MENGIDENTIFIKASI INFORMASI DALAM TEKS EKSPLANASI
Tuesday, May 18, 2021
Edit
MATERI PEMBELAJARAN TEKS EKSPLANASI
Kompetensi Dasar
3.tiga Mengidentifikasi informasi(pengetahuan dan urutan insiden) dalam teks ekplanasi lisan serta tulis
4.tiga Mengkonstruksi kabar(pengetahuan serta urutan insiden) dalam teks eksplanasi secara ekspresi serta tulis
3.4 Menganalisis struktur dankebahasaan teks eksplanasi
4.4 Memproduksi teks eksplanasisecara mulut atau tulis menggunakan memerhatikan struktur dan kebahasaan
Ringkasan Materi
1. Mengidentifikasi Informasi dalamTeks eksplanasi
Teks eksplanasi bisa disamakandengan teks yang menceritakan prosedur atau proses terjadinya sesuatu. Denganteks tersebut, pembaca bisa memperoleh pemahaman mengenai latar belakangterjadi sesuatu secara jelas dan logis. Teks eksplanasi memakai banyakfakta dan pernyataan-pernyataan yang mempunyai hubungan sebab dampak(kausalitas). Namun, sebab-sebab ataupun akibat-akibat itu berupa sekumpulanfakta dari penulisnya.
Contoh teks eksplanasiAkhir-akhir ini demonstrasi kerapterjadi pada hampir setiap waktu dan terjadi pada banyak sekali tempat. Bahkan,demonstrasi sudah menjadi kenyataan yang lumrah di tengah-tengah masyarakatkita. Menanggapi fenomena tadi, seseorang ketua daerah menyatakan bahwapenyebab demonstrasi serta anarkisme tidak lain merupakan faktor laparnyamasyarakat. Lantas ia mencontohkan warga Malaysia dan Brunei yg adem ayem,lantaran kesejahteraan mereka terpenuhi maka demonstrasi pada negara-negara itu jarangterjadi.
Tentu saja komentar tadi menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotesdan meminta sang bupati mencabut balik pernyataannya. Para mahasiswa tidakterima dan nir merasa mempunyai motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwademonstrasi yg biasa mereka lakukan murni buat memperjuangkan kebenaran danmelawan kemunkaran yang terjadi pada hadapannya.
Persoalannya kemudian, pendapat manakah yang sahih; sang bupati atau pihakmahasiswa ataupun komponen-komponen rakyat lainnya? Barangkali nalar sangbupati dikaitkan dengan norma bayi atau anakkecil yg memang begitu adanya. Kalauseorang bayi merasa lapar, dia akan ngamuk: menangis serta meronta-ronta. Tetapi,bila nalar oleh bupati dibawa dalam konteks yg lebih luas, jelaslah tidakrelevan, misalnya membandingkan menggunakan syarat masyarakat pada Malaysia ataupunBrunei yang adem-ayem, nir misalnya halnya rakyat Indonesia yanggampangan.
Demonstrasi massa nir selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyakperistiwa yang sama sekali nir didasari oleh motif itu. Dalam kaitannyadengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapatingkatan. Kebutuhan yang paling mendasar merupakan makan serta minum. Sementaraitu, yg paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Namun demikian, dalam umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari olehkebutuhan strata akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkanpengakuan menurut pemerintah ataupun pihak-pihak lain agar hak-hak serta eksistensimereka diakui. Oleh lantaran merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkandinistakan, lalu mereka berusaha buat menampakan jati dirinya menggunakan caraberdemonstrasi.
Banyak keterangan bisa membuktikannya. Demonstrasi massa dalam awalawal reformasi dinegeri ini pada tahun 1997-1998, bukandilakukan oleh masyarakat miskin ataupun orang-orang lapar. Justru hal itudilakukan oleh rakyat berdasarkan kalangan menengah ke atas, pada hal ini adalahmahasiswa dan golongan intelektual. Belum lagi bila merujuk dalam kasus-kasusyang terjadi di luar negeri. Dalam beragam sekala (akbar atau kecil),demonstrasi bukan hal aneh lagi bagi negara-negara Eropa. Demonstrasi yangmereka lakukan sudah barang tentu tidak didorong sang kondisi perut yang lapar karenamereka dalam biasanya dalam syarat yg sangat makmur.
Perbandingan yang relatif kontras menggunakan melihat insiden terbaru pada Kora Utara.kondisi sosial ekonomi rakyat negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinanmenjadi pemandangan generik hampir melanda pada seluruh pelosok negeri. Akan namun,waktu Kim Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak terdapat upaya penggulingankekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik pada negerinya.padahal peluang buat itu lebih terbuka. Justru yg terjadi lalu hampirseluruh warganya menunduk hidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.juga jika balik melihat kondisi masyarakat di negeri ini. Kemiskinan sangatakrab di pinggiran kota serta di sudut-sudut desa pada berbagai
pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satuduaperistiwa. Justru yg jauh lebih getolmelakukan hal itu adalah rakyat yg tinggal sentra-sentra kota, yang secara umummereka lebih makmur.
Dengan liputan-keterangan semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebabutama untuk terjadinya gelombang demonstrasi. Akan namun, fenomena tersebutlebih disebabkan oleh kepandaian kritis berdasarkan rakyat warga . Merekatahu akan hak-haknya, mengerti jua bahwa pada sekitarnya sudah terjadipelanggaran serta kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes danmenyampaikan sejumlah tuntutan.
Apabila faktor-faktor itu tidak terdapat di pada diri mereka, apapun yang terjadidi sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggutmanggut danberkata “ya” pada apapun tindakan dari impinannyameskipun menyimpang, dan bahkan menzalimi mereka sendiri.
(Sumber: Kosasih).
Tentu saja komentar tadi menyulut reaksi para mahasiswa. Mereka memprotesdan meminta sang bupati mencabut balik pernyataannya. Para mahasiswa tidakterima dan nir merasa mempunyai motif serendah itu. Mereka berpendirian bahwademonstrasi yg biasa mereka lakukan murni buat memperjuangkan kebenaran danmelawan kemunkaran yang terjadi pada hadapannya.
Persoalannya kemudian, pendapat manakah yang sahih; sang bupati atau pihakmahasiswa ataupun komponen-komponen rakyat lainnya? Barangkali nalar sangbupati dikaitkan dengan norma bayi atau anakkecil yg memang begitu adanya. Kalauseorang bayi merasa lapar, dia akan ngamuk: menangis serta meronta-ronta. Tetapi,bila nalar oleh bupati dibawa dalam konteks yg lebih luas, jelaslah tidakrelevan, misalnya membandingkan menggunakan syarat masyarakat pada Malaysia ataupunBrunei yang adem-ayem, nir misalnya halnya rakyat Indonesia yanggampangan.
Demonstrasi massa nir selalu disebabkan oleh urusan perut, bahkan banyakperistiwa yang sama sekali nir didasari oleh motif itu. Dalam kaitannyadengan kebutuhan manusia, Abraham Maslow membaginya ke dalam beberapatingkatan. Kebutuhan yang paling mendasar merupakan makan serta minum. Sementaraitu, yg paling puncak adalah kebutuhan akan aktualisasi diri.
Namun demikian, dalam umumnya demonstrasi massa justru lebih didasari olehkebutuhan strata akhir itu. Masyarakat berdemonstrasi karena membutuhkanpengakuan menurut pemerintah ataupun pihak-pihak lain agar hak-hak serta eksistensimereka diakui. Oleh lantaran merasa dibiarkan, hak-haknya diingkari, bahkandinistakan, lalu mereka berusaha buat menampakan jati dirinya menggunakan caraberdemonstrasi.
Banyak keterangan bisa membuktikannya. Demonstrasi massa dalam awalawal reformasi dinegeri ini pada tahun 1997-1998, bukandilakukan oleh masyarakat miskin ataupun orang-orang lapar. Justru hal itudilakukan oleh rakyat berdasarkan kalangan menengah ke atas, pada hal ini adalahmahasiswa dan golongan intelektual. Belum lagi bila merujuk dalam kasus-kasusyang terjadi di luar negeri. Dalam beragam sekala (akbar atau kecil),demonstrasi bukan hal aneh lagi bagi negara-negara Eropa. Demonstrasi yangmereka lakukan sudah barang tentu tidak didorong sang kondisi perut yang lapar karenamereka dalam biasanya dalam syarat yg sangat makmur.
Perbandingan yang relatif kontras menggunakan melihat insiden terbaru pada Kora Utara.kondisi sosial ekonomi rakyat negaranya sangat jauh terbelakang. Kemiskinanmenjadi pemandangan generik hampir melanda pada seluruh pelosok negeri. Akan namun,waktu Kim Jong-Il, pimpinannya itu meninggal, tak terdapat upaya penggulingankekuasaan ataupun demonstrasi untuk menuntut perubahan politik pada negerinya.padahal peluang buat itu lebih terbuka. Justru yg terjadi lalu hampirseluruh warganya menunduk hidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.juga jika balik melihat kondisi masyarakat di negeri ini. Kemiskinan sangatakrab di pinggiran kota serta di sudut-sudut desa pada berbagai
pelosok. Akan tetapi, mereka jarang melakukan demonstrasi: hanya satuduaperistiwa. Justru yg jauh lebih getolmelakukan hal itu adalah rakyat yg tinggal sentra-sentra kota, yang secara umummereka lebih makmur.
Dengan liputan-keterangan semacam itu, nyatalah bahwa kemiskinan bukanlah penyebabutama untuk terjadinya gelombang demonstrasi. Akan namun, fenomena tersebutlebih disebabkan oleh kepandaian kritis berdasarkan rakyat warga . Merekatahu akan hak-haknya, mengerti jua bahwa pada sekitarnya sudah terjadipelanggaran serta kesewenang-wenangan. Mereka kemudian melakukan protes danmenyampaikan sejumlah tuntutan.
Apabila faktor-faktor itu tidak terdapat di pada diri mereka, apapun yang terjadidi sekitarnya, mereka akan seperti kerbau dicocok hidung: manggutmanggut danberkata “ya” pada apapun tindakan dari impinannyameskipun menyimpang, dan bahkan menzalimi mereka sendiri.
(Sumber: Kosasih).
Teks pada atas terdiri atas paragraf-paragraf yg merupakan paparan tentangakibat sebab maraknya demonstrasi pada tengah-tengah rakyat. Teks itu pundapat dikelompokkan sebagai teks eksplanasi. Dari teks semacam itu diharapkanpara pembaca bisa tahu proses berlangsungnya suatu peristiwa yg bersifatkausalitas menggunakan sejelasjelasnya.
Dalam teks eksplanasi, penulis memakai poly keterangan yg kegunaannya sebagaipenyebab atau dampak terjadinya suatu insiden. Bahkan, bisa dikatakan bahwateks eksplanasi hampir semuanya berupa warta.
Untuk detail, perhatikan pulang paragraf pertama di atas. Paragraf tersebutdibentuk oleh empat butir kalimat yg semuanya berupa warta .
Dalam teks eksplanasi, penulis memakai poly keterangan yg kegunaannya sebagaipenyebab atau dampak terjadinya suatu insiden. Bahkan, bisa dikatakan bahwateks eksplanasi hampir semuanya berupa warta.
Untuk detail, perhatikan pulang paragraf pertama di atas. Paragraf tersebutdibentuk oleh empat butir kalimat yg semuanya berupa warta .
Kalimat
Keterangan
1. Kondisi sosial ekonomi rakyat negaranya sangat jauh kurang pandai. Kemiskinan menjadi pemandangan generik hampir melanda di seluruh
pelosok negeri. Akan tetapi, ketika Kim Jong Il, pimpinannya itu tewas, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi buat menuntut perubahan politik di negerinya. Padahal peluang buat itu lebih terbuka. Justru yang terjadi lalu hampir semua warganya menunduk hidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.
pelosok negeri. Akan tetapi, ketika Kim Jong Il, pimpinannya itu tewas, tak ada upaya penggulingan kekuasaan ataupun demonstrasi buat menuntut perubahan politik di negerinya. Padahal peluang buat itu lebih terbuka. Justru yang terjadi lalu hampir semua warganya menunduk hidmat, mengantar jenazah pimpinannya ke liang lahat.
fakta
2. Juga bila balik melihat kondisi masyarakat di negeri ini. Kemiskinan sangat akrab di pinggiran kota dan di sudut-sudut desa di berbagai pelosok. Akan tetapi, mereka sporadis melakukan demonstrasi: hanya satu-dua peristiwa. Justru yang jauh lebih gemar melakukan hal itu merupakan
masyarakat yang tinggal sentra-pusat kota, yang secara generik mereka lebih makmur.
masyarakat yang tinggal sentra-pusat kota, yang secara generik mereka lebih makmur.
fakta
Contoh 2
Kalau memang sudah terkena anemia,jenis-jenis asupan alamiah misalnya berdasarkan kuliner, telah tidak mudah lagi. Inidisebakan, kuliner berzat besi perlu dikonsumsi dalam jumlah yg banyak danitu tidak memungkinkan. Makanya, asupan zat besi perlu dibubuhi sampaianemianya terkoreksi.. Biasanya, mereka merasa pulang sehat ketika sehari-duasetelah mengkonsumsi asupan zat besi. Tetapi, itu menghilangkan gejalanya saja.padahal, penyakitnya masih ada sewaktuwaktu mampu timbul kembali. Oleh karenaitu, supaya anemia terkoreksi, diperlukan zat besi yang relatif menjadi cadangan didalam tubuh. Cadangan zat besi itu bermanfaat buat membarui sel darah merah yanghilang. Biasanya, asupan itu terus dikonsumsi selama satu-3 bulansampaianemianya terkoreksi betul.
Teks tersebut tergolong ke dalambentuk teks eksplanasi. Di dalamnya tergambar suatu paparan proses. Tekstersebut memaparkan secara kausalitas tentang proses penyembuhan penyakitanemia. Pembacanya pun memperoleh pemahaman yang sangat jelas mengenai cara-carapenyembuhan penyakit itu. Dengan contoh di atas, teks yg menyebutkan suatuproses, urutan kegiatan yang bersifat kausalitas,bisa digolongkan ke dalam teks eksplanasi.
Rujukan
Kosasih, E.2014. Jenis-Jenis Teks dalam MataPelajaran Bahasa Indoneisa Sekolah Menengah Atas/MA/SMK. Bandung: Yrama Widya
Suherli, dkk.2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum danPerbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Suherli, dkk. Buku Guru Bahasa Indonesia Kelas XI Revisi Tahun 2017. Jakarta: Pusat Kurikulum danPerbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Baca Juga
1. Struktur Teks Eksplanasi Klik //cara-pramuka.blogspot.com/2018/08/sruktur-teks-eksplanasi.html
2. Ciri Kebahasaan Teks Eksplanasi klik //cara-pramuka.blogspot.com/2018/08/mengkaji-ciri-kebahasaan-teks-eksplanasi.html
3. Menulis Teks Eksplanasi Klik //cara-pramuka.blogspot.com/2018/08/menulis-teks-eksplanasi-berdasarkan.html
Baca Juga
1. Struktur Teks Eksplanasi Klik //cara-pramuka.blogspot.com/2018/08/sruktur-teks-eksplanasi.html
2. Ciri Kebahasaan Teks Eksplanasi klik //cara-pramuka.blogspot.com/2018/08/mengkaji-ciri-kebahasaan-teks-eksplanasi.html
3. Menulis Teks Eksplanasi Klik //cara-pramuka.blogspot.com/2018/08/menulis-teks-eksplanasi-berdasarkan.html