SEJARAH AWAL BERDIRI KLUB LIVERPOOL THE REDS
Monday, February 18, 2013
Edit
Sejarah Awal Berdiri Klub Liverpool (The Reds) - Liverpool F.C. (biasa dipanggil The Reds) merupakan sebuah klub sepak bola papan atas pada Inggris yang berbasis pada kota Liverpool. Liverpool telah memenangkan 5 tropi Liga Champions (dulu Piala Champions), yg adalah rekor Inggris.18 gelar Liga Inggris, 7 Piala FA, dan, 7 kali kampiun Piala Liga. Stadion mereka berada pada Anfield, yang terletak lebih kurang 4,8 km berdasarkan sentra kota Liverpool.
Didirikan pada 1892 dampak konflik antara Komite Everton FC dengan John Holding sebagai Presiden Club yg juga pemilik stadion Anfield. Akibat dari pertarungan itu, Everton akhirnya pindah ke stadion Goodison Park serta John Holding mengakibatkan stadion Anfield menjadi sangkar Liverpool FC sampai kini . Klub sempat diberi nama Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas Everton Athletic, tetapi FA menolak mengakui terdapat dua tim bernama Everton. Akhirnya pada bulan Juni 1892 John Houlding pun akhirnya memilih nama Liverpool FC. Liverpool bermetamorfosis kekuatan serius pada kompetisi sepakbola Inggris.
Pada trend pertamanya, Liverpool FC berhasil menjuarai Lancashire League sebelum akhirnya bergabung menggunakan Divisi II Liga Inggris dalam ekspresi dominan 1893/94. Pada demam isu pertamanya pada Divisi II Liga Inggris, Liverpool FC eksklusif sebagai juara serta berhak buat kenaikan pangkat ke Divisi I Liga Inggris ( kini Premiere League ). Tak butuh usang bagi Liverpool untuk merasakan gelar pada liga, karena pada ekspresi dominan pertamanya pada Divisi I ini (animo 1900/01), Liverpool sukses menjuarai Divisi Satu dan mengulanginya lagi 5 tahun kemudian. Liverpool FC sukses meraih kampiun liga 2 demam isu berturut-turut yaitu demam isu 1921/22 dan 1922/23, namun nir menerima tropi lagi hingga musim 1946/47 saat berhasil meraih gelar liganya yg ke lima. Final Piala FA pertama dilakukan pada 1914, meskipun akhirnya mereka dikalahkan Burnley 1-0. Setelah mengarungi Divisi I selama lebih menurut 50 tahun, akhirnya Liverpool FC mengalami kemerosotan serta terdegradasi ke Divisi II dalam animo 1953/54.
Liverpool sempat terseok-seok sebelum akhirnya Bill Shankly tiba sebagai manajer pada bulan Desember 1959. Shankly merombak tim secara besar -besaran dengan melepas 24 pemain lama dan memakai sebuah ruangan pada stadion Anfield untuk menggelar rapat kepelatihan. Ruangan ini di namakan 'The Boot Room' yg berhasil melahirkan manajer-manajer legendaris Liverpool pada lalu hari. Di ruangan inilah Bill Shankly dan anggota 'Boot Room' lainnya misalnya Bob Paisley, Joe Fagan dan Reuben Bennett mulai menciptakan kekuatan Liverpool FC yg menciptakan iri tim musuh. Hasil dari renovasi yg dilakukan oleh Bill Shankly mulai membuahkan hasil saat berhasil kenaikan pangkat ke Divisi I dalam demam isu 1961/62 serta menjadi kampiun perserikatan dalam animo 1963/64. Setelah menjuarai Piala FA yang pertama pada tahun 1965 serta menjuarai Liga dalam ekspresi dominan 1965/66, Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar juara Liga dan piala UEFA pada animo kompetisi 1972/73. Musim berikutnya Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar piala FA sehabis membantai Newcastle United 3-0. Tidak terdapat yang menyangka bahwa gelar piala FA itu merupakan persembahan terakhir menurut seorang Bill Shankly. Karena secara tiba-tiba Bill Shankly menetapkan buat purna tugas. Pemain serta Liverpudlian ( julukan untuk penggemar fanatik Liverpool FC ) berusaha untuk membujuk, bahkan para pekerja di Liverpool mengancam akan melakukan mogok kerja. Tetapi Bill Shankly tetap pada pendiriannya serta menyerahkan tongkat manajerial kepada asisten-nya yaitu Bob Paisley. Bill Shankly akhirnya pensiun dalam tahun 1974 serta bergabung menggunakan Liverpudlian pada tribun The Kop.
Kejayaan Liverpool bersama Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yg pada ketika itu berusia 55 tahun. Dia menjabat menjadi manajer Liverpool FC berdasarkan tahun 1974 sampai 1983 dan hanya dalam awal tahun Bob Paisley nir dapat menaruh gelar buat Liverpool FC. Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat menjadi manajer Liverpool FC, dia memberikan total 21 tropi, termasuk 3 Piala Champion, 1 Piala UEFA, 6 juara Liga Inggris serta tiga Piala Liga secara berturut-turut. Dengan semua gelar itu tidak salah apabila Bob Paisley menjadi manajer tersukses yang pernah menangani klub Inggris. Tidak hanya sukses memberikan gelar buat Liverpool FC, tetapi Bob Paisley jua sukses dalam melakukan regenerasi pada tubuh Liverpool FC dengan tampilnya para bintang belia misalnya : Graeme Souness, Alan Hansen, Kenny Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley akan mewariskan sebuah skuad belia yang sangat hebat serta berbakat, namun menggunakan seluruh torehan gelar itu akan menjadi sangat berat buat siapapun penerusnya.
Sebagai penerus Bob Paisley yang pensiun pada tahun 1983, Joe Fagan yang dalam ketika itu berusia 62 tahun, berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara Liga, kampiun Piala Liga dan juara Piala Champion. Raihan ini menjadikan Liverpool FC menjadi klub sepakbola Inggris yg berhasil meraih 3 gelar kampiun sekaligus dalam 1 demam isu kompetisi. Sayangnya, catatan keemasan itu sedikit sang peristiwa di stadion Heysel. Insiden yang terjadi sebelum pertandingan final Piala Champion antara Liverpool FC dan Juventus ini mengakibatkan tewasnya 39 orang, sebagian akbar merupakan pendukung Juventus. Insiden ini mengakibatkan pelarangan bagi seluruh klub sepakbola Inggris buat berkompetisi di Eropa selama 5 tahun. Dan Liverpool FC dilarang mengikuti semua kompetisi Eropa selama 10 tahun yang akhirnya dikurangi sebagai 6 tahun. Selain itu, 14 Liverpudlian didakwa bersalah atas insiden yg dikenal menggunakan Tragedi Heysel. Setelah insiden mengerikan itu, Joe Fagan memutuskan buat purna tugas dan menaruh tongkat manajerial selanjutnya pada Kenny Dalglish yg ditunjuk menjadi player-manager. Joe Fagan menyerahkan tugas manajerial Liverpool FC pada Kenny Dalglish yang pada saat itu telah sebagai pemain hebat namun masih wajib pertanda kapabilitas sebagai seseorang manajer.
Pada masa kepemimpinan Kenny Dalglish, Liverpool FC dibawa menjadi kampiun Liga Inggris sebesar 3 kali dan juara Piala FA sebanyak 2 kali, termasuk gelar ganda kampiun Liga Inggris dan kampiun Piala FA dalam animo kompetisi 1985/86. Jika tidak terkena sangsi dari UEFA, sanggup dipastikan Liverpool FC sebagai penantang berfokus buat merebut Piala Champion pada saat itu. Kesuksesan Liverpool FC di masa kepemimpinan Kenny Dalglish balik dibayangi kejadian mengerikan lainnya yaitu Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final Piala FA melawan Nottingham Forrest tanggal 15 April 1989, ratusan penonton berdasarkan luar stadion memaksa masuk ke dalam stadion yg mengakibatkan Liverpudlian yang berada pada tribun terjepit pagar pembatas stadion. Hal ini menyebabkan 94 Liverpudlian meninggal di tempat insiden, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian pada rumah sakit dan 1 Liverpudlian lainnya meninggal dunia sesudah koma selama 4 tahun. Akibat Tragedi Hillsborough ini pemerintah Inggris melakukan penelitian balik tentang faktor keamanan stadion sepakbola pada negaranya. Dikenal dengan sebutan Taylor Report, mengungkapkan bahwa penyebab dari Tragedi Hillsborough ini adalah faktor penonton yg melebihi kapasitas stadion lantaran kurangnya antisipasi berdasarkan pihak keamanan. Akhirnya pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang yg mewajibkan setiap klub divisi I Inggris buat meniadakan tribun berdiri. Setelah sebagai saksi hayati berdasarkan tragedi mengerikan Heysel dan Hillsborough, 'King' Kenny Dalglish nir pernah bisa lepas menurut stress berat yang menghinggapi dirinya. Akhirnya pada tanggal 22 Februari 1990 beliau mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer Liverpool FC. Pengumuman yg sangat mengejutkan dunia sepakbola dalam ketika itu, karena Liverpool FC sedang bersaing ketat dengan Arsenal dalam perebutan gelar Liga Inggris. Alasan yang disebutkan oleh Kenny Dalglish pada saat itu merupakan tidak bisa lagi menghadapi tekanan pada menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa minggu Liverpool FC ditangani sang instruktur tim primer Ronnie Moran sebelum akhirnya Liverpool FC menunjuk Graeme Souness sebagai manajer berikutnya. 'King' Kenny Dalglish kemudian dikenang menjadi legenda terhebat Liverpool FC lantaran sangat sukses baik menjadi pemain maupun manajer.
Perginya 'King' Kenny Dalglish dan dua peristiwa yang mengerikan ( Heysel serta Hillsborough ) tampaknya menaruh trauma, sanksi atau kutukan yg mendalam bagi Liverpool Football Club. Kedatangan Graeme Souness pun nir membarui peruntungan Liverpool FC. Walaupun Souness bisa memberikan gelar Piala FA dalam tahun 1992, tetapi menggunakan kebijakan transfer pemain yg kurang baik serta penerapan strategi yang sedikit membingungkan berakibat Liverpool tampil tidak konsisten dalam isu terkini itu. Hal lain yg memperburuk hubungan Souness serta Liverpudlian adalah saat Souness menceritakan proses pemulihan kesehatannya pasca operasi jantung pada koran The Sun. Seperti diketahui bahwa warga di Merseyside memboikot koran The Sun yang tak jarang memojokkan Liverpudlian tentang bencana Hillsborough. Pada 28 Januari 1994 Graeme Souness akhirnya mengundurkan diri sebagai manajer Liverpool FC setelah tersingkir menurut Piala Liga dan Piala FA. Pelatih Roy Evans ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC selanjutnya. Liverpool FC berada di urutan ke 8 klasemen output terburuk selama 29 tahun terakhir. Walaupun secara raihan gelar kampiun Graeme Souness nir sukses, namun pada masa kepemimpinannya banyak lahir talenta muda antara lain : Robbie Fowler, Steve McManaman, Jamie Redknapp, Rob Jones serta David James.
Manajer Liverpool selanjutnya merupakan instruktur senior Roy Evans yg telah beserta Liverpool FC selama lebih dari 30 tahun. Pada isu terkini 1994/95 Liverpool menduduki peringkat 5 Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga dengan mengalahkan Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan karakteristik spesial permainan Liverpool yaitu 'pass and move'. Namun permainan apik dan indah Liverpool FC pada masa ini nir diimbangi determinasi dan agresifitas yang memadai dari para pemainnya, sebagai akibatnya Liverpool pada masa Roy Evans tak jarang dianggap 'Spice Boys'. Selain semakin matangnya pemain misalnya : Robbie Fowler, Steve McManaman dan Jamie Redknapp, pada masa kepelatihan Roy Evans timbul talenta muda bernama Michael Owen yang berhasil mencetak 18 gol serta menjadi PFA Young Player of the Year Award pada tahun 1998.
Pada demam isu kompetisi 1998/99 Liverpool FC menarik instruktur asal Prancis Gerard Houllier buat berpartner dengan Roy Evans sebagai 'joint manager'. Namun Roy Evans merasa nir cocok bekerjasama menggunakan Gerard Houllier, sehingga mengundurkan diri pada bulan November 1998. Setelah sebagai manajer tunggal, Houllier merombak total tim dengan memasukan pemain misalnya : Sami Hyypia, Stephan Henchoz, Markus Babbel, Dietmar Hamann, Gary McAllister serta Emile Heskey. Selain timbul bintang muda Michael Owen, Houllier pula berhasil mempromosikan talenta muda dengan talenta luar biasa bernama Steven Gerrard. Tahun 2001 menjadi tahun terbaik Liverpool FC setelah mengalami kemerosotan prestasi di tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga, Piala FA, Piala UEFA, Piala Charity Shield dan Piala Super UEFA. Keberhasilan ini memunculkan secercah harapan bagi Liverpool buat bisa meraih gelar juara Liga Inggris yg terakhir diraih pada tahun 1990. Pada tahun 2003 Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga serta menduduki peringkat ke 4 dalam demam isu 1993/94 sehingga berhak mengikuti kualifikasi Liga Champions. Walaupun berhasil menaruh sejumlah gelar untuk Liverpool FC, tetapi strategi bertahan yang diterapkan Gerard Houllier dianggap tidak mampu bersaing buat meraih gelar Liga Inggris. Taktik bertahan serta mengandalkan serangan pulang sangat mudah diantisipasi sang versus, sehingga dalam 24 Mei 2004 Gerard Houllier digantikan oleh Rafael Benitez.
Rafael Benitez tiba ke Liverpool FC sehabis berhasil membawa Valencia menjadi juara Liga Spanyol dua kali serta kampiun Piala UEFA. Harapan Liverpudlian buat menjadi juara Liga Inggris kembali membumbung tinggi selesainya Benitez berhasil membawa Liverpool FC menjuarai Liga Champions buat yang ke lima kalinya. Pada final yang dikenang menjadi partai terhebat sepanjang masa, Liverpool FC berhasil mengalahkan AC Milan sesudah tertinggal 0-tiga di babak pertama. Tetapi gol berdasarkan kapten Steven Gerrard, Vladimir Smicer serta penalti Xabi Alonso berhasil membawa Liverpool FC ke babak perpanjangan waktu dan adu penalti. Kiper Liverpool FC Jerzy Dudek sebagai pahlawan sesudah berhasil menahan tendangan penalti Shevchenko. Kemenangan pada partai final Liga Champions inilah yg sebagai alasan kapten dan legenda hayati Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah ke klub lain. Keputusan yg disambut gembira oleh para Liverpudlian. Liverpool FC kemudian dibawa Rafael Benitez buat menjadi kampiun Piala Super Eropa menggunakan mengalahkan juara Piala UEFA CSKA Moskow menggunakan skor 3-1. Piala FA tahun 2006 sebagai piala terakhir yang dipersembahkan sang Rafael Benitez buat Liverpool FC. Dalam bepergian menuju final piala FA, Liverpool FC mengalahkan Luton Town menggunakan skor lima-3, MU 1-0, Birmingham City 7-0 serta mengalahkan Chelsea dua-1 di semi-final. Di partai final Liverpool FC berhasil mengalahkan West Ham United dengan Steven Gerrard sebagai Man Of The Match. Steven Gerrard memberi umpan buat gol pertama, melakukan tendangan voli buat gol ke 2 serta melakukan tendangan jeda jauh yg fenomenal pada menit ke 91. Dengan skor tiga-tiga akhirnya pertandingan dilanjutkan menggunakan babak perpanjangan saat serta adu penalti. Walaupun selama pertandingan kiper Pepe Reina beberapa kali melakukan kesalahan fatal, tetapi pada waktu adu penalti berhasil menahan tiga menurut 4 tendangan pemain West Ham United. Final Piala FA ini disebut menjadi 'Final-nya Gerrard' serta dicatat sebagai partai final terbaik di era modern Piala FA. Setelah memenangi Piala Community Shield tahun 2006 serta berhasil mencapai final Liga Champions 2007, trend-ekspresi dominan berikutnya menjadi animo tanpa gelar bagi Rafael Benitez serta Liverpool FC. Satu-satunya liputan yang menggembirakan bagi Liverpudlian adalah kembalinya 'King' Kenny Dalglish buat membidani Liverpool FC Youth Academy dalam tahun 2009. Akhirnya Rafael Benitez berhaenti dalam tanggal 3 Juni 2010 serta digantikan sang Roy Hodgson. Pada masa kepemimpinan Rafael Benitez, Liverpool FC mengalami 2 kali peralihan kepemilikan klub. Yang pertama dalam tahun 2007 ketika dibeli oleh George Gillett and Tom Hicks dan dalam tahun 2010 saat Liverpool FC pada ambil alih New England Sports Ventures milik John W. Henry.
1 Juli 2010 Roy Hodgson resmi menangani Liverpool FC selama 3 tahun. Pada informasi pers Roy Hodgson mengungkapkan sangat bangga bisa menangani klub sebanyak Liverpool FC serta tidak sabar buat bertemu menggunakan para pemain, Liverpudlian dan ingin segera bekerja di Melwood. Namun situasi di Liverpool FC pada saat itu masih sangat tidak menentu lantaran sedang pada masa peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk liputan tentang kebangkrutan klub serta proses peralihan yg berkepanjangan sangat memengaruhi suasana di Liverpool FC dalam ketika itu. Liverpool FC pun akhirnya mengawali animo 2010/11 menggunakan sangat buruk. Sampai pertengahan bulan Oktober Liverpool FC berada pada zona degradasi dan kalah dari klub divisi II Northampton Town. Selain itu Liverpool FC menghadapi ancaman pengurangan 9 poin dari FA bila nir mampu menyelesaikan situasi internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011 Liverpool FC dan Roy Hodgson setuju buat mengakhiri kerjasama serta posisi manajer selanjutnya dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish buat yg ke 2 kalinya sampai akhir trend.
Pencapaian Prestasi Liverpool FC :
Juara Divisi Satu = 1900/01, 1905/06, 1921/22, 1922/23, 1946/47, 1963/64, 1965/66, 1972/73, 1975/76, 1976/77, 1978/79, 1979/80, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1985/86, 1987/88, 1989/90
Juara Divisi Dua 4 = 1893/94, 1895/96, 1904/05, 1961/62
Juara Liga Lancashire 1 = 1892-93
Liga Champions 5[1]=1976/77 tiga-1 vs. Borussia Mönchengladbach , 1977/78 1-0 vs. Club Brugge , 1980/81 1-0 vs. Real Madrid
, 1983/84 1-1 (4-dua melalui adu penalti) vs. AS Roma, 2004/05 tiga-tiga (tiga-dua melalui adu penalti) vs. AC Milan
Juara Piala UEFA (3) = 1972/73, 1975/76, 2000/01
Juara Piala FA (7) = 1964/65, 1973/74, 1985/86, 1988/89, 1991/92, 2000/2001, 2005/2006
Juara Piala Remaja FA (dua) = 1995/96, 2006/07
Juara Piala Liga 7[1] = 1980/81, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1994/95, 2000/01, 2002/03
Juara Charity Shield (15) =1963/64[2], 1964/65+, 1965/66, 1973/74, 1975/76, 1976/77[2],
1978/79, 1979/80, 1981/82, 1985/86*, 1987/88, 1988/89, 1989/90, 2000/01, 2005/06
Juara Piala Super Eropa (3) = 1977, 2001, 2005
Juara Piala Super Inggris (1) = 1985/86
Juara Divisi Satu buat Cadangan (16) = 1956/57, 1968/69, 1969/70, 1970/71, 1972/73,
1973/74, 1974/75, 1975/76, 1976/77, 1978/79, 1980/81, 1981/82, 1983/84, 1984/85,
1989/90, 1999/2000
Referensi:
//adhiekloperer.blogspot.com/2012/01/sejarah-liverpool-fc.html
//www.facebook.com/notes/output-jadwal-perserikatan-inggris/sejarah-liverpool-panjang-banged-tapi-lengkap/290729727621589
Didirikan pada 1892 dampak konflik antara Komite Everton FC dengan John Holding sebagai Presiden Club yg juga pemilik stadion Anfield. Akibat dari pertarungan itu, Everton akhirnya pindah ke stadion Goodison Park serta John Holding mengakibatkan stadion Anfield menjadi sangkar Liverpool FC sampai kini . Klub sempat diberi nama Everton FC and Athletic Grounds, Ltd., atau diringkas Everton Athletic, tetapi FA menolak mengakui terdapat dua tim bernama Everton. Akhirnya pada bulan Juni 1892 John Houlding pun akhirnya memilih nama Liverpool FC. Liverpool bermetamorfosis kekuatan serius pada kompetisi sepakbola Inggris.
Pada trend pertamanya, Liverpool FC berhasil menjuarai Lancashire League sebelum akhirnya bergabung menggunakan Divisi II Liga Inggris dalam ekspresi dominan 1893/94. Pada demam isu pertamanya pada Divisi II Liga Inggris, Liverpool FC eksklusif sebagai juara serta berhak buat kenaikan pangkat ke Divisi I Liga Inggris ( kini Premiere League ). Tak butuh usang bagi Liverpool untuk merasakan gelar pada liga, karena pada ekspresi dominan pertamanya pada Divisi I ini (animo 1900/01), Liverpool sukses menjuarai Divisi Satu dan mengulanginya lagi 5 tahun kemudian. Liverpool FC sukses meraih kampiun liga 2 demam isu berturut-turut yaitu demam isu 1921/22 dan 1922/23, namun nir menerima tropi lagi hingga musim 1946/47 saat berhasil meraih gelar liganya yg ke lima. Final Piala FA pertama dilakukan pada 1914, meskipun akhirnya mereka dikalahkan Burnley 1-0. Setelah mengarungi Divisi I selama lebih menurut 50 tahun, akhirnya Liverpool FC mengalami kemerosotan serta terdegradasi ke Divisi II dalam animo 1953/54.
Liverpool sempat terseok-seok sebelum akhirnya Bill Shankly tiba sebagai manajer pada bulan Desember 1959. Shankly merombak tim secara besar -besaran dengan melepas 24 pemain lama dan memakai sebuah ruangan pada stadion Anfield untuk menggelar rapat kepelatihan. Ruangan ini di namakan 'The Boot Room' yg berhasil melahirkan manajer-manajer legendaris Liverpool pada lalu hari. Di ruangan inilah Bill Shankly dan anggota 'Boot Room' lainnya misalnya Bob Paisley, Joe Fagan dan Reuben Bennett mulai menciptakan kekuatan Liverpool FC yg menciptakan iri tim musuh. Hasil dari renovasi yg dilakukan oleh Bill Shankly mulai membuahkan hasil saat berhasil kenaikan pangkat ke Divisi I dalam demam isu 1961/62 serta menjadi kampiun perserikatan dalam animo 1963/64. Setelah menjuarai Piala FA yang pertama pada tahun 1965 serta menjuarai Liga dalam ekspresi dominan 1965/66, Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar juara Liga dan piala UEFA pada animo kompetisi 1972/73. Musim berikutnya Bill Shankly berhasil mempersembahkan gelar piala FA sehabis membantai Newcastle United 3-0. Tidak terdapat yang menyangka bahwa gelar piala FA itu merupakan persembahan terakhir menurut seorang Bill Shankly. Karena secara tiba-tiba Bill Shankly menetapkan buat purna tugas. Pemain serta Liverpudlian ( julukan untuk penggemar fanatik Liverpool FC ) berusaha untuk membujuk, bahkan para pekerja di Liverpool mengancam akan melakukan mogok kerja. Tetapi Bill Shankly tetap pada pendiriannya serta menyerahkan tongkat manajerial kepada asisten-nya yaitu Bob Paisley. Bill Shankly akhirnya pensiun dalam tahun 1974 serta bergabung menggunakan Liverpudlian pada tribun The Kop.
Kejayaan Liverpool bersama Bill Shankly dilanjutkan Bob Paisley yg pada ketika itu berusia 55 tahun. Dia menjabat menjadi manajer Liverpool FC berdasarkan tahun 1974 sampai 1983 dan hanya dalam awal tahun Bob Paisley nir dapat menaruh gelar buat Liverpool FC. Selama 9 tahun Bob Paisley menjabat menjadi manajer Liverpool FC, dia memberikan total 21 tropi, termasuk 3 Piala Champion, 1 Piala UEFA, 6 juara Liga Inggris serta tiga Piala Liga secara berturut-turut. Dengan semua gelar itu tidak salah apabila Bob Paisley menjadi manajer tersukses yang pernah menangani klub Inggris. Tidak hanya sukses memberikan gelar buat Liverpool FC, tetapi Bob Paisley jua sukses dalam melakukan regenerasi pada tubuh Liverpool FC dengan tampilnya para bintang belia misalnya : Graeme Souness, Alan Hansen, Kenny Dalglish dan Ian Rush. Walaupun Bob Paisley akan mewariskan sebuah skuad belia yang sangat hebat serta berbakat, namun menggunakan seluruh torehan gelar itu akan menjadi sangat berat buat siapapun penerusnya.
Sebagai penerus Bob Paisley yang pensiun pada tahun 1983, Joe Fagan yang dalam ketika itu berusia 62 tahun, berhasil mempersembahkan treble buat Liverpool yaitu juara Liga, kampiun Piala Liga dan juara Piala Champion. Raihan ini menjadikan Liverpool FC menjadi klub sepakbola Inggris yg berhasil meraih 3 gelar kampiun sekaligus dalam 1 demam isu kompetisi. Sayangnya, catatan keemasan itu sedikit sang peristiwa di stadion Heysel. Insiden yang terjadi sebelum pertandingan final Piala Champion antara Liverpool FC dan Juventus ini mengakibatkan tewasnya 39 orang, sebagian akbar merupakan pendukung Juventus. Insiden ini mengakibatkan pelarangan bagi seluruh klub sepakbola Inggris buat berkompetisi di Eropa selama 5 tahun. Dan Liverpool FC dilarang mengikuti semua kompetisi Eropa selama 10 tahun yang akhirnya dikurangi sebagai 6 tahun. Selain itu, 14 Liverpudlian didakwa bersalah atas insiden yg dikenal menggunakan Tragedi Heysel. Setelah insiden mengerikan itu, Joe Fagan memutuskan buat purna tugas dan menaruh tongkat manajerial selanjutnya pada Kenny Dalglish yg ditunjuk menjadi player-manager. Joe Fagan menyerahkan tugas manajerial Liverpool FC pada Kenny Dalglish yang pada saat itu telah sebagai pemain hebat namun masih wajib pertanda kapabilitas sebagai seseorang manajer.
Pada masa kepemimpinan Kenny Dalglish, Liverpool FC dibawa menjadi kampiun Liga Inggris sebesar 3 kali dan juara Piala FA sebanyak 2 kali, termasuk gelar ganda kampiun Liga Inggris dan kampiun Piala FA dalam animo kompetisi 1985/86. Jika tidak terkena sangsi dari UEFA, sanggup dipastikan Liverpool FC sebagai penantang berfokus buat merebut Piala Champion pada saat itu. Kesuksesan Liverpool FC di masa kepemimpinan Kenny Dalglish balik dibayangi kejadian mengerikan lainnya yaitu Tragedi Hillsborough. Pada pertandingan semi-final Piala FA melawan Nottingham Forrest tanggal 15 April 1989, ratusan penonton berdasarkan luar stadion memaksa masuk ke dalam stadion yg mengakibatkan Liverpudlian yang berada pada tribun terjepit pagar pembatas stadion. Hal ini menyebabkan 94 Liverpudlian meninggal di tempat insiden, 1 Liverpudlian meninggal 4 hari kemudian pada rumah sakit dan 1 Liverpudlian lainnya meninggal dunia sesudah koma selama 4 tahun. Akibat Tragedi Hillsborough ini pemerintah Inggris melakukan penelitian balik tentang faktor keamanan stadion sepakbola pada negaranya. Dikenal dengan sebutan Taylor Report, mengungkapkan bahwa penyebab dari Tragedi Hillsborough ini adalah faktor penonton yg melebihi kapasitas stadion lantaran kurangnya antisipasi berdasarkan pihak keamanan. Akhirnya pemerintah Inggris mengeluarkan undang-undang yg mewajibkan setiap klub divisi I Inggris buat meniadakan tribun berdiri. Setelah sebagai saksi hayati berdasarkan tragedi mengerikan Heysel dan Hillsborough, 'King' Kenny Dalglish nir pernah bisa lepas menurut stress berat yang menghinggapi dirinya. Akhirnya pada tanggal 22 Februari 1990 beliau mengumumkan pengunduran dirinya sebagai manajer Liverpool FC. Pengumuman yg sangat mengejutkan dunia sepakbola dalam ketika itu, karena Liverpool FC sedang bersaing ketat dengan Arsenal dalam perebutan gelar Liga Inggris. Alasan yang disebutkan oleh Kenny Dalglish pada saat itu merupakan tidak bisa lagi menghadapi tekanan pada menahkodai Liverpool FC. Selama beberapa minggu Liverpool FC ditangani sang instruktur tim primer Ronnie Moran sebelum akhirnya Liverpool FC menunjuk Graeme Souness sebagai manajer berikutnya. 'King' Kenny Dalglish kemudian dikenang menjadi legenda terhebat Liverpool FC lantaran sangat sukses baik menjadi pemain maupun manajer.
Perginya 'King' Kenny Dalglish dan dua peristiwa yang mengerikan ( Heysel serta Hillsborough ) tampaknya menaruh trauma, sanksi atau kutukan yg mendalam bagi Liverpool Football Club. Kedatangan Graeme Souness pun nir membarui peruntungan Liverpool FC. Walaupun Souness bisa memberikan gelar Piala FA dalam tahun 1992, tetapi menggunakan kebijakan transfer pemain yg kurang baik serta penerapan strategi yang sedikit membingungkan berakibat Liverpool tampil tidak konsisten dalam isu terkini itu. Hal lain yg memperburuk hubungan Souness serta Liverpudlian adalah saat Souness menceritakan proses pemulihan kesehatannya pasca operasi jantung pada koran The Sun. Seperti diketahui bahwa warga di Merseyside memboikot koran The Sun yang tak jarang memojokkan Liverpudlian tentang bencana Hillsborough. Pada 28 Januari 1994 Graeme Souness akhirnya mengundurkan diri sebagai manajer Liverpool FC setelah tersingkir menurut Piala Liga dan Piala FA. Pelatih Roy Evans ditunjuk sebagai manajer Liverpool FC selanjutnya. Liverpool FC berada di urutan ke 8 klasemen output terburuk selama 29 tahun terakhir. Walaupun secara raihan gelar kampiun Graeme Souness nir sukses, namun pada masa kepemimpinannya banyak lahir talenta muda antara lain : Robbie Fowler, Steve McManaman, Jamie Redknapp, Rob Jones serta David James.
Manajer Liverpool selanjutnya merupakan instruktur senior Roy Evans yg telah beserta Liverpool FC selama lebih dari 30 tahun. Pada isu terkini 1994/95 Liverpool menduduki peringkat 5 Liga Primer Inggris dan berhasil menjuarai Piala Liga dengan mengalahkan Bolton Wanderers dengan skor 2-1. Roy Evans berhasil mengembalikan karakteristik spesial permainan Liverpool yaitu 'pass and move'. Namun permainan apik dan indah Liverpool FC pada masa ini nir diimbangi determinasi dan agresifitas yang memadai dari para pemainnya, sebagai akibatnya Liverpool pada masa Roy Evans tak jarang dianggap 'Spice Boys'. Selain semakin matangnya pemain misalnya : Robbie Fowler, Steve McManaman dan Jamie Redknapp, pada masa kepelatihan Roy Evans timbul talenta muda bernama Michael Owen yang berhasil mencetak 18 gol serta menjadi PFA Young Player of the Year Award pada tahun 1998.
Pada demam isu kompetisi 1998/99 Liverpool FC menarik instruktur asal Prancis Gerard Houllier buat berpartner dengan Roy Evans sebagai 'joint manager'. Namun Roy Evans merasa nir cocok bekerjasama menggunakan Gerard Houllier, sehingga mengundurkan diri pada bulan November 1998. Setelah sebagai manajer tunggal, Houllier merombak total tim dengan memasukan pemain misalnya : Sami Hyypia, Stephan Henchoz, Markus Babbel, Dietmar Hamann, Gary McAllister serta Emile Heskey. Selain timbul bintang muda Michael Owen, Houllier pula berhasil mempromosikan talenta muda dengan talenta luar biasa bernama Steven Gerrard. Tahun 2001 menjadi tahun terbaik Liverpool FC setelah mengalami kemerosotan prestasi di tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga, Piala FA, Piala UEFA, Piala Charity Shield dan Piala Super UEFA. Keberhasilan ini memunculkan secercah harapan bagi Liverpool buat bisa meraih gelar juara Liga Inggris yg terakhir diraih pada tahun 1990. Pada tahun 2003 Liverpool FC berhasil meraih Piala Liga serta menduduki peringkat ke 4 dalam demam isu 1993/94 sehingga berhak mengikuti kualifikasi Liga Champions. Walaupun berhasil menaruh sejumlah gelar untuk Liverpool FC, tetapi strategi bertahan yang diterapkan Gerard Houllier dianggap tidak mampu bersaing buat meraih gelar Liga Inggris. Taktik bertahan serta mengandalkan serangan pulang sangat mudah diantisipasi sang versus, sehingga dalam 24 Mei 2004 Gerard Houllier digantikan oleh Rafael Benitez.
Rafael Benitez tiba ke Liverpool FC sehabis berhasil membawa Valencia menjadi juara Liga Spanyol dua kali serta kampiun Piala UEFA. Harapan Liverpudlian buat menjadi juara Liga Inggris kembali membumbung tinggi selesainya Benitez berhasil membawa Liverpool FC menjuarai Liga Champions buat yang ke lima kalinya. Pada final yang dikenang menjadi partai terhebat sepanjang masa, Liverpool FC berhasil mengalahkan AC Milan sesudah tertinggal 0-tiga di babak pertama. Tetapi gol berdasarkan kapten Steven Gerrard, Vladimir Smicer serta penalti Xabi Alonso berhasil membawa Liverpool FC ke babak perpanjangan waktu dan adu penalti. Kiper Liverpool FC Jerzy Dudek sebagai pahlawan sesudah berhasil menahan tendangan penalti Shevchenko. Kemenangan pada partai final Liga Champions inilah yg sebagai alasan kapten dan legenda hayati Liverpool FC Steven Gerrard untuk tidak pindah ke klub lain. Keputusan yg disambut gembira oleh para Liverpudlian. Liverpool FC kemudian dibawa Rafael Benitez buat menjadi kampiun Piala Super Eropa menggunakan mengalahkan juara Piala UEFA CSKA Moskow menggunakan skor 3-1. Piala FA tahun 2006 sebagai piala terakhir yang dipersembahkan sang Rafael Benitez buat Liverpool FC. Dalam bepergian menuju final piala FA, Liverpool FC mengalahkan Luton Town menggunakan skor lima-3, MU 1-0, Birmingham City 7-0 serta mengalahkan Chelsea dua-1 di semi-final. Di partai final Liverpool FC berhasil mengalahkan West Ham United dengan Steven Gerrard sebagai Man Of The Match. Steven Gerrard memberi umpan buat gol pertama, melakukan tendangan voli buat gol ke 2 serta melakukan tendangan jeda jauh yg fenomenal pada menit ke 91. Dengan skor tiga-tiga akhirnya pertandingan dilanjutkan menggunakan babak perpanjangan saat serta adu penalti. Walaupun selama pertandingan kiper Pepe Reina beberapa kali melakukan kesalahan fatal, tetapi pada waktu adu penalti berhasil menahan tiga menurut 4 tendangan pemain West Ham United. Final Piala FA ini disebut menjadi 'Final-nya Gerrard' serta dicatat sebagai partai final terbaik di era modern Piala FA. Setelah memenangi Piala Community Shield tahun 2006 serta berhasil mencapai final Liga Champions 2007, trend-ekspresi dominan berikutnya menjadi animo tanpa gelar bagi Rafael Benitez serta Liverpool FC. Satu-satunya liputan yang menggembirakan bagi Liverpudlian adalah kembalinya 'King' Kenny Dalglish buat membidani Liverpool FC Youth Academy dalam tahun 2009. Akhirnya Rafael Benitez berhaenti dalam tanggal 3 Juni 2010 serta digantikan sang Roy Hodgson. Pada masa kepemimpinan Rafael Benitez, Liverpool FC mengalami 2 kali peralihan kepemilikan klub. Yang pertama dalam tahun 2007 ketika dibeli oleh George Gillett and Tom Hicks dan dalam tahun 2010 saat Liverpool FC pada ambil alih New England Sports Ventures milik John W. Henry.
1 Juli 2010 Roy Hodgson resmi menangani Liverpool FC selama 3 tahun. Pada informasi pers Roy Hodgson mengungkapkan sangat bangga bisa menangani klub sebanyak Liverpool FC serta tidak sabar buat bertemu menggunakan para pemain, Liverpudlian dan ingin segera bekerja di Melwood. Namun situasi di Liverpool FC pada saat itu masih sangat tidak menentu lantaran sedang pada masa peralihan kepemilikan. Hiruk pikuk liputan tentang kebangkrutan klub serta proses peralihan yg berkepanjangan sangat memengaruhi suasana di Liverpool FC dalam ketika itu. Liverpool FC pun akhirnya mengawali animo 2010/11 menggunakan sangat buruk. Sampai pertengahan bulan Oktober Liverpool FC berada pada zona degradasi dan kalah dari klub divisi II Northampton Town. Selain itu Liverpool FC menghadapi ancaman pengurangan 9 poin dari FA bila nir mampu menyelesaikan situasi internal. Akhirnya pada bulan Januari 2011 Liverpool FC dan Roy Hodgson setuju buat mengakhiri kerjasama serta posisi manajer selanjutnya dijabat oleh 'King' Kenny Dalglish buat yg ke 2 kalinya sampai akhir trend.
Pencapaian Prestasi Liverpool FC :
Juara Divisi Satu = 1900/01, 1905/06, 1921/22, 1922/23, 1946/47, 1963/64, 1965/66, 1972/73, 1975/76, 1976/77, 1978/79, 1979/80, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1985/86, 1987/88, 1989/90
Juara Divisi Dua 4 = 1893/94, 1895/96, 1904/05, 1961/62
Juara Liga Lancashire 1 = 1892-93
Liga Champions 5[1]=1976/77 tiga-1 vs. Borussia Mönchengladbach , 1977/78 1-0 vs. Club Brugge , 1980/81 1-0 vs. Real Madrid
, 1983/84 1-1 (4-dua melalui adu penalti) vs. AS Roma, 2004/05 tiga-tiga (tiga-dua melalui adu penalti) vs. AC Milan
Juara Piala UEFA (3) = 1972/73, 1975/76, 2000/01
Juara Piala FA (7) = 1964/65, 1973/74, 1985/86, 1988/89, 1991/92, 2000/2001, 2005/2006
Juara Piala Remaja FA (dua) = 1995/96, 2006/07
Juara Piala Liga 7[1] = 1980/81, 1981/82, 1982/83, 1983/84, 1994/95, 2000/01, 2002/03
Juara Charity Shield (15) =1963/64[2], 1964/65+, 1965/66, 1973/74, 1975/76, 1976/77[2],
1978/79, 1979/80, 1981/82, 1985/86*, 1987/88, 1988/89, 1989/90, 2000/01, 2005/06
Juara Piala Super Eropa (3) = 1977, 2001, 2005
Juara Piala Super Inggris (1) = 1985/86
Juara Divisi Satu buat Cadangan (16) = 1956/57, 1968/69, 1969/70, 1970/71, 1972/73,
1973/74, 1974/75, 1975/76, 1976/77, 1978/79, 1980/81, 1981/82, 1983/84, 1984/85,
1989/90, 1999/2000
Referensi:
//adhiekloperer.blogspot.com/2012/01/sejarah-liverpool-fc.html
//www.facebook.com/notes/output-jadwal-perserikatan-inggris/sejarah-liverpool-panjang-banged-tapi-lengkap/290729727621589