CERPEN INSPIRATIF MIMPI SRI YANTI


BELAJAR PRAMUKA -
Hujanmembungkus desa. Awan gelap menggumpal-gumpal, petir sekali dua menyambar.dingin. Kurapatkan selimut menutupi tubuh sambil menatap hujan lewat jendela.
.
.
Deras. Hujanmembasahi teras depan, pohon-pohon, jalan depan, bunga-bunga, toko-toko, belumlagi sekolah yang esok paginya akan becek, licin, yang jika tidak hati-hatibisa terpeleset. Minggu sore yang dihiasi rintihan hujan.
.
.
Mataku redup menatap ke luar, sedari tersebut saya menangis. Danmungkin air mataku telah habis kutumpahkan, hanya sendu yg tersisa.
.
.
Tadi habisashar. Aku dan orangtuaku membicarakan mengenai melanjutkan kuliah. Kami bukanorang yang mampu. Bukan orang yang mampu membayar uang kuliah yang mampu mencapaipuluhan juta. Ayahku hanya seseorang sopir, dan ibuku penjual kudapan manis. Apalah dayakuyang tidak sanggup melanjutkan kuliah. Hanya menangis menatap hujan.
.
.
Desa kamiterpencil, terluar serta tertinggal. Bukan mudah mencari ilmu yg poly disini. Kami para murid yg miskin kitab serta pengetahuan. Harga kitab mahalsekali, serta di desa kecil kami tidak terdapat toko buku, paling hanya kamus yangdijual. Itu saja. Tidak ada novel, komik, majalah, buku pengetahuan yg lebihmendalam, buku lulus UN, tidak terdapat. Di sekolah, Fasilitas kitab kami belumlengkap. Buku-buku yg terdapat sanggup terhitung lama , dan poly yang berdebu. Ruangperpus yg tidak leluasa. Bagaimana kami memperoleh ilmu yang lebih?
.
.
Lalu apabila ingin kuliah wajib membayar mahal sekali. Atau jalurkuliah lain menggunakan mengemban gelar ‘anak berprestasi’. Bisa apa aku ? Siswisederhana yang miskin ilmu. Jangankan hal yang lebih sulit dari itu,mendapatkan nilai un standar saja hanya angan-angan.
.
.
Aku hanya bisa berdoa, dan berusaha. Dan itu adalah halterbaiknya, pada langit-langit doa, aku punya asa. Aku punya mimpi yangselalu kuucapkan sesudah sholat. Setidaknya saya percaya mukjizat, keajaiban,yang datangnya berdasarkan ALLAH. Usaha selalu berbanding lurus dengan hasil, akupercaya itu. Selama saya berusaha, selama aku ulet , terdapat jalan. Aku wajib sanggup.just do it.
.
.
Senin pagi yg becek. Mendung masih tergantung pada langit,sisa-sisa hujan kemarin sore. Namun sekolah kami permanen melaksanakan upacarabendera. Tidak terdapat hari Senin tanpa upacara, itulah sekilas motonya.
Maka mulai hari ini, saat sang bendera merah putih berkibar gagah pada langit.aku memulai habit baruku. Mulai merangkai mimpi kecilku, memompa semangat dalamhati, berusaha sekuat energi, aku harus mencari pelangi sesudah gelapnyamendung. Aku harus sanggup! Aku harus kuliah, mendapatkan pendidikan yang lebihbaik, meraih janji kehidupan yg bermutu.
Setelah ini aku berusaha sekuat tenaga, belajar lebih ulet . Tak kulewatkan satumata pelajaran pun, bila saya tak mengerti bertanya dalam pengajar, meminjam bukudari berbagai sumber, mencari keterangan menurut internet, belajar hingga larut,serta bangun lebih awal untuk belajar.
.
.
Tak peduli jenuh yang kurasakan saat belajar, meskipun kantuk yangmenyergapku ketika larut dan subuh. Aku percaya dalam mimpiku. Mustahil? Ahmereka yg mengatakan itu takan pernah mengerti cita rasanya berusaha. Aku selaluingat pesan moral yg satu ini “Bermimpilah setinggi langit maka waktu kaujatuh, kau akan jatuh di antara bintang-bintang”. Aku menanamkan pesan inidalam sekali, jauh di dasar hatiku. Aku merangkai mimpi, serta berusahasemampuku.
.
.
Aku menangis, tetapi tetap membaca. Hatiku berat serta jenuh belajar,saya tetap berfikir. Tak ada waktu yg kusia-siakan bahkan ketika membantu ibukumenjual kue, aku mengerjakan soal-soal. Aku berusaha.
.
.
Dan tibalah saatpengumuman kelulusan. Aku gugup, gemetar, mual, entahlah. Ini ketika yangmendebarkan dalam hidupku. Saat-saat menentukan. Apakah aku lulus atau tidak,apakah nilaiku memenuhi beasiswa atau nir, saya tidak memahami.
Aku telah berusaha semampuku, serta saya pasrahkan semua output bisnis itu. Dan jikaternyata nir sesuai harapan, ini mungkin bukan jalanku. Aku harus menguburmimpi itu, serta mencari jalan lain. Merangkai masa depan yang tidak sinkron.
Aku menatap lurus ke depan.
“…Rima Asya dinyatakan…”
Detik-dtk yg usang sekali. Aku pasrah pada hasilnya. Apapun itu.
“… Tidak lulus!!”
Cairan bening itu menggenang, dan mengalir deras pada pipi. Aku terisak. Suarakuparau di tengah teman-sahabat yang mulai memelukku prihatin. Inikah bintang?Meskipun aku lapang dada, pasrah dengan keadaan, tetap saja terluka.
Aku tulus..
Namun air mataku tak berhenti mengalir.
Aku kuat..
Namu hatiku terasa sakit sekali.
Aku pasrah..
Namun rasa kecewa itu terdapat.
.
.
Nama sahabat-sahabat lain masih disebutkan. Menggema nir kentara dipendengaranku, lidahku Kelu tidak mampu memberi selamat, atau menguatkan yanglain. Aku tidak mampu tersenyum saat ini. Sakit.
.
.
Dan ketika penutupan, ketika ketua sekolah mengungkapkan pidatonya.dia tersenyum padaku. Aku hanya menatap sendu. Wajahku tak jelas dengan tangisyang sedari tadi mengalir.
“… Adapun yang ingin bapak sampaikan merupakan, tetaplah berkepribadian yg baik,berusaha sekuat energi, …
Dan bapak bangga sekali tahun ini, salah satu siswa kita meraih nilai yangsangat baik waktu ujian nasional, nilai yg sangat memuaskan, sangatmembanggakan.. Dan saking bangganya bapak, dan guru-guru, kami memutuskanmenjahili siswa tadi. Dia adalah Rima Asya dinyatakan lulus menggunakan nilairata-rata 9.0!!”
.
.
Riuh menggema satu sekolahan, tepuk tangan ramai bak dengunganlebah, namaku dielu-elu kan. Aku yg antara sadar serta tidak hanya menatapbingung. Tidak percaya.
.
.
“Selamat yah ri!” Kata mereka. Aku pada peluk, air mata ku mengalir.dan saya sadar ini seluruh berkat karunia ALLAH semata. Aku bersujud pada tanah.astaga, ini lelucon yg mengharukan pada hidupku.
.
.
Terima kasih kepala sekolah.
Terima kasih guru-guru.
Dan terima kasih teman-sahabatku tercinta.
.
.
Kami seluruh tenggelam pada euforia kelulusan.
Semarak sepanjang jalan, meramaikan. Dan tentu saja saya bahagia menyerahkantiket beasiswa pada orangtuaku.
Anak perempuannya ini, berhasil bersinar pada antara bintang-bintang.
.
.
Cerpen Karangan : Sri Yanti
Kunjungi page pengarang disini : cerpenmu.com/penulis/sri-yanti

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel