5 FAKTOR TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

5 Faktor Teknik Pengolahan Hasil Perikanan - Perlu difahami bahwa mutu output perikanan (ikan) yang terbaik atau ”segar” adalah waktu dipanen dimana hasil penanganan atau pengolahan. 

selanjutnya nir akan pernah membuat mutu yang lebih baik, oleh karena itu cara penanganan pertama ketika panen menjadi sangat krusial lantaran akan berarti ikut mempertahankan mutunya selama tahapan distribusi, penanganan serta pengolahan selanjutnya sampai siap d ikonsumsi.

Agar bisa melakukan penanganan hasil perikanan secara sahih buat mempertahankan mutunya perlu diketahui karakteristik-karakteristik mutunya (ikan serta hasil perikanan lainnya) yang baik dan penyebab kerusakaannya sehingga bisa dicari dan dipilih cara penanganan yang paling efektif dan efisien buat mencegah atau merusak aksi penyebab kerusakan tadi.

Kondisi komposisi kimiawi serta fisik produk perikanan ketika dipanen merupakan ciri atau kriteria mutu(kesejukan)-nya sekaligus merupakan penyebab secara umum dikuasai kerusakan mutunya dibanding penyebab lainnya misalnya kontaminasi serta benturan/tekanan fisik. 

Perubahan komposisi kimiawi serta fisik produk perikanan yg terjadi segera sehabis dipanen bisa efektif dihambat menggunakan perlakuan suhu rendah. 


Fakta sudah menerangkan bahwa perlakuan suhu rendah menggunakan es adalah salah satu cara yg paling cocok buat menangani ikan setelah dipanen sampai waktu siap buat diolah lebih lanjut. 


5 FAKTOR TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN

Cara ini erelatif murah serta gampang buat dikerjakan sesuai menggunakan kondisi taraf pengetahuan teknik maupun sosial-ekonomi nelayan, petani ikan serta pedagang ikan saat ini.

Untuk melakukan penanganan ikan menggunakan es secara baik serta mencegah penyebab kerusakan lainnya misalnya kontaminasi juga benturan/tekanan fisik, diperlukan wahana yg cocok dalam jumlah relatif. 

Oleh karena itu wahana tadi merupakan kondisi mutlak yang harus disediakan diatas kapal penangkap ikan serta di loka penanganan ikan segar lainnya seperti pada dermaga pembongkaran, tempat pelelangan ikan (TPI) serta gudang pada pangkalan pendaratan ikan (PPI) atau pelabuhan perikanan.

1. Sumber daya ikan

– Sumber daya ikan termasuk bahan makanan yang mudah rusak atau busuk (perishable). Bahan pangan berdasarkan pertanian juga termasuk pada bahan pangan yg mudah rusak

– Bahan pangan yang sangat cepat rusak (Highly perishable), ikan termasuk jua pada kategori ini serta hasi perikanan yang lain

– Beda menggunakan bahan pangan yang tahan lama seperti tepung, memang akan mengalami pengurangan kualitas tetapi lambat.

Jadi asal daya perikanan itu sangat kritis sehingga butuh penanganan yang lebih lantaran bersifat perishable.

2. Sifat dan Karakteristik

– Sumber daya ikan adalah asal daya yang bisa pulih. Tapi pada penangkapan ikan kita wajib memperhatikan batas pemulihan sumberdaya ikan. 

Karena pemulihan asal daya perikanan itu terbatas, jadi jika melampaui batas alaminya maka akan terjadi penyusutan dan punahnya sumberdaya ikan. Hal ini juga berlaku bagi sumber daya lainnya.

– Sumber daya perikanan jua nir bisa didapatkan setiap waktu karena memiliki demam isu – musimnya. Tapi kebutuhan konsumen akan sumberdaya perikanan nir terbatas karena setiap hari dibutuhkan.

Lagi-lagi hal ini menunjukan betapa pentingnya peranan penanganan output perikanan seperti pengawetan. 

Misalnya terdapat satu jenis ikan yang hanya bisa ditangkap tiga kali setahun jadi butuh penanganan penyimpanan agar bisa dikonsumsi pada jangka ketika yg bersiklus.

3. Kebutuhan

– Ikan mempunyai protein yang tinggi serta memiliki protein dengan kualitas yg baik dicermati dari kandungan asam amino esensial yang tergolong lengkap. 

Ikan pula memiliki protein yang mudah dicerna lantaran daging ikan bersifat lunak serta nir mengandung tendon. Ditambah lagi Ikan jua mempunyai kadar air yang tinggi yg menciptakan semakin sempurna saja kelebihan ikan.


– Tapi semua kelebihan itu menyebabkan mudahnya tumbuh bakteri pada ikan. Salah satu cara pengawetan ikan merupakan denganmengurangi kadar air dalam ikan misalnya dengan pengasapan dan pengeringan. 

Jangan sampai ikan yang akan kita makan sudah dirusak sang mikroba terlebih dahulu jadi kita harus melakukan tindakan pencegahan serta penanganan buat itu.

4. Upaya buat mengatur kebutuhan

Ikan jua bisa menjadi bahan baku aneka macam kebutuhan rumah tangga seperti penyedap makanan. 

Sekarang penyedap kuliner seperti sasa serta pecin telah mulai dialihkan ke arabusi karena penyedap kuliner seperti pecin dianggap dapat mengakibatkan gondok. 


Bahan standar buat menciptakan arabusi adalah ikan tuna serta cakalang yg tergolong melimpah di Indonesia.

Ikan tuna serta cakalang berdasarkan Indonesia dibawa ke Jepang, dan disana lalu dilakukan pengasapan dan farmentasi yg lalu bisa membentuk arabusi. 

Dan kemudian arabusi ini dijual pulang ke Indonesia padahal bahan bakunya dari Indonesia. 


Kenapa Indonesia nir mampu membuat sendiri? Mungkin ini galat satu yg dapat dilakukan buat memajukan perikanan di Indonesia agar jangan hanya sebagai penghasil bahan baku bukan produk. 


Maka jika Indonesia sanggup berdikari buat membuat arabusi sendiri berarti Indonesia telah bisa bersaing dalam hal produk perikanan. 


Karena tidak terdapat yang bisa menghalangi Indonesia karena Indonesia sudah memiliki bahan standar yg melimpah hanya tinggal Kemampuan untuk mengolahnya yg kurang.

5. Peluang dan ancaman ke kedepan

Akuakultur/budidaya sekarang tidak hanya pada darat akan tetapi di bahari jua sedang diupayakan. 

Semakin besar upaya peningkatan produksi perikanan ini pula sebagai peluang bagi orang – orang dalam teknologi pengolahan perikanan. 


Karena sudah tentu produksi perikanan tidak bisa tanggal menurut penanganan serta pengolahan output perikanan.

Tapi kenyataannya waktu produksi / penangkapan ikan telah tinggi di sisi lain penanganan dan pengolahan hasil perikanan masih tradisional seperti asinan, bakaran, asapan, dll. 

Dalam setiap proses berdasarkan produksi hingga ke konsumen masih ada resiko-resiko terjadi kerusakan pada ikan. Jadi butuh penanganan ikan supaya resiko itu sanggup ditekan sekecil mungkin.


Tantangan : Faktor penyebab kemiskinan masyarakat nelayan

1. Produktifitas atau daya tangkap rendah

–  bahtera / kapal kecil

– Jangakauan tangkap terbatas

– alat tangkap sederhana

2. Mutu output tangkap masih rendah

3. Industri pengolahan hasil perikanan masih sangat kurang

– industri perikanan belum memadai

– nir mampu menangani output tangkap dalam jumlah besar pada animo puncak

4. Tingkat pendidikan nelayan / keluarga masih rendah

Nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern, kualitas sumber daya insan rendah dan tingkat produktivitas hasil tangkapannya jua sangat rendah.

Sehingga itu sebagai merusak alih perkembangan teknologi alat tangkap dan indera perikanan lain  lebih maju.


5. Prasarana pada lingkungan nelayang rendah (TPI)

Tidak seluruh wilayah pesisir mempunyai Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Hal tersebut menciptakan para nelayan terpaksa buat menjual hasil tangkapan mereka pada tengkulak dengan harga yg jauh pada bawah harga pasaran. 

Kondisi ini yg selalu mengakibatkan nelayan tidak pernah laba , keterbatasan infrastruktur mengakibatkan nelayan merugi, nir seimbangnya antara porto yang dikeluarkan buat melaut, dengan keuntungan hasil jual, lantaran harga dipermainkan sang pihak tengkulak.


6. Kelembagaan nelayan dan kelembagaan ekonomi belum berfungsi secara optimal
– perbankan
– koperasi

7. Sistem bagi output masih timpang

– Upah buruh nelayan seakan belum dipikirkan
– nir terdapat peraturan yg mengatur sistem bagi hasil
Kebijakan yang pro nelayan absolut diperlukan, yakni sebuah kebijakan sosial yang akan mensejahterakan rakyat dan kehidupan nelayan.

8. Peran Teknologi Pengolahan Perikanan

– Peningkatan Konsusmsi protein hasil perikanan

– Penigkatan kualitas hidup nelayan dengan menyediakan mempunyai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) supaya mempermudah nelayan menjual output tangkapan mereka dengan keuntungan akbar.

– Meningkatkan Industri pengolahan output perikanandi lebih kurang kawasan nelayan misalnya pabrik es dan garam.

– Meningkatkan kualitas output perikanan tangkap atau budidaya menggunakan mengawasi pergerakan output perikanan dari pemanenan, pengemasan, pengawetan, dan penjualannya sampai ke konsumen. Kesegaran dan kebersihan ikan harus tetap dijaga supaya harganya permanen tinggi.


Sumber

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel