MATERI PEMBELAJARAN TEKS ANEKDOT
Thursday, September 16, 2021
Edit
MATERIPEMBELAJARAN TEKS ANEKDOT
TEKSANEKDOT
A.pengertian serta Fungsi Teks Anekdot
Salahsatu cerita lucu yg poly tersebar pada masyarakat adalah anekdot. Anekdotdigunakan buat menyampaikan kritik, tetapi tidak menggunakan cara yang kasar danmenyakiti. Anekdot ialah cerita singkat yg menarik karena lucu danmengesankan. Anekdot mengangkat cerita mengenai orang penting (tokoh warga )atau populer menurut insiden yg sebenarnya.
Kejadiannyata ini lalu dijadikan dasar cerita lucu menggunakan menambahkan unsur rekaan.seringkali, partisipan (pelaku cerita), loka kejadian, serta waktu peristiwadalam anekdot tadi adalah output rekaan.
Kejadiannyata ini lalu dijadikan dasar cerita lucu menggunakan menambahkan unsur rekaan.seringkali, partisipan (pelaku cerita), loka kejadian, serta waktu peristiwadalam anekdot tadi adalah output rekaan.
Batasan anekdot
Anekdot merupakan sebuah cerita pendek yg berisi sebuah insinuasi terhadap sesuatu atau seorang yg dilengkapi dengan humor.
Isi utama anekdot
Isi pokok dari sebuah teks anekdot merupakan sebuah sindirian pada suatu hal atau pada seseorang.
Fungsi anekdot
Fungsi dari anekdot merupakan sebuah hiburan atau intermezzo yg dilengkapi menggunakan sebuah sindiran terhadap suatu hal.
B.struktur Teks Anekdot
Anekdot mempunyai struktur teks yangmembedakannya menggunakan teks lainnya. Teks anekdot memiliki struktur abstraksi,orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
1.abstraksi merupakan pendahuluan yg menyatakan latar belakang atau citra umumtentang isi suatu teks.
2.orientasi merupakan bagian cerita yg mengarah pada terjadinya suatu krisis,konflik, atau peristiwa primer. Bagian inilah yg menjadi penyebab timbulnyakrisis.
3.krisis atau komplikasi adalah bagian dari inti insiden suatu anekdot. Padabagian krisis itulah masih ada kekonyolan yg menggelitik dan mengundang tawa.
4.reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya.reaksi yang dimaksud dapat berupa perilaku mencela atau menertawakan.
5. Kodamerupakan penutup atau simpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Didalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penerangan atas maksuddari cerita yg dipaparkan sebelumnya. Bagian ini umumnya ditandai olehkata-istilah, misalnya itulah,akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifatopsional; bisa terdapat ataupun nir ada.
Contoh
Aksi Maling Tertangkap CCTV
Isi
Struktur
Seorang rakyat melapor kemalingan.
Abstraksi
Pelapor : “Pak aku kemalingan.”
Polisi : “Kemalingan apa?”
Pelapor : “Mobil, Pak. Tapi saya beruntung Pak...”
Polisi : “Kemalingan apa?”
Pelapor : “Mobil, Pak. Tapi saya beruntung Pak...”
Orientasi
Polisi : “Kemalingan kok beruntung?”
Pelapor : “Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam menggunakan kentara. Saya bisa melihat dengan kentara wajah malingnya.”
Polisi : “Sudah minta izin malingnya buat merekam?”
Pelapor : “Iya pak. Saya beruntung karena CCTV merekam menggunakan kentara. Saya bisa melihat dengan kentara wajah malingnya.”
Polisi : “Sudah minta izin malingnya buat merekam?”
Krisis
Pelapor : “Belum .... “ (sambil menatap polisi dengan penuh keheranan.
Polisi : “Itu ilegal. Anda aku tangkap.”
Polisi : “Itu ilegal. Anda aku tangkap.”
Reaksi
Pelapor : (hanya mampu pasrah tidak berdaya).
Koda
C. Kebahasaan Teks Anekdot
Seperti juga teks lainnya, anekdot memilikiunsur kebahasaan yang khas yaitu (a) memakai kalimat yg menyatakanperistiwa masa kemudian, (b) memakai kalimat retoris, [kalimat pertanyaan yangtidak membutuhkan jawaban]; (c) memakai konjungsi [kata penghubung] yangmenyatakan hubungan ketika seperti lalu, kemudian; (d) menggunakan kata kerjaaksi misalnya menulis, membaca, dan berjalan, ; (e) memakai kalimat perintah(imperative sentence); dan (f) menggunakan kalimat seru. Khusus buat anekdotyang disajikan dalam bentuk obrolan, penggunaan kalimat pribadi sangat lebih banyak didominasi.
No.
Unsur Kebahasaan
Contoh Kalimat
1.
Kalimat yg menyatakan
peristiwa masa lalu
peristiwa masa lalu
Pada zenit pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut generik menyerang saksi.
2.
Kalimat retoris
“Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda mendapat 5 ribu dolar buat berkompromi dalam kasus ini?”
3.
Penggunaan konjungsi yang
menyatakan hubungan waktu
menyatakan hubungan waktu
Akhirnya, hakim menyampaikan, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
4.
Penggunaan istilah kerja aksi
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan.
5.
Penggunaan kalimat perintah
“Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
6.
Penggunaan kalimat seru
“Oh, maaf.”
D. Menyusun Teks Anekdotberdasarkan Kejadian yg Menyangkut Orang Banyak atau Perilaku Tokoh Publik
Dalam menyusun anekdot, terdapat beberapa halyang harus dipengaruhi lebih dulu. Hal tadi merupakan menentukan tema, kritik,kelucuan, tokoh, struktur, alur, serta pola penyajian teks anekdot.langkah-langkah ini akan memudahkan buat belajar menyusun anekdot.
Langkah-langkah penyusunan tersaji pada bentuk tabel, denganpenyelesaian pada kolom ketiga.
No.
Aspek
Isi
1.
Tema
Kasih sayang dalam orangtua.
2.
Kritik
Anak yg memandang orangtua pada masa tuanya
sebagai orang yg merepotkan.
sebagai orang yg merepotkan.
3.
Humor/
kelucuan
kelucuan
Orang dewasa memalukan lantaran dikritik sang anak kecil.
4.
Tokoh
Kakek tua, ayah, anak serta menantu.
5.
Struktur
Abstraksi
Kakek tua yang tinggal beserta anak,
menantu serta cucu 6 tahun.
menantu serta cucu 6 tahun.
Orientasi
Kebiasaan makan malam di rumah
si anak. Kakek tua makannya sering
berantakan.
Krisis
Kakek tua diberi meja mini terpisah di
pojok, dengan alat makan anti pecah.
Reaksi
Cucu 6 tahun menciptakan replika
meja terpisah.
Koda
Cucu 6 tahun menyampaikan kelak akan
membuat meja terpisah juga
untuk ayah dan ibunya.
7
Alur
Kakek tua tinggal beserta anak, menantu serta cucunya yang
berusia 6 tahun. Lantaran sudah tua, mata si Kakek rabun dan
tangannya bergetar sehingga kerap menjatuhkan makanan dan
indera makan. Agar nir merepotkan, beliau ditempatkan di meja
terpisah menggunakan indera makan anti pecah. Anak serta menantunya
baru sadar waktu diingatkan sang cucu 6 tahun yang tengah
bermain menciptakan replika meja.
berusia 6 tahun. Lantaran sudah tua, mata si Kakek rabun dan
tangannya bergetar sehingga kerap menjatuhkan makanan dan
indera makan. Agar nir merepotkan, beliau ditempatkan di meja
terpisah menggunakan indera makan anti pecah. Anak serta menantunya
baru sadar waktu diingatkan sang cucu 6 tahun yang tengah
bermain menciptakan replika meja.
8
Pola
penyajian
Narasi.
Teks
anekdot
Seorang kakek hidup serumah beserta anak, menantu, serta cucu berusia 6 tahun. Keluarga itu biasa makan malam bersama. Si kakek yang sudah pikun acapkali mengacaukan segalanya. Tangan bergetar dan mata rabunnya menciptakan kakek susah menyantap kuliner. Sendok serta garpu kerap jatuh.
Saat si kakek meraih gelas, sering susu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar. Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja mini pada sudut ruangan, loka sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, tak jarang terdengar ratap kesedihan menurut sudut ruangan. Tetapi, suami-istri itu justru mengomel supaya kakek tak menghamburkan kuliner lagi.
Sang cucu yang baru berusia 6 tahun mengamati seluruh insiden itu dalam membisu.
Suatu hari si ayah memerhatikan anaknya sedang menciptakan replika mainan kayu.
“Sedang apa, sayang?” tanya ayah dalam anaknya.
“Aku sedang membuat meja untuk ayah dan bunda.
Persiapan buat ayah dan ibu apabila aku akbar nanti.”
Ayah anak kecil itu eksklusif terdiam.
Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan pulang diajak makan pada meja yg sama. Tak akan ada lagi omelan saat piring jatuh, kuliner tumpah, atau taplak tercemar kuah.
Sumber: J. Sumardianta, Pengajar Gokil Murid Unyu. Halaman 47. (menggunakan penyesuaian)
Saat si kakek meraih gelas, sering susu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar. Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja mini pada sudut ruangan, loka sang kakek makan sendirian. Mereka memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah. Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, tak jarang terdengar ratap kesedihan menurut sudut ruangan. Tetapi, suami-istri itu justru mengomel supaya kakek tak menghamburkan kuliner lagi.
Sang cucu yang baru berusia 6 tahun mengamati seluruh insiden itu dalam membisu.
Suatu hari si ayah memerhatikan anaknya sedang menciptakan replika mainan kayu.
“Sedang apa, sayang?” tanya ayah dalam anaknya.
“Aku sedang membuat meja untuk ayah dan bunda.
Persiapan buat ayah dan ibu apabila aku akbar nanti.”
Ayah anak kecil itu eksklusif terdiam.
Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan pulang diajak makan pada meja yg sama. Tak akan ada lagi omelan saat piring jatuh, kuliner tumpah, atau taplak tercemar kuah.
Sumber: J. Sumardianta, Pengajar Gokil Murid Unyu. Halaman 47. (menggunakan penyesuaian)
E. Pola PenyajianAnekdot
Anekdotdapat disajikan pada bentuk obrolan juga narasi. Salah satu karakteristik dialogadalah memakai kalimat langsung. Kalimat langsung adalah sebuah kalimatyang adalah hasil kutipan pribadi berdasarkan pembicaraan seorang yang samapersis seperti apa yg dikatakannya.
Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Dialog
Narasi
Pada zenit pengadilan korupsi politik,
Jaksa penuntut generik menyerang saksi.
Jaksa : “Apakah sahih, bahwa anda menerima lima ribu dolar buat berkompromi dalam
kasus ini?”
Saksi : (menatap keluar jendela seolah-olah nir mendengar pertanyaan)
Jaksa : “Apakah sahih, bahwa anda menerima lima ribu dolar buat berkompromi dalam
kasus ini?”
Saksi : (nir menanggapi)
Hakim : “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
Saksi : (kaget) “Oh, maaf. Saya piker dia tersebut berbicara dengan Anda.”
Pada zenit pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut generik menyerang saksi.
“Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda mendapat 5 ribu dolar buat berkompromi dalam kasus ini?”
Saksi menatap keluar jendela seolaholah nir mendengar pertanyaan.
“Bukankah sahih bahwa Anda mendapat lima ribu dolar buat berkompromi dalam kasus ini?” ulang advokat.
Saksi masih nir menanggapi.
Akhirnya, hakim menyampaikan, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
“Oh, maaf.” Saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, “Saya pikir dia tadi berbicara menggunakan Anda.”
Rujukan
Kosasih,E. 2014. Jenis-Jenis Teks pada Mata Pelajaran Bahasa Indoneisa Sekolah Menengah Atas/MA/Sekolah Menengah Kejuruan.bandung: Yrama Widya
Suherli, dkk. 2017. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Suherli, dkk. 2017. Buku Pengajar Bahasa Indonesia Kelas X Revisi Tahun2017. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud