PENGERTIAN CAMPUR KODE

            Hampirsemua manusia di zaman ini adalah warga bilingual atau menguasai lebihdari satu bahasa, umumnya mempunyai bahasa wilayah menjadi bahasa pertama ataubahasa mak serta bahasa kedua atau bahasa pemersatu misalnya bahasa Indonesia. Tidakjarang karena bilingualisme inilah terjadi pencampuran bahasa antara bahasapertama menggunakan bahasa kedua yg diklaim dengan kata campur kode.
Pembahasan tentang campur kode pada pelajaripada sub disiplin ilmu linguistic yaitu sosiolinguistik yg mempelajari danmendekati bahasa  bukan sebagai bahasaitu sendiri melainkan bahasa dan pemakaiannya oleh warga bahasa. Adapunpengertian campur kode lebih kentara dipaparkan berikut adalah: 
a)PengertianCampur Kode
Menurut kridalaksana, campur kode adalahpenggunaan satuan bahasa menurut satu bahasa ke bahasa yang lain buat memperluasgaya bahasa atau ragam bahasa, termasuk di dalamnya pemakaian istilah, klausa,idiom, sapaan dan sebagainya. Dengan kata lain, campur kode merupakan peristiwapercampuran 2 atau lebih bahasa atau dua ragambahasa dalam satu peristiwatutur. Gejala sperti itu cenderung mendekati pngertian yg dikemukakan olehHaugen sabagai bahasa adonan (mixture of languages), yaitu pemakaian satukata, ungkapan atau frasa pendek.
  Berdasarkan uraian pada atas, tampak bahwa campurkode. Menurut Thelander,  jika suatuperistiwa tutur memakai konstruksi klausa ataupun frasa campuran, danmasing-masing klausa atau frasa itu nir lagi mendukung fungsisendiri-sendiri, maka peristiwa yg terjadi adalah campur kode. Dalam kondisiyang maksimal , campur kode merupakan konvergensi kebahasaan yang unsur-unsurnyaberasal berdasarkan beberapa bahasa yang masing-masing sudah menanggalkan fungsinyadan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya.
  Di pada campur kode terdapat sebuah kode primer ataukode dasaar yg di gunakan serta mempunyai fungsi dan keotonominya, sedangkankode-kode lain yang terlibat dalam insiden celoteh itu hanyalah berupaserpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebgai sebuahkode. Seorang penutur misalnya, yang pada bahasa Indonesia poly menyalipkanserpihan-serpihan bahasa wilayahnya, bisa pada katakana telah melakukan campurkode. Akibatnya, akan muncul satu ragam bahasa Indonesia yang kejawa-jawaan(jikalau bahasa derahnya adalah bahasa jawa) atau bahasa Indonesia yangkesunda-sundaan (jika bahasa daerahnya merupakan bahasa Sunda).


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel