SEJARAH AWAL BERDIRI UNIVERSITAS GAJAH MADA DI INDONESIA
Tuesday, November 26, 2013
Edit
Sejarah Awal Berdiri Universitas Gajah Mada di Indonesai - Universitas Gadjah Mada adalah galat satu Universitas terbaik, terbesar dan tertua di Indonesia.universitas ini didirikan pada tanggal 19 Desember 1949 dan memiliki 6 fakultas, serta hingga kini ini UGM telah memiliki 18 Fakultas. Pada Tahun 2008, UGM berada dalam peringkat 316 pada Times Higher Education Supplement World University Rankings 2008, serta adalah peringkat ketiga universitas pada Indonesia. Peringkat pertama adalah Universitas Indonesia disusul oleh Institut Teknologi Bandung diposisi ke dua. Sedangkan Rangking Webometric Universitas Dunia menaruh UGM pada Rangking 72 pada Asia atau ranking 572 pada dunia, dan peraih rangking pertama pada Indonesia secara konsisten dalam tiga tahun berturut-turut, 2007-2009.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang UGM, maka nir terdapat salahnya kita menengok ke belakang sejarah universitas gadjah mada dan perkembangannya, apalagi bagi kakak dan saudara termuda dan anak-anak kita yang ingin melanjutkan studinya di UGM mungkin perlu meninjau lebih jauh latar belakang dan perkembangannya. Seperti biasa awalmula.com mengembangkan kabar sejarah awal mula segalanya dari dari banyak sekali asal, serta buat sejarah universitas gadjah mada, awalmula.com kutip langsung berdasarkan situs resmi ugm (www.ugm.ac.id) yg dikutip berdasarkan “Riwajat Perdjuangan Mendirikan Universitas Gadjah Mada dan Sekedar Tentang Perguruan Tinggi lain di Inonesia ” sang Prof. Dr. M. Sardjito, “Perdjuangan Universitas Gadjah Mada dan Perguruan Tinggi Lain Dalam Revolusi Fisik”sang Pro.F Ir. Herman Johannes, “Buku Kenangan Seperempat Abad Univervitas Gadjah Mada 11 vang diredakturi sang Drs. H. Nangtjik dan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1949.
Sejarah Universitas Gadjah Mada
Pada tanggal 24 Januari 1946 orang-orang yang berkomitment tinggi terhadap peningkatan martabat manusia memenuhi gedung SMT Kotabaru. Diantaranya Mr. Boediarto, Ir. Marsito, Prof. Dr. Prijono, Mr. Soenarjo, Dr. Soleiman, Dr. Buntaran, Dr. Soeharto. Mereka bermaksud mendirikan Balai PTS pada Yogyakarta.
Dalam pertemuan itu, Mr. Soenarjo, menegaskan bahwa di Jakarta, NICA sudah mendirikan Universitas. Bangsa Indonesia tidak boleh gagal mendirikan universitas. “Lebih- lebih sekarang, dalam saat pembangunan, saat kita butuhkan beragam ilmu pengetahuan”, tambah Mr. Soenarjo.
Pertemuan di atas diikuti oleh beberapa pertemuan berikutnya, galat satunya adalah pertemuan di Gedung KNI Malioboro, lepas tiga Maret 1946. Dalam rendezvous ini, diumumkan berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, yg terdiri atas Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan.
Dengan berdirinya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, maka pada tahun 1 946 masih ada dua perguruan tinggi di Yogyakarta. Yang satu lagi merupakan Sekolah Tinggi Teknik, yg berdiri tanggal 17 Februari 1946. Sekolah Tinggi Teknik ini adalah bisnis penghidupan kembali Sekolah Tinggi Teknik Bandung, yang terpaksa ditutup lantaran suasana perang antara Indonesia dan tentara sekutu di antara pemimpinnya, tersebutlah nama Prof. Jr. Rooseno dan Prof. Ir. Wreksodhiningrat.itulah sebabnya mahasiswa Fakultas Teknik Bandung dapat melanjutkan pendidikannya dan menempuh ujian insinyur pada Sekolah Tinggi Teknik Yogyakarta.
Setelah penyerbuan Belanda ke Yogyakarta, 19 Desember 1948, ke 2 perguruan tinggi di atas terpaksa ditutup. Para dosen serta mahasiswanya memilih berjuang menentang Belanda ketimbang melanjutkan proses belajar-mengajar. Tetapi. Peralatan kuliah tetap dipelihara menggunakan baik oleh para mahasiswa.
Klaten sekarang tentu saja berbeda menggunakan Klaten pada tahun 1946. Perbedaan yang menyolok merupakan soal pendidikan tinggi. Kini Klaten nir mempunyai perguruan tinggi. Namun, Klaten tahun 1946 adalah kota pendidikan. Disini berdiri, antara lain Perguruan Tinggi Kedokteran (berdiri 5 Maret 1946), Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan (berdiri 20 September 1 946), Sekolah Tinggi Farmasi (berdiri 27 September 1946), dan Pergurutan Tinggi Pertanian (berdiri 27 September 1946).
Mengapa Klaten dipilih menjadi tempat pendirian beberapa perguruan tinggi? Jawabnya. Karena Klaten terletak pada pedalaman. Kota-kota akbar misalnya Jakarta, Bandung dan Surabaya nir mungkin lagi menyelenggarakan pendidikan tinggi. Sebab, ketiga kota tersebut seringkali kali dibom oleh tentara sekutu. Para pejuang Indonesia pada ketiga kota tadi nir tinggal membisu. Mereka pula balas menyerang sekutu. Akibatnya, ketiga kota ini menjadi ajang pertempuran.
Alasan lain adalah, adanya laboratorium pendukung serta lnstitut Pasteur. Laboratorium disediakan sang Rumah Sakit Tegalyoso. Sedangkan Institut Pasteur pada Bandung, sehabis diambil alih oleh bangsa Indonesia dari tangan Jepang, 1 September 1945, dipindahkan ke Klaten (Salah seorang yang ikut memindahkan institut ini merupakan Prof. Dr. M, Sardjito).
Kehidupan perguruan tinggi di Klaten makin marak dengan berdirinya Fak. Kedokteran Gigi athun baru 1948. Hal ini berlangsung hingga 19 Desember 1948, saat Belanda menyerbu ke dalam daerah Republik Indonesia.
Tujuh bulan sebelum penyerbuan Belanda ke pada Republik Indonesia, tepatnya awal Mei 1948, Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan sesungguhnya telah mendirikan Akademi Ilmu Politik di Yogyakarta. Akademi ini berdiri atas usul Kementerian Dalam Negeri, yaitu buat mendidik calon-calon pegawai Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri dan Dep. Penerangan.
Pada ketika berdiri, Akademi Ilmu Politik ini dipimpin oleh Prof. Djokosoetono, S.H. Beberapa pegawai Dep. Dalam Negeri yang belajar pada sini, diantaranya: Djumadi lsworo, Soempono Djojowadono, Irnan Soetikno, Bambang Soegeng Wardi serta Dradjat. Sayang, umur akademi ini nir usang. Setelah pemberontakan PKI Madiun meletus, September 1948, akademi ini ditinggalkan para mahasiswanya. Mereka ikut menumpas pemberontakan serta membentuk kembali kerusakan-kerusakan yang terjadi. Maka akademi ini pun terpaksa ditutup.
Kalau pada atas pada ceritakan bahwa perguruan-perguruan tinggi yang terpaksa ditutup pada Klaten serta Yogyakarta adalah perguruan tinggi yg telah beroperasi, pada Solo ada perguruan tinggi yg telah dibuka terpaksa batal diresmikan. Yakni: Balai Pendidikan Ahli Hukum. Perguruan tinggi ini berdiri 1 November 1948, sebagai output kolaborasi Kementerian Pendidikan, Pengajaran serta Kebudayaan menggunakan Kementerian Kehakiman.
Bersamaan dengan itu, Panitia Pendirian PTS pada Solo, yg dipimpin oleh Drs. Notonagoro, S.H., Koesoemadi, S.H. Dan Hardjono, S.H., jua merencanakan pendirian Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Panitia ini menyarankan agar Balai Pendidikan Ahli Hukum digabungkan saja dengan Sekolah Tinggi Hukum Negeri. Paling nir buat melakukan efisiensi. Usul ini, rupanya, diterima pemerintah. Buktinva, Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1948 mengungkapkan bahwa Balai Pendidikan Ahli Hukum digabungkan ke dalam Sekolah Tinggi Hukum Negeri.
Menurut Prof. Dr. M. Sardjito, Sekolah Tinggi Hukum Negeri Solo ini akan diresmikan lepas 28 Desember 1948. Tetapi, sembilan hari sebelum pelantikan, Belanda telah menyerbu ke wilayah Republik Indonesia. Apa boleh buat, perjuangan menentang Belanda sebagai prioritas. Akibatnya, sekolah tinggi ini layu sebelum menguntum serta terpaksa bubar sebelum diresmikan.
Tidak poly yang ingat kapan persisnya ada wangsit buat menggabungkan beberapa perguruan tinggi perjuangan (Sebutan ini, diberikan oleh Prof. Ir. Herman Johannes) tadi di atas sebagai sebuah perguruan tinggi. Namun, berdasarkan Prof. Dr. M. Sardjito, tanggal 20 Mei 1949, terdapat rapat Panitia Perguruan Tinggi, pada Pendopo Kepatihan Yogyakarta. Rapat ini dipimpin sang Prof. Dr. Soetopo, dengan anggota rapat diantaranya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Ir. Harjono, Prof. Sugardo dan Slamet Soetikno, S.H. Salah satu output kedap merupakan: beberapa anggota rapat menyanggupi pendirian perguruan balik di wilayah republik, yaitu Yogyakarta. Mereka yang bersedia adalah Prof. Ir. Wreksodhiningrat, Prof. Dr. Prijono, Prof. Ir. Harjono serta Prof. Dr. M. Sardjito.
Kesulitan primer yang ditemui para Pengajar Besar tersest di atas dalam mendirikan pulang perguruan tinggi di Yogya merupakan nir adanya ruangan buat kuliah. Untunglah Sultan Hamengku Buwono IX bersedia meminjamkan kraton serta beberapa gedung di lebih kurang kraton buat ruangan kuliah. Masalah primer pun terpecahkan. Setelah itu persiapan lain pun dimatangkan.
Usaha keras para Pengajar Besar tadi akhirnya membuahkan hasil. Tanggal 1 November 1949, di Kompleks Peguruan Tinggi Kadipaten, Yogyakarta, berdiri kembali Fakultas Kedokteran Gigi serta Farmasi, Fakultas Pertanian., dan Fakultas Kedokteran. Pembukaan ketiga fakultas ini dihadiri oleh Bung Karno. Pada pembukaan ini, dari Prof. Dr. M. Sardjito, diadakan sebuah renungan bagi para dosen serta mahasiswa yang telah gugur dalam peperangan melawan Belanda, yaitu: Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Ir. Notokoesoemo, Roewito, Asmono, Hardjito dan Wurjanto.
Keesokan harinya, 2 November 1949, giliran FakultasTeknik, Akademi Ilmu Politik dan beberapa fakultas yg berada pada bawah naungan Yayasan Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada yg diresmikan. Kota Yogyakarta pun balik marak dengan mahasiswa.
Sebulan lalu, tepatnya tiga Desember 1949, dibuka jua Fakultas Hukum pada Yogyakarta. Fakultas ini adalah pindahan Sekolah Tinggi Hukum Negeri Solo. Orang yang berjasa pada pemindahan ini merupakan Prof. Drs. Notonagoro, S.H.
Tidak gampang mencari kabar mengapa dalam lepas 2 November 1949 nir langsung didirikan sebuah universitas yang sanggup menaungi tiga fakultas yang berdiri pada saat itu. Di samping orang-orang yang terlibat menggunakan pendiriannya telah mangkat dunia, dokumentasi yang dimiliki Universitas Gadjah Mada (UGM) tidak pernah menyinggung hal tersebut. Adalah lumrah bila kemudian perlu disarankan pada UGM buat mencari alasan tadi. Paling tidak buat menyempurnakan riwayat pendirian Universitas Gadjah Mada.
Tetapi, beroperasinya balik 8 fakultas tadi pada atas semenjak 1 November 1949, mendorong lahirnya UGM, 19 Desember 1949. Tanggal ini dipilih, misalnya disebut Bung Karno. Adalah buat menampakan kepada global luar bahwa Bangsa Indonesia sanggup bangkit, meskipun telah diserang habis-habisan oleh Belanda, 19 Desember 1948, dengan kata lain tanggal 19 Desember 1949 dipilih untuk menghilangkan noda 19 Desember 1948.
Pada saat berdirinya, dari Peraturan Pcmerintah No. 23 Tahun 1949, UGM memiliki enam fakultas, yaitu: (1) Fakultas Teknik (di dalamnya termasuk Akademi Ilmu Ukur dan Akademi Pendidikan Guru Bagian Ilmu Alam serta Ilmu Pasti) ; (2) Fakultas Kedokteran pada dalamnya termasuk bagian Farmasi, bagian Kedokteran Gigi serta Akademi Pendidikan Guru bagian Kimia dan limu Hayat; (3) Fakultas Pertanian pada dalamya terdapat Akademi Pertanian dan Kehutanan; (4) Fakultas Kedokteran Hewan; (5) Fakultas Hukum di dalamnya terdapat Akademi Keahlian Hukum, Keahlian Ekonomi serta Notariat, Akademi Ilmu Politik serta Akademi Pendidikan Pengajar Bagian Tatanegara, Ekonomi serta Sosiologi; serta (6) Fakultas Sastra serta Filsafat pada dalamnya terdapat Akademi Pendidikan Guru bagian Sastra.
Pada saat peresmian berdirinya UGM, Prof. Dr. M. Sardi . Ito ditetapkan menjadi Presiden UGM. Pada saat yg sama pula ditetapkan Senat UGM serta Dewan Kurator UGM. Mengenai yg terakhir ini, kepengurusannya terdiri dari kepala (Ketua Kehormatan adalah Sultan Hamengku Buwono IX, sedangkan Ketua merupakan Sri Paku Alam VIII, wakil kepala serta anggota. Ini menyebabkan pendapat bahwa waktu UGM lahir, dia memang sudah siap buat meneruskan perjuangan, yaitu meningkatkan prestise insan Indonesia.
Dari rentetan riwayat usaha mendirikan UGM pada atas, nir berlebihan rasanya jika disimpulkan bahwa pendirian UGM adalah usaha buat meneruskan perjuangan. Ini perlu menjadi pegangan bagi seluruh sivitas akademika UGM.
Perkembangan Universitas Gadjah Mada (wikipedia.org)
Tahun 1952 Fakultas Hukum, Sosial serta Politik ditambah dengan bagian ekonomi sebagai akibatnya menjadi Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial serta Politik HESP). Pada bulan September 1952 Fakultas Pertanian ditambah dengan Bagian Kehutanan, sebagai akibatnya menjadi Fakultas Pertanian serta Kehutanan.
Sejak September 1955, beberapa fakultas dimekarkan sebagai fakultas-fakultas baru, antara lain:
- Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, serta Farmasi menjadi Fakultas Kedokteran dan Kedokteran Gigi serta Fakultas Farmasi.
- Bagian Bakaloreat Biologi Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Farmasi sebagai Fakultas Biologi.
- Fakultas Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik dipecah menjadi tiga fakultas, yaitu: Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Sosial serta Politik.
- Fakultas Sastra, Pedagogik dan Filsafat dipecah sebagai 3 fakultas, yaitu: Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakulas Filsafat.
- Tingkat pedagogi Bakaloreat Ilmu Pasti dan Bakaloreat Ilmu Alam pada Bagian Sipil Fakultas Teknik dijadikan Fakultas Ilmu Pasti serta Alam.
- Fakultas Ilmu Pendidikan mempunyai 2 bagian yaitu Bagian Pendidikan serta Bagian Pendidikan Jasmani.
- Fakultas Kedokteran Hewan diuubah namanya sebagai Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan.
- Pada tahun 1960 Fakultas Kedokteran serta Kedokteran Gigi dipisahkan menjadi Fakultas Kedokteran serta Fakultas Kedokteran Gigi.
Pada tahun 1962 Bagian Pendidikan Jasmani dari Fakultas Ilmu Pendidikan ditingkatkan menjadi Fakultas Pendidikan Jasmani. Fakultas ini diserahkan pada Departemen Olah Raga dalam tahun 1963 dan menjadi Sekolah Tinggi Olah Raga (STO).
Untuk memberikan pendidikan generik yang bertenaga bagi seluruh Fakultas, didirikan jua Fakultas Umum, serta digabungkan menggunakan Fakultas Filsafat sebagai Gabungan Fakultas Umum dan Fakultas Filsafat. Pada tahun 1961 Fakultas Filsafat dibubarkan dan pada tahun 1962 Fakultas Umum jua dibubarkan. Sebagai penggantinya tahun 1963 didirikan Biro Penyelenggara Kuliah-Kuliah spesifik buat melaksanakan tugas yg semula sebagai tugas gabungan Fakultas Umum serta Fakultas Filsafat. Namun dalam tanggal 18 Agustus 1967 Fakultas Filsafat didirikan balik serta dalam tahun 1969 Biro Penyelenggara Kuliah-Kuliah khusus dimasukkan pada Fakultas Filsafat menjadi Biro Penyelenggara Kuliah-Kuliah Agama.
Pada tahun 1963 Bagian Kehutanan Fakultas Pertanian ditingkatkan menjadi Fakultas Kehutanan, seksi teknologi serta seksi kultur teknik sebagai Fakultas Teknologi Pertanian. Pada tahun itu pula Jurusan Geografi pada Fakultas Sastra serta Kebudayaan ditingkatkan menjadi Fakultas Geografi.
Jurusan Psikologi pada FIP sebagai Bagian Psikologi yg kemudian pada lepas 8 Januari 1965 menjadi Fakultas Psikologi.
Pada tahun 1969 Fakultas yg ke-18 lahir yaitu Fakultas Peternakan yg adalah peningkatan Bagian Peternakan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan.
Semenjak tahun 1983 Universitas Gadjah Mada mempunyai 18 Fakultas Program Sarjana, 2 Fakulas Program Diploma (Fakultas Non Gelar Ekonomi dan Fakultas Non Gelar Teknologi) dan satu Fakultas Pascasarjana (Magister serta Doktor). Awal tahun 1992 terjadi penyederhanaan jumlah fakultas, Fakultas Pascasarjana diubah menjadi Program Pascasarjana, sedangkan Fakultas Non Gelar Ekonomi diintegrasikan ke Fakultas Ekonomi serta Fakultas Non Gelar Teknologi diintegrasikan ke Fakultas Teknik.