
pada kalimat (1). Contoh penulisan istilah ulang pada
kalimat (1) telah sahih. Tetapi, penulisannya sering
salah sebagai kata Undang-undang dan Pokok-pokok.Penggunaan pertanda seperti dalam kalimat (2) sudah
benar. Akan tetapi, dalam praktiknya kadang-kadang
salah, misalnya, lepas 12-September-2014. Apabila nama
bulan ditulis lengkap, pertanda hubung nir lagi digunakan.
Penulisan yang sahih merupakan tanggal 12 September 2014.
Hal lain yang perlu diperhatikan merupakan bahwa meskipun
tanggal, bulan, serta tahun yang ditulis menggunakan angka itu
benar, buat surat dinas digunakan nama bulan, bukan
dengan angka. Alasannya adalah bahwa nama bulan lebih
mencerminkan keresmian. Di samping itu, buat jenis
surat tertentu pencantuman nama bulan lebih aman.
Pengaturan kaidah indikasi hubung selanjutnya adalah
penggunaan indikasi hubung pada pertemuan huruf kecil
dengan alfabet kapital atau huruf dengan angka dalam
sebuah kata. Contoh pada kalimat (tiga) dan (4) telah benar.
Dalam praktiknya penerapan kaidah indikasi hubung jenis
ini jua kadang-kadang salah . Penulisan seperti HUT ke
67 RI, se DKI Jakarta,
atau tahun 50an merupakan contoh
penulisan yang salah. Seharusnya, yang sahih merupakan HUT
ke-67 RI, se-DKI Jakarta,
atau tahun 50-an.
Ada satu kaidah indikasi hubung lagi, yaitu tanda
hubung di antara imbuhan bahasa Indonesia yang diikuti

92kata asing atau istilah daerah. Contoh penulisan pada
kalimat (lima) merupakan contoh penulisan yang sahih.
Sejalan dengan itu, penulisan yang sahih merupakan dipeusijuk (Aceh/‟ditepungtawari‟), di-sowan-i (Jawa/‟didatangi‟), atau ber-pariban (Batak/‟bersaudara sepupu‟)
adalah model penulisan yg jua sahih.4.6 Tanda PisahPengalaman saya pada lapangan memperlihatkan bahwa
tanda hubung masih jarang diterapkan pada praktik
berbahasa sehari-hari. Yang lebih mengherankan lagi
adalah bahwa dalam biasanya orang nir tahu bahwa ada
tanda hubung dalam kaidah Ejaan Bahasa Indonesia.
Padahal, pertanda hubung dicantumkan dalam Ejaan Bahasa
Indonesia bersamaan dengan pertanda baca yg lain. Hal
terjadi mungkin karena tanda yang dipakai hampir
sama. Tanda hubung lebih pendek daripada indikasi pisah.
Berikut model penerapan kaidah pertanda hubung yang
salah.
1) Peperangan itu terjadi tahun 1928-1930.*
2) Rapat akan dilaksanakan pukul 08.00-12.00.*
Pada umumnya orang menulis hingga menggunakan hubung misalnya pada model (1) serta (2). Penulisan misalnya itu
salah. Seharusnya, pertanda baca yang digunakan adalah
tanda pisah, bukan indikasi hubung sehingga pebaikannya
menjadi misalnya berikut.

931a) Peperangan itu terjadi tahun 1928—1930.
2a) Rapat akan dilaksanakan pukul 08.00—12.00.
Ada cara lain buat menulis frasa atau kelompok
kata sberikut. Hingga menggunakan. Pertama, frasa itu tidak
disingkat. Kedua, frasa sampai menggunakan disingkat menjadis.D. Perhatikan contoh berikut!
1b) Peperangan itu terjadi tahun 1928 sampai
dengan
1930.
2b) Rapat akan dilaksanakan pukul 08.00 sampai
dengan
12.00.
1c) Peperangan itu terjadi tahun 1928 s.D. 1930.
2c) Rapat akan dilaksanakan pukul 08.00 s.D. 12.00.
Perlu dicatat bahwa singkatan sampai menggunakan yang
disingkat menggunakan s/d seperti yang terdapat pada spanduk-spanduk
di sentra-pusat perbelanjaan merupakan contoh kesalahan
yang diperagakan sang para pengelola pusat perbelanjaan
tersebut.4.7 Tanda TanyaKaidah tanda tanya hanya dua, yaitu (1) digunakan
pada akhir kalimat tanya serta (2) dipakai untuk menandai bagian kalimat yang diragukan. Penerapan pertanda tanya
untuk kalimat tanya biasa hampir tidak menimbulkan
masalah. Masalah kadang-kadang ada jika kalimat
tanya itu dalam kutipan eksklusif. Berikut ini contohnya.
1) Ayah menyampaikan, “Kapan kita wajib tiba pada pesta
itu, Nak”?*

942) Siapa pencipta lagu “Satu Nusa Satu Bangsa?”*
Penulisan misalnya dalam kalimat (1) dan (2) itu contoh
penulisan indikasi tanya yg galat. Pada kalimat tanya yang
ditulis dalam kutipan, pertanda tanya ditulis sebelum tanda
petik. Jadi, urutannya pertanda tanya dulu lalu diikuti tanda
petik. Tetapi, tidak selaras halnya dengan kalimat (dua). Pada
kalimat itu yang dikutip adalah judul lagu. Oleh karena
itu, indikasi tanya diletakkan setelah indikasi petik. Dengan
demikian, penggunaan indikasi tanya dalam ke 2 kalimat
tersebut dapat diperbaiki menjadi misalnya berikut.
1a) Ayah berkata, “Kapan kita wajib datang di
pesta itu, Nak?”
2a) Siapa pencipta lagu “Satu Nusa Satu Bangsa”?4.8 Tanda SeruTanda seru dipakai buat ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yg mendeskripsikan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi
yang bertenaga. Tetapi, pada praktik berbahasa masih sering
ditemukan kesalahan penulisan kalimat seru. Berikut
contoh kesalahan itu.
1) Perhatikan contoh berikut.*
2) Alangkah segarnya udara pagi pada penungan ini.*
3) Yang sahih saja.*
4) Semangat terus.*

95Kalimat (1) termasuk kalimat perintah. Kataperhatikan merupakan tanda bahwa kalimat itu kalimat
perintah. Oleh karenanya, penggunaan tanda titik pada
akhir kalimat perintah tersebut keliru. Seharusnya, kalimat
(1) diakhiri menggunakan tanda seru. Kalimat (2) pula adalah pernyataan kekaguman yang sungguh-sungguh
tentang udara pagi pada pegunungan. Kalimat yang menggambar kesungguhan seperti itu harus diakhiri dengan
tanda seru juga, bukan pertanda titik.kalimat (3) merupakan
pernyataan yg menggambarkan ketidakpercayaan terhadap sesuatu. Kalimat seperti itu pula wajib diakhiri dengan
tanda seru, bukan pertanda titik atau pertanda tanya. Kalimat (4)
dapat diakhiri dengan pertanda titik, tetapi pernyataan seperti
itu hanya merupakan pernyataan biasa yg tidak mendeskripsikan semangat yg besar . Apabila ingin mendeskripsikan semangat yang bergelora, kalimat (4) harus diakhiri menggunakan tanda seru. Dengan demikian, keempat kalimat
di atas dapa
1a) Perhatikan model berikut!
2a) Alangkah segarnya udara pagi di penungan ini!
3a) Yang sahih saja!
4a) Semangat terus!4.9 Tanda ElipsisTanda elipsis digunakan buat menandai kalimat
yang terputus-putus atau bagian kalimat yg dihilangkan.
Pada umumnya pemakai bahasa telah memahami kaidah tersebut. Yang sering keliru adalah penggunaan jumlah tanda
titik dalam indikasi ellipsis tadi. Apabila ditanya berapa tanda
titik yang dipakai, jawabannya pada biasanya ber-

96beda-beda. Padahal, jumlah titik pada pertanda elipsis sebanyak 3 titik. Apabila tanda elipsis terletak dalam posisi
akhir kalimat, harus digunakan 4 indikasi titik: 3 titik merupakan pertanda elipsis serta 1 titik menjadi indikasi akhir kalimat.
Berikut ini tersaji beberapa contoh penggunaan tanda
elipsis yg galat.
1) Satu ….., dua ……., tiga!
2) Kita wajib ……. Mengantre buat mendapatkan
tiket.
3) Semua warga negara harus mau membayar
……
4) Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan
mulai berlaku dalam tahun ……
a. 1928 c. 1965
b. 1945 d. 1972
Tanda titik dalam kalimat (1) yg adalah tanda
elipsis nir sama jumlahnya. Pada indikasi elipsis bagian
pertama digunakan 5 indikasi titik yang diikuti tanda koma
dan pada bagian kedua digunakan 7 pertanda titik yang
diikuti pertanda koma juga. Tanda titik yg digunakan pada
kalimat (dua) tujuh. Lalu, dalam kalimat (3) digunakan enam
tanda titik. Dalam pembuatan soal yang berbentuk pilihan
ganda sering jua digunakan tanda elipsis. Akan namun,
pada umumnya jua keliru pada penggunan tanda
titiknya. Pada contoh kalimat (4) dipakai enam tanda
titik. Penggunaan indikasi titik pada keempat kalimat pada atas
harus diperbaiki menjadi misalnya berikut.

971a) Satu …, 2 …, tiga!
2a) Kita wajib … mengantre buat mendapatkan
tiket.
3a) Semua masyarakat negara harus mau membayar ….
4a) Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan
mulai berlaku dalam tahun ….
c. 1928 c. 1965
d. 1945 d. 19724.10 Tanda PetikNama tanda petik pada ejaan ini yang dimaksud
adalah pertanda petik dua, sedangkan tanda petik satu disebut
tanda petik tunggal. Tanda petik digunakan, antara lain,
untuk mengapit kutipan pribadi, judul puisi, lagu, film,
sinetron, dan kata atau istilah yg memiliki arti
khusus. Perhatikan kalimat pada bawah ini!
1) Kata ustaz, “Kita memang harus selalu
bersabar pada menghadapi hidup ini.”
2) “Aku” merupakan judul sajak Chairil Anwar
yang sangat populer.
3) Lagu Bimbo “Tuhan” adalah model lagu
lama yang melegenda.
4) Film Indonesia yg berjudul “Laskar
Pelangi” pernah sebagai film nasional yang
sangat laris.
5) Mereka dilarang memberikan “amplop” pada panitia kegiatan itu.

98Kesalahan yg tak jarang ditemukan pada lapangan merupakan penggunaan indikasi petik buat mengapit istilah bahasa
asing atau bahasa wilayah misalnya dalam kalimat berikut.
6) Istilah “deadline”* dan “ballroom”* dipadankan dengan tenggat* dan balai riung.*
7) Dalam menyikapi perkara itu diperlukan
sikap “legawa”.*
Penggunaan pertanda petik misalnya dalam kalimat (6) serta (7)
tidak sahih. Kata bahasa asing atau kata bahasa daerah
tidak diapit dengan tanda petik, tetapi ditulis menggunakan huruf
miring. Di samping itu, buat menuliskan terjemahan
tidak digunakan alfabet tebal, tetapi diapit dengan tanda
petik tunggal. Dengan demikian, penulisan kalimat (6) dan
(7) dapat diperbaiki menjadi misalnya berikut.
6a) Istilah deadline dan ballroom dipadankan
dengan „tenggat‟ dan „balai riung‟.
7a) Dalam menyikapi perkara itu diperlukan
sikap legawa.4.11 Tanda KurungPada umumnya tanda kurung hanya dipahami untuk
mengapit informasi tambahan atau penjelas. Perhatikan
contoh pada bawah ini!
1) Mereka itu anak didik sekolah menengah pertama
(SMP) pada DKI Jakarta.

992) Kebanyakan pegawai perusahaan itu tamatan
perguruan tinggi negeri (Perguruan Tinggi Negeri) di Jakarta.
Contoh pada atas memang merupakan hal yg biasa atau
hampir tidak menyebabkan masalah. Tetapi, hal itu bukan
berarti bahwa tidak terdapat perkara dalam penulisan yang
berkaitan dengan pertanda kurung. Perhatikan model berikut!
3) Sekurang-kurangnya ada empat kaidah bahasa
Indonesia: 1.*tata bunyi atau fonologi, 2.* tata
bentuk istilah atau morfologi, 3.* tata kalimat
atau sintaksis, serta 4.* tata tulis atau ejaan.
Pada contoh itu terlihat bahwa penomoran perincian
dalam teks digunakan indikasi titik. Penomoran sepertin itu
salah. Seharusnya, nomor pada penomoran seperti itu diapit pertanda kurung sehingga perbaikannya menjadi seperti
berikut.
3a) Sekurang-kurangnya terdapat empat kaidah bahasa
Indonesia: (1) rapikan bunyi atau fonologi, (dua) tata
bentuk kata atau morfologi, (3) tata kalimat
atau sintaksis, serta (4) rapikan tulis atau ejaan.
Barangkali ada pertanyaan bagaimana kalau
perincian itu ditulis menurun, bukan menyamping. Apakah permanen dipakai pertanda kurung atau indikasi titik. Jawabnya sama, yaitu tetap dengan tanda kurung misalnya berikut.
3a) Sekurang-kurangnya terdapat empat kaidah bahasa
Indonesia:
(1) rapikan bunyi atau fonologi,

100(dua) tata bentuk istilah atau morfologi,
(tiga) tata kalimat atau sintaksis, dan
(4) rapikan tulis atau ejaan.4.12 Tanda Garis MiringKaidah tentang penggunaan pertanda garis miring tidak
banyak. Penggunaan indikasi garis miring pada nomor surat
hampir tidak ada masalah. Begitu juga pada tahun takwim.
Yang kadang-kadang mengakibatkan masalah merupakan penggunaan indikasi garis miring pada angka alamat. Kadangkadang penggunaan indikasi garis miring dalam nomor alamat
dianggap nir lazim atau dipercaya galat. Padahal, penggunaan tanda garis miring dalam penomoran alamat tidak
salah. Perhatikan contoh pada bawah ini!
1) Alamat terakhirnya adalah Jalan Rawamangun
Muka II/21, Jakarta Timur.
2) Alamat Jalan Purnawarman IV/99, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan.
Penulisan nomor alamat misalnya pada atas benar. Cara lain
yang juga benar merupakan sebagai berikut.
1a) Alamat terakhirnya merupakan Jalan Rawamangun
Muka II Nomor 21, Jakarta Timur.
2a) Alamat Jalan Purnawarman IV Nomor 99,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Kaidah indikasi garis miring lain yang perlu diingat
adalah bahwa indikasi garis miring digunakan sebagai katadan, atau, serta setiap. Masing-masing misalnya adalah
sebagai berikut.

1013) Bapak/Ibu/Saudara yg saya hormati.
4) Paket itu dapat dikirim lewat darat/laut.
5) Rumah itu dipasarkan Rp950 juta/unit.
Pada kalimat (3) garis miring sama dengan dan, pada
kalimat (4) garis miring sama menggunakan atau, dan pada
kalimat (4) garis miring sama menggunakan setiap. Tidak tepat
kalau tanda garis miring dalam kalimat (tiga) dimaknai sama
dengan atau karena yang disapa seluruh, bukan Bapak saja,
Ibu saja, atau Saudara saja.4.13 Tanda ApostrofKaidah tanda penyingkat atau apostrof hanya satu,
yaitu bahwa indikasi apostrof dipakai buat menunjukkan
bagian istilah atau bagian angka tahun yang dihilangkan.
Contohnya menjadi berikut.
1) „Lah lama kulayangkan surat itu.
2) Jadwal mengajarnya Senin, 24-11-‟14.
Perlu dicatat bahwa penggunaan tanda apostrof seperti
pada kalimat (1) serta (2) hanya terdapat dalam bahasa seni atau
dalam tulisan yg lebih bersifat internal. Contoh seperti
pada kalimat (1) biasa terdapat dalam pusisi atau syair lagu.
Dalam bahasa tulis resmi seperti pada laporan atau surat
dinas nir akan digunakan istilah ‘lah atau ‘kan yang
merupakan bentuk pendek berdasarkan telah dan akan. Dalam
surat resmi pada bagian lepas surat angka tahun juga
tidak boleh ditulis menggunakan bentuk singkatnya. Namun,

102untuk penulisan jadwal aktivitas internal kantor penulisan
angka tahun bisa dipakai bentuk pendeknya.
Dari uraian pada atas dapat disimpulkan bahwa tidak
ada kata baku bahasa Indonesia yang ditulis menggunakan tanda
apostrof. Kata-istilah seperti doa, maaf, Jumat, atau Quranditulis tanpa tanda apostrof. Penulisan kata-kata sepertido’a, ma’af, Jum’at, atau Qur’an dengan apostrof memang pernah berlaku, yaitu dalam zaman Ejaan van
Ophuijsen yang berlaku tahun 1901—1947. Bahkan, katakata seperti ‘amal, ‘ilmu, atau ‘logika juga ditulis dengan
tanda apostrof. Lalu, bagaimana menggunakan tulisan salam
dalam Islam yang ditulis menggunakan huruf Latin? TulisanAssalamu ‘alaikum warrahmatullahi wabarakatuh harus
pakai tanda apostrof atau nir? Jawabnya gunakan karena
salam itu bukan bahasa Indonesia, melainkan bahasa Arab
yang ditulis menggunakan huruf Latin.V. PENULISAN UNSUR SERAPANYang dimaksud menggunakan unsur serapan adalah kata
atau istilah yang asal menurut bahasa daerah atau bahasa
asing. Kita memahami bahwa bahasa Indonesia yang dari dari

103bahasa Melayu diperkaya oleh bahasa daerah serta bahasa
asing. Hal itu wajar lantaran semua bahasa akan ditentukan oleh bahasa lain selama bahasa itu masih dipakai
sebagai indera komunikasi. Dengan istilah lain, nir ada
bahasa di dunia ini yang steril atau terbebas dari pengaruh
bahasa lain selama bahasa itu masih berfungsi menjadi alat
komunikasi.
Kita mencatat banyak kata atau istilah bahasa
Indonesia yang asal menurut bahasa saerah, terutama
bahasa Jawa. Kata-istilah seperti nyeri (Sunda), gambut(Banjar), serta imbau (Minangkabau) merupakan contoh
kata bahasa Indonesia yang asal menurut bahasa daerah.
Adapun kata bahasa Indonesia yang asal menurut bahasa
Jawa adalah menjadi berikut.tentrem tenteramgrebek gerebektrima terimaunggah unggahunduh unduhblusukan blusukanbedol desa bedol desa
Jika ditinjau, kata atau istilah bahasa Indonesia
banyak yang asal menurut bahasa asing, baik dari bahasa
Arab, Portugis, Belanda, Inggris, juga Mandarin. Bahasa Arab sudah lebih dahulu memengaruhi bahasa Melayu
yang adalah dari bahasa Indonesia daripada Portugis,
Belanda, Inggris, atau Mandarin. Sebelum menggunakan
huruf Latin, bahasa Melayu memakai huruf Jawi atau

104yang lebih acapkali disebut huruf Arab Melayu. Pengaruh
bahasa Arab itu telah berlangsung begitu lama sehingga
banyak sekali istilah bahasa Indonesia yang dari dari
bahasa Arab nir dirasakan lagi menjadi bahasa asing.
Semua nama hari pada satu pekan, kecuali Minggu, diambil menurut bahasa Arab. Nama hari sehabis Sabtu adalah
Ahad bahasa Arabnya. Pada umumnya yang digunakan
adalah Minggu, tetapi bukan berarti bahwa nama Ahad
tidak digunakan. Nama Ahad pula dipakai, terutama di
lingkungan pesantren atau sekolah-sekolah Islam. Selain
nama hari itu, kita jua menggunakan mudah menyebut kata-kata
bahasa Indonesia yang asal menurut bahasa Arab, sepertikursi, makna, ilmu, amal, maksud, kertas, taat, kaidah,
kubur, kiblat, kiamat, perlu, wajib , sunah, nikah, reda,
iklan, setan, malaikat, informasi, sedekah,
atau pondok.Berikut ini diberikan contoh istilah-kata bahasa Indonesia
yang asal menurut bahasa asing selain bahasa Arab.
cambuk cabuk (Parsi)
domba dunba (Parsi)
taman caman (Parsi)
jendela janela (Portugis)
garpu garfo (Portugis)
gereja igreja (Portugis)
kemeja camisa (Portugis)
persekot voorschot (Belanda)
bengkel winkel (Belanda)
dongkrak dommekracht (Belanda)
perkedel frikadel (Belanda)
bakwan bah oan (Cina)
becak be chchia (Cina)

105cawan cha oan (Cina)
centeng chhin teng (Cina)5.1 Ketentuan Umum Penulisan Unsur SerapanDalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan
kaidah penulisan unsur serapan diatur dalam bab tersendiri. Dalam bab itu terdapat ketentuan generik yg harus diperhatikan pada pengindonesiaan kata atau kata asing, yakni bahwa penyerapan
diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga
bentuk Indonesianya dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya. Berikut ini diberikan beberapa misalnya.description deskripsistereo stereoaquarium akuariumfrequency frekuensiconduite konduiteidealist idealis
Pada model di atas bisa dibandingkan kata asing
dan Indonesianya. Kata yg baku merupakan deskripsi, bukandiskripsi, karena suku pertama bahasa asingnya mengandung alfabet e, bukan i. Begitu juga kata stereo. Yang benar
bukan stirio karena dekat dengan kata asingnya. Selanjutnya, istilah akuarium, frekuensi, perilaku, dan idealis adalah
kata-kata yang standar, akwarium, frekwensi, kondwite, danidialis. Jika dilihat, ketiga istilah itu jua seperti dengan
asalnya.

1065.dua Pengelompokan Unsur SerapanPada kenyataannya pengindonesia istilah atau istilah
asing, terutama dari bahasa Inggris, sekurang-kurangnya
dapat dibedakan menjadi 3 gerombolan , yaitu (a) pengindonesiaan kata asing dengan hanya mengubah ucapannya
atau tulisan permanen, namun berubah ucapan, (b) pengindonesiaan istilah asing menggunakan mengubah tulisan dan ucapannya atau goresan pena dan ucapan berubah, (c) pengindonesiaan
kata asing yg sudah lazim. Berikut penjelasannya satu
per satu.
5.dua.1 Tulisan Tetap, tetapi Ucapan Berubah
Pengindonesiaan kata atau istilah yang berasal dari
bahasa Inggris pada dasarnya dilakukan dengan
mempertimbangkan ejaan, lafal, atau adonan keduanya.
Pengindo-nesiaan berdasarkaan ejaan inilah yang
termasuk dalam kelompok goresan pena permanen, namun ucapannya
berubah. Di bawah ini beberapa contohnhya.bus busbank bankunit unitprogram programproblem problemtank tankradio radioplus pluspatriot patriotdata dataideal ideal

107Pada contoh pada atas terlihat bahwa tulisan bahasa asing
dan bahasa Indonesianya sama. Yang berubah adalah
ucapan atau lafalnya, termasuk kata tank yang harus
dilafalkan /taŋ/, bukan /tєŋ/.
5.dua.dua Tulisan serta Lafal Berubah
Pengindonesiaan kelompok ini merupakan gabungan
pengindonesiaan berdasarkan ejaan dan lafal. Artinya,
kata atau istilah itu diserap atas dasar ejaan serta ucapan.
Beberapa model sebagai berikut.management manajemencomputer komputercompetent kompetencurriculum kurikulumconcrete konkretcongress kongrescredit kreditcharisma karismageneric generikgenius geniuscurriculum kurikulumfocus fokus
Kata-istilah yg tertera sebelah kanan pada atas harus
dibaca misalnya tulisannya. Misalnya, kata komputer,
generik
dan genius harus dilafalkan /komputer/, /umum/,
dan /genius/, bukan /kompyuter/, /jenerik/, serta /jenius/.
Ketiga istilah itu pada bahasa Indonesia masih sering
dilafalkan secara salah . Kata-istilah yang lain yang tertera

108sebelang kanan di atas hampir tidak terdapat masalah
pengucapannya.
5.2.3 Unsur Serapan yang Sudah Lazim
Pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia
sudah berlangsung berabad-abad lamanya semenjak bahasa
Indonesia masih bernama bahasa Melayu. Pada mulanya
aturan atau kaidah pengindonesiaan kata asing, baik dari
bahasa Arab, Potugis, Belanda, Inggris, juga Mandari,
belum ada. Oleh karenanya, pengindonesiaan kata asing
berlangsung secara nir beraturan. Di bawah ini
diberikan beberapa contohnya.khabr (Arab) kabarfunduk (Arab) pondokfikr (Arab) pikirfardu (Arab) perlufrikadel (Belanda) perkedelwinkel (Belanda) bengkelvoorschot (Belanda) persekotdommekracht (Belanda) dongkrak
Bagaimana menggunakan pengindonesiaan kata sepertikualitas, kuantitas, atau jadwal? Yang sahih kualitas dankuantitas (menggunakan u) atau kwalitas dan kwantitas (denganw)? Lalu, bagaimana dengan kata jadwal? Yang benarjadwal (menggunakan w) atau jadual (menggunakan u)?
Yang wajib diingat lebih dahulu adalah bahwa
dalam penentuan kata yg standar atau tidak baku dapat
ditelusuri berasal istilah tersebut. Lalu, istilah yang standar adalah

109kata yg tulisannya lebih dekat menggunakan aslinya. Katakualitas dan kuantitas berasal menurut bahasa Inggris. Dalam
bahasa Inggris kedua kata itu ditulis tanpa w, yaitu qualitydan quantity. Oleh karena itu, istilah Indonesianya yang
baku adalah kualitas dan kuantitas, bukan kwalitas dankwantitas.Berbeda halnya menggunakan istilah jadwal. Kata itu berasal
dari bahasa Arab jadwal (menggunakan w). Kata jadwal dalam
bahasa asalnya ditulis menggunakan huruf wau fathah. Hurufwau fathah itu diindonesiakan sebagai wa seperti katafatwa atau takwa. Oleh karena itu, istilah yang baku adalahjadwal (menggunakan w), bukan jadual (menggunakan u). Perlu dicatat
bahwa penentuan istilah baku atau nir baku tidak dapat
ditentukan secara pukul rata, namun perlu diketahui asal
kata tersebut. Kata-kata yang asal menurut bahasa Inggris
harus dilacak dalam bahasa Inggris, kata-kata yang asal menurut bahasa Arab harus dirunut dalam bahasa Arab,
dan seterusnya.
Dalam praktik berbahasa sehari-hari penulisan kata
yang asal menurut bahasa Arab dan bahasa Sanskerta sering tidak benar, seperti adzan, shalat, wudhu, maghrib,
bathin, dharma, bhakti,
dan taqwa. Bagaimana seharusnya istilah-kata itu ditulis? Bagaimana aturan penulisan
kata-kata tadi?
Perlu diingat bahwa pada bahasa Indonesia hanya
terdapat empat adonan huruf konsonan, yaitu ng, ny, kh,dan sy. Di luar itu tidak baku. Gabungan alfabet konsonan
seperti dz, sh, dh, gh, th, dan bh sebagaimana terdapat
pada contoh pada atas tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.
Penting jua dicatat bahwa adonan huruf konsonan

110tidak sama menggunakan konsonan rangkap. Gabungan huruf
konsonan itu 2 alfabet yang melambangkan 1 bunyi,
sedangkan konsonan rangkap masing-masing melambangkan dua bunyi. Ambillah contoh adonan alfabet konsonankh pada istilah khusus melambangkan 1 suara, sedangkan
konsonan rangkap kl pada klasifikasi masing-masing melambangkan 2 suara.
Sekarang kita bahas masalah penulisan kata di atas
sapu per satu. Masalah yg pertama adalah penulisan
kata adzan. Kata itu dari dari bahasa Arab. Dalam
bahasa asalnya kata itu mengandung alfabet zal ( ).ذLalu,
bagaimana pengindonesiaan istilah bahasa Arab yang
mengandung bunyi zal? Huruf zal menjadi z dalam bahasa
Indonesia. Berikut beberapa misalnya.izn ( )إ ذ نizinzikr ( )ذ كرzikir‘uzr ( )عذ رuzurzat ( )ذ ا تzatazan ( ن١ )أ ذazan
Contoh pada atas menunjukkan bahwa huruf zal menjadiz, bukan dz. Oleh karenanya, penulisan yang sahih adalahazan, bukan adzan.Kata shalat juga sering ditulis secara salah . Kata itu
juga dari dari bahasa Arab. Dalam bahasa asalnya kata
itu mengandung bunyi şad ( ).صHuruf şad menjadi sdalam bahasa Indonesia. Perhatikan beberapa contoh
berikut!sahabat ( )صحابةsahabat

111sabar ) (صبرsabarsahih ( )صحيحsahihsah ( )صۜۜحsahsadaqah ( )صداقةsedekahsaleh ( )صالحsalehsalat ( )صلاةsalat
Dari sejumlah model di atas yang seringkali menimbulkan
masalah dalam penulisannya hanyalah kata salat. Yang
lain tidak ada yang mempermalahkan. Dalam hubunga
itu, kita wajib konsisten. Pengindonesiaan istilah salat yang
dengan s, bukan sh. Jadi, yang sahih merupakan salat (dengans), bukan shalat (menggunakan sh).kata wudhu (menggunakan dh) yang asal menurut bahasa
Arab itu merupakan penulisan yang nir sesuai dengan
kaidah. Dalam bahasa asalnya istilah itu mengandung hurufdad ( ).ضPengindonesiaan istilah bahasa Arab yang
mengandung huruf dad menjadi d, bukan dh. Berikut ini
beberapa contohnya.fard ( )فرضfardurida ( )رضاءridadarurat ( )ضرورةdaruratmadarat ( )مضرةmudaratramadan ( )رمضانramadan
Huruf dad dalam bahasa Arab sebagai d dalam bahasa
Indonesia, bukan dh, seperti terlihat dalam contoh di atas.
Oleh karena itu, istilah wudu yang mengandung dad harus
ditulis menggunakan d, yaitu wudu, bukan menggunakan dh (wudhu).

112Kata selanjutnya yg juga salah adalah katamaghrib. Kata yang asal menurut bahasa Arab itu mengandung huruf gain ( ).غHuruf gain dalam bahasa Arab
menjadi g dalam bahasa Indonesia. Beberapa contohnya
sebagai berikut.magfirah ( )مغفرةmagfirahgaib ( )غائبgaibgafura ( )غفرgapuramagrib ( )مغربmagrib
Sejalan dengan istilah-istilah misalnya magfirah, mistik, gapura,
kata magrib ditulis menggunakan g, bukan maghrib dengan gh.Bagaimana menggunakan penulisan kata bathin? Katabatin juga dari dari bahasa Arab. Dalam bahasa Arab
kata batin mengandung huruf ţak ( ).طHuruf ţak dalam
bahasa Arab sebagai t dalam bahasa Indonesia. Beberapa
contohnya sebagai berikut.kertas ( )قرطاسkertasta’at ( )طاعةtaattariqat ( )طريقةtarekatsyarat ( )شرطsyaratbatin ( )باطنbatin
Huruf ţak dalam bahasa Arab misalnya dalam istilah-kata di
atas sebagai t dalam bahasa Indonesia. Atas dasar itu, kata
yang sahih merupakan batin (menggunakan t), bukan bathin (denganth).

113Kata dharma bukan kata yang asal menurut bahasa
Arab, melainkan kata yang asal menurut bahasa Sanskerta.
Ketentuan pengindonesiaan bahasa Arab tanpa alfabet dhberlaku juga dalam pengindonesiaan kata yang berasal
dari bahasa Sanskerta. Oleh karenanya, penulisan yang
benar merupakan darma (menggunakan d), bukan dharma (dengandh). Bagaimana menggunakan nama orang atau nama organisasi
yang menggunakan istilah dharma (menggunakan dh)? Nama
orang atau nama organisasi, misalnya Budhi Wijaya atauDharma Wanita, tidak perlu diatur. Yang perlu diatur
adalah istilah generik. Misalnya, kata darma pada kalimatKita harus berdarma bakti kepada nusa serta bangsa harus
ditulis menggunakan d, bukan dh.Penjelasan penulisan kata darma di atas berlaku
pula pada penulisan kata bakti. Artinya, huruf dh dalam
bahasa Sanskerta menjadi d dalam bahasa Indonesia.
Begitu juga huruf bh dalam bahasa Sanskerta yang
menjadi b dalam bahasa Indonesia. Jadi, yang benar
adalah bakti (menggunakan b), bukan bhakti dengan bh. Katabakti pada kalimat Mereka mengadakan kerja bakti setiap
hari Minggu
ditulis menggunakan b, bukan menggunakan bh. Bagaimana dengan semboyan Bhinneka tunggal ika? Semboyan
itu ditulis seperti aslinya sehingga tetap ditulis menggunakan bh.Satu lagi penulisan kata yang asal menurut bahasa
Arab, yaitu istilah taqwa. Yang sahih taqwa (menggunakan q) atautakwa (menggunakan k)? Kata itu dari dari bahasa Arab.
Dalam bahasa Arab kata takwa mengandung bunyi qaf( ).قHuruf qaf dalam bahasa Arab sebagai k dalam bahasa
Indonesia. Berikut diberikan beberapa cntohnya.qiyas ( )قياسkias

114qiyamat ( )قيامةkiamatqissah ( )قٌٌٌٌٌٌصةkisahqudrat ( )قضراةkodratqubur ( )قبورkuburtaqwa ( )تقوىtakwa
Pada model di atas terlihat bahwa alfabet qaf dalam bahasa
Arab sebagai k dalam bahasa Indonesia. Oleh karenanya,
yang sahih merupakan takwa (menggunakan k), bukan taqwa (denganq).

115VI. PENUTUPTidaklah berlebihan jika dinyatakan bahwa kini ini sangat mudah menemukan aneka macam kesalahan
penerapan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan atau yang disingkat EYD. Padahal, EYD sudah
diberlakukan sejak lebih berdasarkan empat dasawarsa yang kemudian.
Masa empat puluh tahun lebih adalah ketika yang
sudah sangat usang bagi berlakunya sebuah keputusan
presiden, yaitu Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1972
tentang Ejaan Bahasa Indonesia.
Berbagai pertanyaan mampu muncul sehubungan dengan pernyataan di atas. Jawabannya pun pula mampu bermacam-macam. Salah satu pertanyaan itu adalah mengapa
kaidah yg sudah usang diberlakukan, tetapi masih begitu
mudah ditemukan kesalahan penerapan kaidah ejaan.
Apakah kaidah ejaan itu sulit? Atas pertanyaan itu saya
berani menjawab tidak. Secara umum bisa dinyatakan
bahwa kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yg Disempurnakan itu tidak sulit. Memang ada beberapa hal yang
mungkin nir dapat dikatakan gampang. Namun, pada
umumnya nir sulit.
Mengapa kesalahan penerapan ejaan itu masih sangat gampang ditemukan jikalau memang kaidah ejaan secara

116umum bisa dikatakan gampang? Tampaknya, penyebab
utama begitu gampang ditemukan kesalahan itu adalah kurangnya pencerahan warga pemakai bahasa terhadap
kaidah ejaan. Ambillah contoh penulisan singklatan perseroan terbatas (PT) atau singkatan sampai menggunakan yang sering ditulis s/d. Sebenarnya singkatan PT itu dapat dilihat
dengan mudah dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yg Disempurnakan
. Orang tidak perlu berpikir karena telah terdapat misalnya. Tetapi, coba lihat kanan kiri di sekitar kita! Pada umumnya singkatan itu
ditulis menggunakan titik (PT.). Seharusnya pada singkatan itu
tidak digunakan pertanda titik. Kita pula masih disuguhi
spanduk yg terdapat tulisan s/d yang cukup akbar serta mencolok. Padahal, jikalau ada sedikit kesadaran buat melihat
kaidah ejaan, kesalahan yang sepele itu tidap perlu terjadi.
Semoga goresan pena ini bermanfaat bagi pembaca.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel