SEJARAH KOTA DUMAIPROVINSI RIAU
Sunday, October 30, 2011
Edit
Kota Dumai adalah sebuah dusun mini dipesisir timur propinsi Riau. Dumai merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Bengkalis. Diresmikan sebagai Kota pada tanggal 20 April 1999 dengan Undang-undang No. 16 Tahun 1999 dimana status Dumai sebelumnya adalah Kota Administratif. Pada awal pembentukan wilayah administrasi pemerintahan, Kota Dumai memiliki 3 wilayah kecamatan, 13 kelurahan dan 9 desa dengan jumlah penduduk hanya 15.699 jiwa dengan tingkat kepadatan 83,85 jiwa/km2.
Secara geografis, Kota Dumai terletak di 1023 – 1024’23” Bujur Timur dan 101023’37” - 101028’13” Lintang Utara dengan batas wilayah sebelah Utara, Dumai berbatasan dengan Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Sebelah Timur, Dumai berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Sebelah Selatan, Dumai berbatasan dengan Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, dan Sebelah Barat, Dumai berbatasan dengan Kecamatan Bangko dan Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir. Wilayah Kota Dumai beriklim tropis dengan curah hujan antara 100-300 cm dan suhu udara 24-33C dengan kondisi tanah rawa bergambut.
Kota Dumai mempunyai luas wilayah 1.727.385 Km2 serta merupakan kota terluas angka 2 di Indonesia sehabis Manokwari. Saat ini Dumai dicanangkan sebagai kota yang masuk pada zona Pasar Bebas Internasional.
Dulu, Dumai hanyalah sebuah dusun nelayan yang sepi, berada di pesisir Timur Propinsi Riau, Indonesia. Kini, Dumai yang kaya dengan minyak bumi itu, menjelma menjadi kota pelabuhan minyak yang sangat ramai sejak tahun 1999. Kapal-kapal tangki minyak raksasa setiap hari singgah dan merapat di pelabuhan ini. Kilang-kilang minyak yang tumbuh menjamur di sekitar pelabuhan menjadikan Kota Dumai pada malam hari gemerlapan bak permata berkilauan. Kekayaan Kota Dumai yang lain adalah keanekaragaman tradisi. Ada dua tradisi yang sejak lama berkembang di kalangan masyarakat kota Dumai yaitu tradisi tulisan dan lisan. Salah satu tradisi lisan yang sangat populer di daerah ini adalah cerita-cerita rakyat yang dituturkan secara turun-temurun. Sampai saat ini, Kota Dumai masih menyimpan sejumlah cerita rakyat yang digemari dan memiliki fungsi moral yang amat penting bagi kehidupan masyarakat, misalnya sebagai alat pendidikan, pengajaran moral, hiburan, dan sebagainya.salah satu cerita rakyat yang masih berkembang di Dumai adalah Legenda Putri Tujuh.cerita legenda ini mengisahkan tentang asal-mula nama Kota Dumai.
Konon, dalam zaman dahulu kala, di wilayah Dumai berdiri sebuah kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung. Kerajaan ini diperintah oleh seorang Ratu yg bernama Cik Sima. Ratu ini mempunyai tujuh orang putri yang elok nan mengagumkan, yang dikenal menggunakan Putri Tujuh. Dari ke 7 putri tadi, putri bungsulah yang paling manis, namanya Mayang Sari. Putri Mayang Sari memiliki estetika tubuh yang sangat mempesona, kulitnya lembut bagai sutra, wajahnya elok berseri bagaikan bulan purnama, bibirnya merah bagai delima, alisnya bagai semut beriring, rambutnya yg panjang serta ikal terurai bagai mayang. Lantaran itu, oleh Putri pula dikenal menggunakan sebutan Mayang Mengurai.
Pada suatu hari, ketujuh putri itu sedang mandi di lubuk Sarang Umai. Lantaran asyik berendam serta bersendau gurau, ketujuh putri itu nir menyadari ada beberapa pasang mata yg sedang mengamati mereka, yang ternyata adalah Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya yg kebetulan lewat pada daerah itu. Mereka mengamati ke 7 putri tersebut dari pulang semak-semak. Secara diam-membisu, oleh Pangeran terpesona melihat kecantikan keliru satu putri yg tak lain merupakan Putri Mayang Sari. Tanpa disadari, Pangeran Empang Kuala bergumam lirih, “Gadis manis pada lubuk Umai....manis di Umai. Ya, ya.....D'umai...D‘umai....” Kata-kata itu terus terucap pada hati Pangeran Empang Kuala. Rupanya, sang Pangeran jatuh cinta pada sang Putri. Lantaran itu, oleh Pangeran berniat buat meminangnya.
Beberapa hari kemudian, sang Pangeran mengirim utusan buat meminang putri itu yang diketahuinya bernama Mayang Mengurai. Utusan tadi mengantarkan tepak sirih menjadi pinangan adat kebesaran raja kepada Keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Pinangan itu pun disambut oleh Ratu Cik Sima dengan kemuliaan adat yang berlaku di Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Sebagai balasan pinangan Pangeran Empang Kuala, Ratu Cik Sima pun menjunjung tinggi norma kerajaan yaitu mengisi pinang dan gambir pada combol paling besar di antara tujuh butir combol yang ada pada pada tepak itu. Enam buah combol lainnya sengaja tak diisinya, sehingga tetap kosong. Adat ini melambangkan bahwa putri tertualah yg berhak mendapat pinangan terlebih dahulu.
Mengetahui pinangan Pangerannya ditolak, utusan tadi kembali menghadap pada oleh Pangeran. “Ampun Baginda Raja! Hamba tak terdapat maksud mengecewakan Tuan. Keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung belum bersedia menerima pinangan Tuan buat memperistrikan Putri Mayang Mengurai.” Mendengar laporan itu, sang Raja pun naik pitam lantaran rasa membuat malu yang amat sangat. Sang Pangeran tidak lagi peduli menggunakan norma yang berlaku di negeri Seri Bunga Tanjung. Amarah yang menguasai hatinya tak mampu dikendalikan lagi. Sang Pangeran pun segera memerintahkan para panglima dan prajuritnya buat menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Maka, pertempuran antara ke 2 kerajaan di pinggiran Selat Malaka itu tak bisa dielakkan lagi.
Di tengah berkecamuknya perang tersebut, Ratu Cik Sima segera melarikan ke 7 putrinya ke dalam hutan dan menyembunyikan mereka di pada sebuah lubang yg beratapkan tanah dan terlindung sang pepohonan. Tak lupa juga oleh Ratu membekali ke 7 putrinya makanan yg cukup untuk tiga bulan. Setelah itu, oleh Ratu pulang ke kerajaan buat mengadakan perlawanan terhadap pasukan Pangeran Empang Kuala. Sudah 3 bulan berlalu, tetapi pertempuran antara kedua kerajaan itu tidak kunjung usai. Setelah memasuki bulan keempat, pasukan Ratu Cik Sima semakin terdesak serta tak berdaya. Akhirnya, Negeri Seri Bunga Tanjung dihancurkan, rakyatnya poly yg meninggal. Melihat negerinya hancur dan tidak berdaya, Ratu Cik Sima segera meminta donasi jin yg sedang bertapa pada bukit Hulu Sungai Umai.
Pada suatu senja, pasukan Pangeran Empang Kuala sedang beristirahat di hilir Umai. Mereka berlindung di bawah pohon-pohon bakau. Namun, menjelang malam terjadi insiden yg sangat mengerikan. Secara tiba-datang mereka tertimpa beribu-ribu butir bakau yg jatuh dan menusuk ke badan para pasukan Pangeran Empang Kuala. Tak sampai separuh malam, pasukan Pangeran Empang Kaula bisa dilumpuhkan. Pada waktu pasukan Kerajaan Empang Kuala tidak berdaya, datanglah utusan Ratu Cik Sima menghadap Pangeran Empang Kuala.
Melihat kedatangan utusan tersebut, oleh Pangeran yg masih terduduk lemas menahan sakit langsung bertanya, “Hai orang Seri Bunga Tanjung, apa maksud kedatanganmu ini?”. Sang Utusan menjawab, “Hamba tiba buat menyampaikan pesan Ratu Cik Sima supaya Pangeran berkenan menghentikan peperangan ini. "Perbuatan kita ini telah merusakkan bumi sakti rantau bertuah serta menodai pesisir Seri Bunga Tanjung. Siapa yg datang dengan niat jelek, malapetaka akan menimpa, kebalikannya siapa yg datang menggunakan niat baik ke negeri Seri Bunga Tanjung, akan sejahteralah hidupnya,” istilah utusan Ratu Cik Sima mengungkapkan. Mendengar penjelasan utusan Ratu Cik Sima, sadarlah Pangeran Empang Kuala, bahwa dirinyalah yang memulai peperangan tersebut. Pangeran pribadi memerintahkan pasukannya supaya segera pergi ke Negeri Empang Kuala.
Keesokan harinya, Ratu Cik Sima bergegas mendatangi loka persembunyian ketujuh putrinya di dalam hutan. Alangkah terkejutnya Ratu Cik Sima, karena ketujuh putrinya sudah pada keadaan tak bernyawa. Mereka mangkat lantaran haus dan lapar. Ternyata Ratu Cik Sima lupa, jika bekal yang disediakan hanya cukup buat tiga bulan. Sedangkan perang antara Ratu Cik Sima menggunakan Pangeran Empang Kuala berlangsung sampai empat bulan. Akhirnya, karena tidak bertenaga menahan kesedihan atas kematian ketujuh putrinya, maka Ratu Cik Sima pun jatuh sakit serta tak usang kemudian mangkat dunia.
Sejak peristiwa itu, warga Dumai meyakini bahwa nama kota Dumai diambil berdasarkan kata “d‘umai” yg selalu diucapkan Pangeran Empang Kuala saat melihat kecantikan Putri Mayang Sari atau Mayang Mengurai. Di Dumai pula mampu dijumpai situs bersejarah berupa pesanggarahan Putri Tujuh yang terletak di pada komplek kilang minyak PT Pertamina Dumai. Selain itu, ada beberapa nama loka di kota Dumai yang diabadikan buat mengenang insiden itu, di antaranya: kilang minyak milik Pertamina Dumai diberi nama Putri Tujuh; bukit hulu Sungai Umai loka pertapaan Jin diberi nama Bukit Jin. Kemudian lirik Tujuh Putri hingga sekarang dijadikan nyanyian pengiring Tari Pulai dan Asyik Mayang bagi para tabib waktu mengobati orang sakit.
Sumber:
//www.dumaikota.go.id/index.php?Option=com_content&view=article&id=1911&Itemid=108&lang=id
//www.cdsfmdumai.com/index.php?Option=com_content&view=article&id=62&Itemid=67
Secara geografis, Kota Dumai terletak di 1023 – 1024’23” Bujur Timur dan 101023’37” - 101028’13” Lintang Utara dengan batas wilayah sebelah Utara, Dumai berbatasan dengan Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Sebelah Timur, Dumai berbatasan dengan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Sebelah Selatan, Dumai berbatasan dengan Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, dan Sebelah Barat, Dumai berbatasan dengan Kecamatan Bangko dan Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir. Wilayah Kota Dumai beriklim tropis dengan curah hujan antara 100-300 cm dan suhu udara 24-33C dengan kondisi tanah rawa bergambut.
Kota Dumai mempunyai luas wilayah 1.727.385 Km2 serta merupakan kota terluas angka 2 di Indonesia sehabis Manokwari. Saat ini Dumai dicanangkan sebagai kota yang masuk pada zona Pasar Bebas Internasional.
Dulu, Dumai hanyalah sebuah dusun nelayan yang sepi, berada di pesisir Timur Propinsi Riau, Indonesia. Kini, Dumai yang kaya dengan minyak bumi itu, menjelma menjadi kota pelabuhan minyak yang sangat ramai sejak tahun 1999. Kapal-kapal tangki minyak raksasa setiap hari singgah dan merapat di pelabuhan ini. Kilang-kilang minyak yang tumbuh menjamur di sekitar pelabuhan menjadikan Kota Dumai pada malam hari gemerlapan bak permata berkilauan. Kekayaan Kota Dumai yang lain adalah keanekaragaman tradisi. Ada dua tradisi yang sejak lama berkembang di kalangan masyarakat kota Dumai yaitu tradisi tulisan dan lisan. Salah satu tradisi lisan yang sangat populer di daerah ini adalah cerita-cerita rakyat yang dituturkan secara turun-temurun. Sampai saat ini, Kota Dumai masih menyimpan sejumlah cerita rakyat yang digemari dan memiliki fungsi moral yang amat penting bagi kehidupan masyarakat, misalnya sebagai alat pendidikan, pengajaran moral, hiburan, dan sebagainya.salah satu cerita rakyat yang masih berkembang di Dumai adalah Legenda Putri Tujuh.cerita legenda ini mengisahkan tentang asal-mula nama Kota Dumai.
Konon, dalam zaman dahulu kala, di wilayah Dumai berdiri sebuah kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung. Kerajaan ini diperintah oleh seorang Ratu yg bernama Cik Sima. Ratu ini mempunyai tujuh orang putri yang elok nan mengagumkan, yang dikenal menggunakan Putri Tujuh. Dari ke 7 putri tadi, putri bungsulah yang paling manis, namanya Mayang Sari. Putri Mayang Sari memiliki estetika tubuh yang sangat mempesona, kulitnya lembut bagai sutra, wajahnya elok berseri bagaikan bulan purnama, bibirnya merah bagai delima, alisnya bagai semut beriring, rambutnya yg panjang serta ikal terurai bagai mayang. Lantaran itu, oleh Putri pula dikenal menggunakan sebutan Mayang Mengurai.
Pada suatu hari, ketujuh putri itu sedang mandi di lubuk Sarang Umai. Lantaran asyik berendam serta bersendau gurau, ketujuh putri itu nir menyadari ada beberapa pasang mata yg sedang mengamati mereka, yang ternyata adalah Pangeran Empang Kuala dan para pengawalnya yg kebetulan lewat pada daerah itu. Mereka mengamati ke 7 putri tersebut dari pulang semak-semak. Secara diam-membisu, oleh Pangeran terpesona melihat kecantikan keliru satu putri yg tak lain merupakan Putri Mayang Sari. Tanpa disadari, Pangeran Empang Kuala bergumam lirih, “Gadis manis pada lubuk Umai....manis di Umai. Ya, ya.....D'umai...D‘umai....” Kata-kata itu terus terucap pada hati Pangeran Empang Kuala. Rupanya, sang Pangeran jatuh cinta pada sang Putri. Lantaran itu, oleh Pangeran berniat buat meminangnya.
Beberapa hari kemudian, sang Pangeran mengirim utusan buat meminang putri itu yang diketahuinya bernama Mayang Mengurai. Utusan tadi mengantarkan tepak sirih menjadi pinangan adat kebesaran raja kepada Keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Pinangan itu pun disambut oleh Ratu Cik Sima dengan kemuliaan adat yang berlaku di Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Sebagai balasan pinangan Pangeran Empang Kuala, Ratu Cik Sima pun menjunjung tinggi norma kerajaan yaitu mengisi pinang dan gambir pada combol paling besar di antara tujuh butir combol yang ada pada pada tepak itu. Enam buah combol lainnya sengaja tak diisinya, sehingga tetap kosong. Adat ini melambangkan bahwa putri tertualah yg berhak mendapat pinangan terlebih dahulu.
Mengetahui pinangan Pangerannya ditolak, utusan tadi kembali menghadap pada oleh Pangeran. “Ampun Baginda Raja! Hamba tak terdapat maksud mengecewakan Tuan. Keluarga Kerajaan Seri Bunga Tanjung belum bersedia menerima pinangan Tuan buat memperistrikan Putri Mayang Mengurai.” Mendengar laporan itu, sang Raja pun naik pitam lantaran rasa membuat malu yang amat sangat. Sang Pangeran tidak lagi peduli menggunakan norma yang berlaku di negeri Seri Bunga Tanjung. Amarah yang menguasai hatinya tak mampu dikendalikan lagi. Sang Pangeran pun segera memerintahkan para panglima dan prajuritnya buat menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Maka, pertempuran antara ke 2 kerajaan di pinggiran Selat Malaka itu tak bisa dielakkan lagi.
Di tengah berkecamuknya perang tersebut, Ratu Cik Sima segera melarikan ke 7 putrinya ke dalam hutan dan menyembunyikan mereka di pada sebuah lubang yg beratapkan tanah dan terlindung sang pepohonan. Tak lupa juga oleh Ratu membekali ke 7 putrinya makanan yg cukup untuk tiga bulan. Setelah itu, oleh Ratu pulang ke kerajaan buat mengadakan perlawanan terhadap pasukan Pangeran Empang Kuala. Sudah 3 bulan berlalu, tetapi pertempuran antara kedua kerajaan itu tidak kunjung usai. Setelah memasuki bulan keempat, pasukan Ratu Cik Sima semakin terdesak serta tak berdaya. Akhirnya, Negeri Seri Bunga Tanjung dihancurkan, rakyatnya poly yg meninggal. Melihat negerinya hancur dan tidak berdaya, Ratu Cik Sima segera meminta donasi jin yg sedang bertapa pada bukit Hulu Sungai Umai.
Pada suatu senja, pasukan Pangeran Empang Kuala sedang beristirahat di hilir Umai. Mereka berlindung di bawah pohon-pohon bakau. Namun, menjelang malam terjadi insiden yg sangat mengerikan. Secara tiba-datang mereka tertimpa beribu-ribu butir bakau yg jatuh dan menusuk ke badan para pasukan Pangeran Empang Kuala. Tak sampai separuh malam, pasukan Pangeran Empang Kaula bisa dilumpuhkan. Pada waktu pasukan Kerajaan Empang Kuala tidak berdaya, datanglah utusan Ratu Cik Sima menghadap Pangeran Empang Kuala.
Melihat kedatangan utusan tersebut, oleh Pangeran yg masih terduduk lemas menahan sakit langsung bertanya, “Hai orang Seri Bunga Tanjung, apa maksud kedatanganmu ini?”. Sang Utusan menjawab, “Hamba tiba buat menyampaikan pesan Ratu Cik Sima supaya Pangeran berkenan menghentikan peperangan ini. "Perbuatan kita ini telah merusakkan bumi sakti rantau bertuah serta menodai pesisir Seri Bunga Tanjung. Siapa yg datang dengan niat jelek, malapetaka akan menimpa, kebalikannya siapa yg datang menggunakan niat baik ke negeri Seri Bunga Tanjung, akan sejahteralah hidupnya,” istilah utusan Ratu Cik Sima mengungkapkan. Mendengar penjelasan utusan Ratu Cik Sima, sadarlah Pangeran Empang Kuala, bahwa dirinyalah yang memulai peperangan tersebut. Pangeran pribadi memerintahkan pasukannya supaya segera pergi ke Negeri Empang Kuala.
Keesokan harinya, Ratu Cik Sima bergegas mendatangi loka persembunyian ketujuh putrinya di dalam hutan. Alangkah terkejutnya Ratu Cik Sima, karena ketujuh putrinya sudah pada keadaan tak bernyawa. Mereka mangkat lantaran haus dan lapar. Ternyata Ratu Cik Sima lupa, jika bekal yang disediakan hanya cukup buat tiga bulan. Sedangkan perang antara Ratu Cik Sima menggunakan Pangeran Empang Kuala berlangsung sampai empat bulan. Akhirnya, karena tidak bertenaga menahan kesedihan atas kematian ketujuh putrinya, maka Ratu Cik Sima pun jatuh sakit serta tak usang kemudian mangkat dunia.
Sejak peristiwa itu, warga Dumai meyakini bahwa nama kota Dumai diambil berdasarkan kata “d‘umai” yg selalu diucapkan Pangeran Empang Kuala saat melihat kecantikan Putri Mayang Sari atau Mayang Mengurai. Di Dumai pula mampu dijumpai situs bersejarah berupa pesanggarahan Putri Tujuh yang terletak di pada komplek kilang minyak PT Pertamina Dumai. Selain itu, ada beberapa nama loka di kota Dumai yang diabadikan buat mengenang insiden itu, di antaranya: kilang minyak milik Pertamina Dumai diberi nama Putri Tujuh; bukit hulu Sungai Umai loka pertapaan Jin diberi nama Bukit Jin. Kemudian lirik Tujuh Putri hingga sekarang dijadikan nyanyian pengiring Tari Pulai dan Asyik Mayang bagi para tabib waktu mengobati orang sakit.
Sumber:
//www.dumaikota.go.id/index.php?Option=com_content&view=article&id=1911&Itemid=108&lang=id
//www.cdsfmdumai.com/index.php?Option=com_content&view=article&id=62&Itemid=67