Indonesia Gelar Outbound Pramuka Berkebutuhan Khusus


JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Pendidikan serta Kebudayaan bekerja sama menggunakan Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka menggelar outbond bagi anak-anak Pramuka berkebutuhan khusus di Kompleks Sari Ater, Subang, Jawa Barat, 8-11 November 2011. Kegiatan ini juga mengundang peserta berdasarkan mancanegara, pada antaranya berdasarkan Australia, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, India, Selandia Baru, Banglades, Jepang, serta Pakistan.

Peserta menurut dalam negeri mencakup anak didik tunarungu, tunagrahita, serta tunadaksa yg asal dari 33 provinsi pada Indonesia. Tiap provinsi mengirim lima siswa serta satu pendamping.

Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus serta Layanan Khusus Pendidikan Dasar Kemdikbud, Mudjito menyebutkan, outbond bagi anak didik berkebutuhan khusus ini mengedepankan pendidikan karakter dengan contoh pembelajaran di luar sekolah yang menyenangkan bagi peserta didik. “Anak-anak berkebutuhan spesifik ini pun perlu suasana pendidikan yg menarik, menyenangkan dan menantang, sebagai akibatnya mereka sanggup mempertinggi kepercayaan serta kompetensi diri,” kata Mudjito, Senin (31/10/2011).

Kegiatan outbond ini, berdasarkan Mudjito, merupakan galat satu bentuk pembelajaran pendidikan karakter buat memaksimalkan kemampuan penginderaan anak-anak berkebutuhan khusus. Selain itu, berguna buat melatih keberanian serta ketahanan mental dan fisik mereka, serta memupuk sikap toleransi dan tanggung jawab terhadap diri sendiri serta masyarakat pada lingkungannya.

Desi Apriani berdasarkan Kwarnas Gerakan Pramuka mengatakan, kegiatan Pramuka bagi anak-anak berkebutuhan spesifik ini buat memberi pendidikan karakter bangsa melalui metode kepramukaan misalnya permainan dan nyanyian yg menyenangkan. “Anak-anak ini belajar bertoleransi menggunakan perbedaan satu sama lain. Mereka belajar budaya bangsa menurut peserta lain melalui permainan-permainan yg menyenangkan, dalam bentuk pentas seni serta karnaval menggunakan sandang daerah atau masing-masing negara,” tutur Desi.

 (Sumber Berita : //edukasi.kompas.com)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel