Pramuka Siaga Kiasan Dasar Pramuka Siaga
Monday, May 20, 2019
Edit
Kiasan dasar merupakan ungkapan yang digunakan secara simbolik dalampenyelenggaraan pendidikan kepramukaan, serta merupakan salah satu metode untuk mengembangkanimajinasi Siaga, mendorongkreativitas dan keikutsertaannya dalamsetiap kegiatan.
Kiasan dasar yg digunakan dalam gerombolan Siaga antaralain:
a.Pramuka usia 7 -10 tahun dianggap Siaga. Nama Siaga diambil darikiasan dasar yang bersumber padaromantika perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda yaitu masa “mensiagakan” masyarakat yang adalah awal dimulainyaperjuangan baru yaitu lepas 20 Mei1908.
b.Sebutan tingkatan golongan Pramuka Siaga terdiri atas:
oSiaga Mulamengkiaskan tingkatan kecakapan mula-mula (awal) yang dimiliki Siaga.
oSiaga Bantumengkiaskan tingkatan kecakapan siaga yg dapat membantu pekerjaan-pekerjaan tertentu,
oSiaga Tata mengkiaskan taraf kecakapan Siaga sudahdiikutsertakan buat menata karya kesiagaan. Menata karya ialah menyusun danmengatur pekerjaan dengan rapih serta bersih.
c.Sebutan “Barung” yangberarti loka penjaga ramuan bangunan mengkiaskan gerombolan mini Siagaberanggotakan 6 hingga dengan 8 anak.
d.Sebutan “Perindukan”yang berarti loka anak cucu berkumpul, mengkiaskan kelompok Siaga yangterdiri berdasarkan 3 sampai 4 barung.
Pada usia yg terhitung masih belia kehidupan anak seusiaSiaga masih berkisar di seputar famili, yaitu kehidupan yg ada ayah dan bunda bahkan kadang ada pamandan bibi tinggal bersama keluarga tadi. Keluarga merupakan sentra aktivitasnya.
Pembinaan Pramuka Siaga dikiaskan menjadi kehidupan “Keluarga Bahagia”dimana masih ada ayah, mak dan bibi serta paman. Suasana famili bahagiadigambarkan selalu serasi, saling menyayangi, riang gembira, rukun, salingtolong menolong. Mereka adalah keluarga yang takwa kepada Tuhan yang MahaEsa, hayati aman serta hening tanpa rasatakut.
Dalam training Siaga, suasana famili bahagia inidialihkan ke lapangan tempat latihanSiaga di alam terbuka. Di loka latihan juga ada “ayah” yg dipanggil Yanda, “bunda” yang dipanggil Bunda, “bibi” yangdipanggil Bucik dan paman yangdipanggil Pakcik. Pada golongan Siaga wadah pembinaannya dianggap Perindukan Siaga sesuai menggunakan kiasandasar bahwa Siaga masih “menginduk” dalam keluarganya.