Si temon dan Si Pisang

Waktu kecilku dulu, seseorang kakek bercerita kepadaku...begini ceritanya.

Dijaman dahulu kala, ada seorang pemuda bernama Temon yg kelakuannya bikin tertawa semua orang disekitarnya…alias L.U.C.U.……..uuuu ^_^.

Suatu waktu, pada perjalanan mencari kayu bakar, datang-tiba terdengar

“Kluteeeek..” bunyi sebongkah butir pisang yg jatuh mengenai kepalanya.

“Aduuuhh…sakitttt “ rintih si temon yg kesakitan

Si Temon pun murka , kepalanya sakit tidak tertahan serta kemudian tumbuhlah benjolan akbar dikepalanya…..dan marahnya pun semakin berapi api,

Pisang sialaaaan….gara-gara engkau , kepalaku penyok” kata temon

Dengan menahan rasa sakit, diapun pulang menggunakan membawa dendam dalam pohon pisang tersebut.

Syukur, malamnya, kepalanya telah baikan, tetapi perasaan bencinya nir kunjung hilang  serta berjanji akan membalas pisang tersebut. Keesokan harinya, dia membawa sebilah parang menuju tempat pisang tadi. Sampailah dia ditempat pisang, tak menyia-nyiakan waktu, dia kemudian memukul mukul pisang tadi tanpa ampun.

"Haiyaaa, pluk pluuk….jeg..jegggg….jiaaah…..rasain kau wahai pisang sialan” kata si Temon yg dikuasai rasa murka memukul-mukul pohon pisang.

Pohon pisangpun membisu tidak berdaya… membisu tak membalas

Setelah puas memukul pisang, dia kemudian mengambil parangnya dan membacokkan ke pisang tadi.

Dengan mudahnya si Temon menumbangkan si Pisang, diapun pergi dengan perasaan puas namun dendamnya tidak kunjung hilang. Keesokan harinya, iapun melewati loka pisang tadi,

Alangkah terkejutnya si Temon.

"Haaaaa…kok masih hidup….! Siaaalannnnnnnn…"kata si temon yang kembali marah

Si Temon kaget dengan melihat pohon pisang yg dipotongnya kemarin mucul tunas baru. Melihat hal itu, marahnya pulang kambuh, si temon kemudian memotong dan mencincang keseluruhan anggota pohon…nir puas, ia pun membakarnya.

"Huuuuuh, rasain kau pisang sialan….hanguslah kamu jadi abu.".istilah si Temon.

Seperti biasa, si Pisang pun membisu tidak membalas.si Temon pulang kelelahan karena semua energinya dia habiskan buat menghajar habis habisan si Pisang.

Selang seminggu, sesudah ia membakar pohon pisang hingga karnya akarnya, si Temon melihat sejumlah tunas pisang tumbuh dan berkembang. Kuncup dauh berwarna hijau menghiasi tempat itu, namun lain halnya bagi si Temon, kemarahnnnya semikin menjadi…

"Haaaaaaa….itu kan…itu kan….!!

tumbuh lagi tumbuh lagi…. Awas kau pisang…sekarang saatnya saya menghancurkanmu hingga titik darah penghabisan…". istilah si temon keheranan

Dicangkulnya tunas tunas pohon pisang tersebut hingga ke akar-akarnya, dikeluarkannya semua bagian pohon pisang hingga tidak tersisa, kemudian ia cincang habis habisan. Selanjutnya, dibuanglah pohon pisang tersebut ke loka bekas ekskavasi tanah yg sepih tak berpenghuni. Ia campakkan semua bagian-bagian pohon pisang tersebut. Si Temon pun kembali pulang dan keletihan.

Jelang beberapa bulan, waktu beliau menggunakan asyik mencari kayu bakar serta tidak sadar hingga di loka galian tersebut. Ia terkaget serta tersadar….

"Hayooooo.. Apa itu yg ada di tengah-tengah bekas galian tanah? " Tanya si Temon pada dirinya sendiri

Ternyata ratusan tunas pohon pisang tumbuh serta berkembang ditempat itu. Dengan perasaan sedih…ia pun sebagai lemas tak berdaya.

Lalu si temon berkata, "aku menyerah wahai pohon pisang…".

Pelajaran yg dapat pada ambil :

  • Adalah si Temon, karakter yg mudah marah tidak bersabar terhadap cobaan.

Coba seandainya waktu ia dijatuhi butir pisang,melihat berdasarkan sisi lain dimana butir yang menjatuhinya merupakan rejeki yang diberikan dewa baginya buat dimakan, meskipun dengan cara menanggung sakit, pastilah ia tidak sekalut marah-marah dengan pohon pisang yang tak bernyawa.

Rasa dendam yang tidak kunjung hilang justru menciptakan beliau kecapeakan serta tak berguna. Justru malah merugikan dirinya serta sia sia tak berguna.

  • Adalah si Pisang, yg dengan sabarnya ia pada hajar si Temon

Menggambarkan karakter yang tahan terhadap cobaan apapun, tetapi semangat yg luar biasa tidak kunjung padam, hingga dirinya bisa memberikan manfaat serta melahirkan tunas-tunas baru bagi kehidupan selanjutnya.

Semoga kita mampu merogoh pelajaran dari kisah ini.

Wallahu A'lam

Karya: Mas Darno

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel