Jepang Menyerah PLTN Akan Dinonaktifkan

VIVAnews - Pemerintah Jepang serta Tokyo Electronic Power Co (Tepco) mengatakan bahwa krisis di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi telah nir bisa ditanggulangi lagi. Untuk itu, empat reaktor pada PLTN tersebut akan segera dinonaktifkan serta diabaikan.
Seperti dikutip berdasarkan halaman The Guardian, Kamis, 31 Maret 2011, Direktur Tepco, Tsunehira Katsumata, menyampaikan bahwa empat reaktor nuklir yang bermasalah pada PLTN tadi akan diabaikan karena usaha yang mereka lakukan nir pula mengakibatkan output.
Jika tetap dilanjutkan, bisnis akan memakan ketika sampai berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, menggunakan tidak adanya kepastian situasi akan kembali normal. Katsumata mengatakan bahwa tidak ada pilihan lain selain mengabaikan dan menonaktifkan reaktor unit satu sampai empat pada PLTN tersebut.
Penonaktifan dan pengabaian akan dilakukan pada empat unit reaktor, namun reaktor unit lima serta enam permanen akan beroperasi. Kedua reaktor yg terletak terpisah berdasarkan empat unit reaktor lainnya tadi dilaporkan nir mengalami kerusakan, karena nir beroperasi saat gempa bumi dan tsunami terjadi 11 Maret kemudian.
Namun, niatan buat mempertahankan 2 reaktor ini ditentang sang pemerintah. Juru bicara pemerintah Yukio Edano, mengatakan bahwa semua reaktor pada PLTN yang telah berusia 40 tahun itu akan dinonaktifkan. "Keputusan ini sangat kentara, melihat situasi yg berkembang waktu ini," ujar Edano.
Belum dipastikan kapan penonaktifan ini akan dilakukan oleh pemerintah maupun sang Tepco.
Keputusan penonaktifan diambil pada tengah situasi yang semakin memburuk di PLTN tadi. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan adanya perluasan cakupan radiasi sampai sejauh 40 kilometer. IAEA jua melihat adanya peningkatan tingkat radiasi pada air bahari pada lebih kurang PLTN.
Badan Keamanan Nuklir dan Industri Jepang (NISA) mengatakan per Kamis ini, taraf radioaktif di laut sekitar PLTN mencapai 4.385 kali lebih tinggi berdasarkan dalam batas normal. Angka ini semakin tinggi setelah sebelumnya pada Rabu radioaktif terdeteksi 3.355 kali lipat lebih tinggi menurut batas normal. (art)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel