CERPEN PRAMUKA KAHAANI PUTRI WAHYUNI


BELAJAR PRAMUKA -
Hari iniadalah hari yg melelahkan bagiku, waktu saya sahih-benar muak dengan seluruh halyang terjadi hari ini. Setiap hari keseharianku hanya seperti ini. Malam inipun mataku enggan terpejam, harusnya saya sanggup tidur nyenyak karena terjadipemadaman listrik di daerahku yg berlangsung agak lama . Namun PR ku takpernah mau berkompromi, saya wajib mengerjakannya sebelum besok. Sungguhmenyebalkan aku menulis menggunakan remang cahaya lilin pada depanku. Sengaja akumemilih teras depan rumah karena tetanggaku tampak sedang asyik ngobrol dijalan depan rumahku.
.
.
Setelah beberapa jam aku bergelut dengan tugasku, aku merasa semuaitu telah relatif. Dan waktu itu pula aku mulai menyadari bahwa jalan sudah sepikarena hampir tengah malam. Pemadaman listrik masih terus berlalu dandiperkirakan sampai besok pagi lantaran terdapat keliru satu tiang yang meledak soretadi waktu hujan lebat. Aku lelah, saya mencoba merebahkan tubuhku di bangkuteras rumahku sebelum saya pergi ke kamar. Tetapi tanpa kusadari saya tertidur diteras tempat tinggal . Aku enggan buat bangun, ini kan teras rumahku siapa yang akanmelarangku tidur pada teras rumahku.
.
.
Perlahan sayup-sayup kudengar bunyi lonceng kaki kuda, semakinlama bunyi itu semakin kentara terdengar sampai membuatku terbangun. Kutatap asalsuara itu, bunyi itu asal dari jalan. Nampak menurut kejauhan, ada yg sedangmelaju mendekat. Semakin dekat dan semakin jelas saya melihat terdapat sebuah keretakuda yg sedang melaju. Kutiup lilin yg sedari tadi terdapat di sampingku agar sipengendara tak melihatku saat melintas nanti. Dan benar waktu kereta kuda itumelintas di depan rumahku, tampak seseorang wanita cantik berada di dalamnya,nampak jua sang sopir yg duduk pada depan. Sepersekian dtk yg lalu akumerasa ngeri, apa ini seluruh? Saya bingung… Apakah aku sedang bermimpi? Kucubitsalah satu lenganku dan alhasil aku berteriak kesakitan, indikasi bahwa ini semuanyata, bukan mimpi.
“Auww…” Teriakku kesakitan. Dan tanpa kukira, suaraku terdengar hingga keretakuda itu berhenti sejenak. Aku benar-benar takut ketika tiba-tiba kereta kudaitu berbalik arah dan berhenti sempurna pada depan rumahku. Tubuhku beku, serta tanpaaku sanggup beranjak tapi mataku masih sanggup memandang lekat-lekat perempuan dalamkereta kuda itu tersenyum padaku.
.
.
“Siapa namamuanak anggun?” tanya wanita itu waktu aku telah sadar bahwa sekarang beliau duduk disampingku.
“Putri” jawabku eksklusif.
“Bagaimana kau bisa sampai ke sini?”
‘Apa?!!!’ Bagaimana mampu perempuan itu bertanya bagaimana aku mampu datang ketempat ini dan padahal ini merupakan… Aku baru sadar, ini bukan teras depanrumahku. Memang seluruh nampak sama, tetapi terdapat beberapa hal yg membuatku yakinbahwa ini bukan rumahku. Bangku tempatku duduk yang semula polos, sekarangpenuh menggunakan goresan ornamen-ornamen aneh yang belum pernah kulihat sebelumnya.aku bertambah resah, bagaimana mungkin aku mampu hingga pada sini, dan tempatmacam apa ini.
“A.. Aku nir tau. Aku tidur pada teras depan rumahku dan saya terbangun disini!” jawabku seadanya.
“Di mana rumahmu?”
“Di Desa Kahaani”
“Apa?” perempuan itu tampak kaget mendengar nama desaku.
“Kenapa? Ada apa?”
“Di sini jua desa Kahaani” saya semakin resah mendengar pernyataan wanitaitu.
“Bagaimana mungkin?”
“Baiklah, saya mengerti. Tapi sebelum aku menjelaskan semua yg aku tau kamuharus segera ikut saya”
“Kemana?”
“Sudahlah, nir terdapat ketika lagi”
.
.
Aku pun ikut menggunakan perempuan itu, entahlah apa yang terdapat di pikirankutapi ini semua lantaran aku telah terlalu galau dan logikaku tak mampu mencernakejadian ini. Kami sampai di sebuah tempat tinggal yg relatif akbar dan membuatku takjubdengan desain rumah ini. Nampak misalnya tempat tinggal biasa namun ada beberapa hal yangdapat saya simpulkan bahwa rumah ini penuh dengan bunga-bunga beraneka jenis.tunggu!!! Bagaiamana saya sanggup melihat bunga-bunga itu pada malam hari? Tapinyatanya pada sini sedang siang hari. Padahal belum terdapat setengah jam saya beradadalam kereta kuda itu dan hari telah berganti begitu cepat.
“Silahkan masuk…” ucap wanita itu mengajakku memasuki rumah.
“Ehh… tunggu…”
“Hmm… Oh iya, panggil aku madam Sabina. Ada apa?”
“… Ke Kenapa pada sini siang?” saya bertanya menggunakan penuh rasa penasaran namunwanita itu maksudku madam Sabina, beliau hanya tersenyum.
“Harusnya kau bertanya pada dirimu sendiri, Kenapa kau ingin hari iniberlangsung secepat itu.”
“Apa maksud madam?”
“Semua yang ada di loka ini ada pada bawah kendalimu. Tempat ini adalahcerminan menurut dunia nyatamu”
“Aku masih tidak mengerti madam. Lalu bagaimana aku sanggup kembali?”
“Entahlah, karena setiap orang punya cara sendiri buat keluar menurut sini. Apaini Kunjungan pertamamu?”
“Hmm…” Aku hanya mengangguk, Kunjungan? Bagaimana madam Sabina mampu menyebutini sebuah kunjungan. Dimana aku sebenarnya?
.
.
Madam Sabina, wanita itu manis tak terlalu tua buat dipanggil‘madam’. Ia yg sudah membawaku ke rumahnya, memperlakukanku layaknya tamu.tak sungkan jua beliau mengajakku berkeliling ke desa Kahaani yg baru, iamengenalkanku pada tempat-loka yang sebenarnya tidak asing bagiku.
.
.
Entah berapa lama saya meninggalkan Desa Kahaaniku, Aku rasa telahseminggu serta saya merasa semakin berbaur menggunakan loka asing ini, aku jugamengenal beberapa orang di tempat ini. Madam Sabina pula telah poly berceritatentang tempat ini, sampai aku telah mulai terbiasa dengan keanehan-keanehan ditempat ini. Mengapa saya menyebutnya aneh, itu karena kadang apa yg sedang adadi pikiranku berubah menjadi konkret tanpa saya sadari dan aku tidak bisamengendalikannya.
.
.
Pagi ini saya berniat untuk jalan-jalan ke pasar bersama MadamSabina, tetapi ternyata sejak aku bangun tidur saya belum bertemu dengan madamSabina. Apa mungkin ia telah lebih dulu pergi ke suatu tempat? Aku memutuskanuntuk berjalan sendiri. Aku menyusuri jalan-jalan yang dulu biasa aku lewati diKahaaniku, tak jauh beda namun kadang terasa menyesatkan jua karena memang inibukan Kahaaniku. Aku berjalan menuju arah rumahku, tentunya loka ketika pertamakali saya sampa ke sini. Namun tidak kusangka bila jalan itu berubah. Tak adajalan menuju ke sana, datang-datang aku terdapat di tengah hutan. Aku berada di atassebuah tebing yg tinggi, menggunakan beberapa gunung yg tinggi menjulang dihadapanku. Nampaknya tempat ini bukan loka yg tak terjamah insan karenadi bagian pinggir tebing itu telah dibangun pagar besi yg kuat.
.
.
Sekejap Mataku mengarah pada sosok di ujung tebing. Ia tengahbersandar dalam pagar-pagar besi itu. Rupanya ia tidak menyadari kedatangankukarena ia tengah asyik memandang pemandangan di depannya. Aku mencoba menjauh,saya berbalik badan dan hendak pergi. Tetapi terdapat sebuah suara yangmenghentikanku, yang tak lain adalah bunyi seseorang yg ada di tepi tebingitu.
.
.
“Tunggu…” aku enggan buat membalikkan badanku saat suara itu jelas terdengardi telingaku. Namun tak berapa usang kemudian sentuhan tangannya pada pundakkumembuatku berbalik menghadap padanya.
“Tunggu, Kenapa engkau ingin pergi padahal engkau baru sampai di sini!”
“Kamu siapa?”
“Aku Vishal”
“Vishal?”
“Iya, itu namaku. Aku telah usang menunggumu, Aku sudah lama menunggu ketika ini.dan akhirnya…” aku tak tau apa maksud ucapan laki-laki ini, akan tetapi mengapa iamemelukku seakan dia benar telah menungguku lama .
“Tunggu, apa maksudmu?” saya merasa takut padanya, meskipun wajahnya taksedikitpun menyiratkan niat jahat. Wajahnya biasa serta matanya menunjukanketeduhan, senyumnya anggun. Aku misalnya pernah mengenalnya, akan tetapi siapakah beliau?
“Apa kau lupa? Kita pernah bertemu di sini sebelumnya!”
“Kapan?”
“Apa kau benar-benar sudah melupakanku?”
“Aku…” kepalaku terasa sakit, saya misalnya ingin terjatuh. Namun Vishal segeramemapahku dan mengajakku duduk pada bawah sebuah pohon yg relatif akbar danteduh.
.
.
“Baiklah, mungkin ini terlalu membuatmu bingung. Tapi coba ingataku. Lihat wajahku, tatap mataku, coba jangan lupa aku . Aku Vishal, Aku pernahmenjadi teman dekatmu lima tahun yang lalu. Kita pernah beserta, tapi…” Vishalmenundukan wajahnya.
“Kenapa?”
“Ini seluruh salahku, tidak seharusnya aku jatuh hati padamu!”
“Vishal!!!” Aku mencoba membuatnya memandangku, sampai jelas terlihat di matakuaku mengingatnya. Vishal, nama itu aku mengingatnya!!
.
.
Tak terasa akumenitikkan air mata. Dia Vishal, dia Vishalku yg ku tunggu selama ini. Diaadalah alasanku buat tidak merasakan cinta yang lain lagi. Dulu hampir setiapwaktu kuhabiskan bersamanya. Saat saya merasa sendiri dan sepi, beliau datang untukmenemaniku. Ia yang selalu menghapus air mataku. Walau dulu saya masih terlalupolos buat membicarakan apa yang aku rasakan, tetapi terasa begitu kentara jikadia merupakan cinta pertamaku.
Ruang serta saat sudah memisahkan kita selama 5 tahun. Dan saat ini dia terdapat dihadapanku dan saya telah melupakannya? Benar-benar hal bodoh bagiku. Dia hidupku,beliau yang membantuku buat kembali bangkit pada keterpurukanku. Aku mencobameraihnya, aku memeluknya menggunakan erat, saya tak ingin melepaskannya lagi.
.
.
“Apa kau mengingatku?” Vishal bertanya padaku seakan beliau mengertibahwa saya memeluknya, aku telah mengingat semua.
“Bagaimana aku mampu lupa! Kenapa baru kini kau kembali.”
“Aku sudah berusaha, aku mencoba menembus ruang lagi. Tapi saya tidak bisamenemukanmu, saya selalu gagal. Dan kali ini aku mampu melakukannya. Apa kauterluka?”
“Tidak”
“Lalu bagaimana kau sanggup sampai pada sini?”
“Aku sedang tidur dan tiba-tiba saya hingga di sini”
“Jadi aku hanya bisa mengucapkan selamat tinggal yg belum sempat kuucapkandulu”
“Apa maksudmu? Apa kamu akan pulang lagi?”
“Aku, aku tidak ingin pergi. Tapi engkau harus jangan lupa kalau kamu punya kehidupannyata di duniamu”
“Apa maksud seluruh ini?”
“Aku semu, aku hanya bisa bertemu denganmu bila kamu pulang dari ragamu. Apakamu ingat lima tahun yang lalu saat pertama kita bertemu? Saat itu engkau sedangkoma lantaran kecelakaan. Selama tiga bulan kita beserta, hingga akhirnya akusadar bahwa keluargamu pasti sangat mencemaskanmu, mereka ingin engkau pulang.dan apa yg terjadi antara kita hanya sebagai sebuah mimpi bagimu”
“Jadi seluruh ini hanya…”
“Sstttt… Jangan pernah katakan hal itu. Maaf bila saya wajib pulang lagi, tapiaku akan selalu berusaha ada di dekatmu! Lantaran aku sayang kamu… Semoga kitabisa manunggal suatu saat nanti. Jangan pernah lupakan saya lagi”
“Jangan pergi… Vishal… Vishal..!!!”
.
.
Dan benar apa yg di katakan Vishal, ia hanya mimpi bagiku. Pagiitu saya terbangun berdasarkan tidurku, tapi aku bangun bukan dari bangku terasrumahku. Aku masih berada pada kamar madam Sabina. Aku masih tak percaya bila akumasih ada di global yg aneh ini. Aku ingin pulang. Aku percaya bahwa Vishalhanya mimpi. Tapi Madam Sabina, pertemuanku dengannya terasa konkret. Desa inipun sama misalnya desaku walau penduduknya tidak sinkron serta banyak peristiwa anehdalam hidupku.
.
.
Aku bangun menurut tempat tidurku. Aku mencoba ke luar tempat tinggal danbetapa terkejutnya saya melihat rumahku terdapat pada seberang jalan serta aku sekarangsedang terdapat di tempat tinggal Nenek Sarmi, Tapi nenek Sarmi merupakan perempuan yang misterius,dia seringkali menghilang hingga berbulan-bulan. Dalam kebigunganku datang-datang adayang menepuk bahuku menurut belakang, saya benar-benar kaget waktu aku melihat ibukusedang ada di sampingku.
“Ibu! Bagaimana ibu mampu hingga pada sini?”
“Bagaimana? Harusnya mak tanya bagaimana kamu bisa ketiduran di depan rumah?Untung ada tetangga baru kita yg ngelihat dan nolong kamu”
“Maksud Ibu apa?”
.
.
Sebelum sempat Ibu menjawab pertanyaanku saya terlonjak kagetmelihat Madam Sabina dan Vishal yg tiba-tiba terdapat di sampingku. Aku galau,seketika tubuhku lunglai serta aku kelenger. Entah apa yg terjadi saat akupingsan, tapi waktu aku terbangun saya telah ada di kamarku. Aku bangkit danberjalan menuju ventilasi kamarku. Di sana saya bisa melihat menggunakan jelas rumahnenek Sarmi. Aku masih tidak percaya menggunakan sederet peristiwa yang beberapa saattadi terjadi. Entah berapa jam saat terjadinya sederet insiden itu. Akuberjalan gontai menuju depan rumah untuk mencari ibuku. Tapi langkahku seketikaterhenti waktu aku melihat sosok itu lagi, ia adalah Madam Sabina serta Vishal. Merekasedang duduk bersama ibuku pada ruang tamu.
.
.
“Kamu telah bangun Put?”
“Iya Bu, Tapi mereka…”
“Oh iya, kenalkan ini Tante Sabina serta anaknya Vishal, mereka baru pindah menurut…hmmm… mereka tetangga baru kita Put”
Apa? Menurut mana mereka? Kenapa bunda tak menjelaskan dari mereka. Tapi apakah inisemua nyata. Aku mencoba memandang mereka berdua, serta tampak mereka tersenyumke arahku. Begitu juga Vishal yang seakan memberiku isyarat bahwa ia memangVishalku selama ini. Dia Vishal?!!! Dia konkret?!!! Heii Dia sahih-benarnyata…!!!
.
.
“Vishal?!!!”
“Iya, ini saya!!”
“Bagaimana engkau bisa…”
“Tentu saya sanggup, karena nenekku juga bisa melakukannya”
“Jadi…”
“Aku akan selalu bersamamu, seperti janjiku dulu. Lupakan Kahaaniku, karenakini aku terdapat dalam Kahaanimu”
.
.
Cerpen Karangan : Putri Wahyuni

Facebook Pengarang : facebook.com/putri.wahyuni.1671
E-mail : stargirlprincessw@gmail.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel