CERPEN PRAMUKA THE PIECES OF MEMORIES AURORA REZKI


BELAJAR PRAMUKA -
Dingin. Hawayang terasa pada lebih kurang tubuhku sangat dingin padahal matahari masih menunjukancahayanya.
“Hosh, hosh.” Ini sangat melelahkan, mengapa jalan ini terasasangatlah jauh bagiku.
Terlihat gerbang telah tertutup. “Untungnya ini bukan masalahbagiku,” segera saja kubalikan badanku dan kulangkahkan kakiku menuju kegerbang belakang sekolah. Kunaiki gerbang itu yang tingginya hanya lebih 2 incidariku.
.
.
“Hap,” oke berhasil misalnya biasadan sekarang aku wajib cepat masuk ke pada kelas. Entah angin apa yang membawakuke pada keberuntungan, pengajar yang sedang mengajar ternyata tidak terdapat di kelas.dan tentu saja kalian memahami apa yg dilakukan para murid waktu nir ada pengajar.anak-anak yang tadinya mempunyai fake diligent face akan berubah dalam sekejapdan mereka akan sibuk pada aktivitasnya masing-masing bahkan mereka bisa sajatidak menyadari bahwa ada murid yang telat.
Dan, owh see, i’m true
.
.
Aku masuk menggunakan santai ke pada kelas tanpa diperhatikan olehmereka dan duduk di bangku paling pojok depan, loka favoritku. Mungkin kalianakan berpikir aku adalah sesosok anak yg rajin, but you wrong, saya memilihtempat duduk di depan bukan karena saya ingin lebih memerhatikan guru ataupuningin lebih tahu pelajaran yg diberikan, melainkan saya ingin melihatseseorang. Sesorang yg membuatku bertanya-tanya dan entah mengapa saya inginmengenalnya lebih dalam.
.
.
Kupasang earphoneku buat mengurangi suara berisik dari dalamkelas. Dan mataku mulai terpejam beberapa saat.
Teett
Bunyi nyaring bel sekolah yg memekakan pendengaran membuatku terbangun. Kupasangmata ke seluruh ruangan kelas buat memastikan kondisi yg terjadi. Danterlihat anak-anak yang mengobrol menggunakan sesama gengnya tetapi ada pula yangmelangkahkan kakinya ke luar kelas buat mendapatkan kuliner mereka di kantin.
.
.
Lalu mataku tertuju terhadap seseorang anak berkaca mata yang dudukdi baris paling pojok yang berada di sisi lain menurut tempatku duduk, Joe, iamenatapku dengan sangat berfokus.
Melihat hal itu, aku pribadi mengoreksi diriku. Kuraba-raba bajuseragamku bila-jika terdapat yang galat menggunakan bajuku atau penampilanku. Tapitidak terdapat, seluruh kancing bajuku terkait, dasi yg kukenakan jua nir miring.tidak pula menemukannya, kulupakan semua itu.
.
.
Kuambil kaleng capuccino yangselalu kubawa dalam tas. Kutatap sejenak pintu yang terbuka melihatkan kondisidi luar kelas. Para anak didik yg berlalu lalang dan datang-tiba mataku terpaku olehseorang gadis yg berlalu.
Aku tertegun
“Yap dia” dengan sigap aku berdiri serta mulai mengikutinya.
Kuberjalan di belakangnya menatap punggungnya yang ramping denganrambut pirangnya sebahu.
“Seiraa” panggil seorang wanita yg sudah berdiri bersama duaorang perempuan lainnya yang kukira mereka adalah teman Seira, yah Seira yangdipanggil adalah wanita yg sedang kuikuti.
.
.
Seira pun menuju teman-temannya buat bergabung dan langsungmenuju kantin.
Karena sudah seringkali mengikutinya maka ku hafal menggunakan kebiasaanyang seira lakukan.
Aku memilih meja yang strategis supaya bisa melihatnya lebih kentara,walaupun tidak sampai terdengar pembicaraan mereka. Hanya saja terlihat denganjelas dari sini wajah Seira yg berseri-seri dan ceria yg membuatkumelihatnya menjadi hening. Mereka tampak senang sekali bahkan keliru satutemannya terdapat yang tertawa hingga terbahak-bahak, entah apa yang merekabicarakan. Tapi tidak berapa lama Seira bangkit berdasarkan tempat duduknya danmeninggalkan sahabat-temannya.
.
.
Aku pun dengan sigap sebagai stalkernya lagi secara pribadi. Akutidak peduli bila ada yg menatapku mengikuti seseorang gadis lantaran memangtidak akan terdapat yg memerhatikanku. Aku yang sudah terbiasa dengan sikaporang-orang yang nir peduli kepadaku.
Yeah, nir ada yg peduli padaku lagi ketika ini.
Bahkan keluargaku sudah pulang meninggalkan aku sendiri di dunia ini, dan akutidak ingin tinggal menggunakan paman atau bibiku karenanya akan menambah bebanmereka.
Mungkin tidak sempurna jika kukatakan tidak terdapat yg peduli padaku,tapi akulah yg menciptakan mereka supaya nir peduli terhadapku. Aku nir inginmerasa dikasihani serta saya juga tidak ingin membebani orang lain. Maka kubuatsemua orang menjauh menurut kehidupanku dan dengan begini saya dapat hayati dengansemauku.
.
.
Dahulu aku galat satu orang yg sangat patuh pada pada keluargaku.mereka akan dengan senang hati menaruh pekerjaan mereka kepadaku serta tentusaja dengan lapang dada kukerjakan sampai dimana mereka semua meninggalkanku saatada kebakaran yg menimpa rumah yg didiami saya dan keluargaku dan bodohnyahanya aku yang saat itu berada pada luar tempat tinggal lantaran sedang kerja kelompok.
Diriku mulai lelah, lelah karena kebahagiaanku direnggut. Semuayang berada di dekatku selalu kuperlakukan menggunakan baik. Tapi mengapa, mengapahanya aku yang ditinggal pada dunia yang penuh drama ini. Aku yg aktor protagonisdi sini ingin vakum dari semua drama ini. Kukeluarkan emosiku menggunakan menjauhiorang-orang di sekitarku serta mulai hidup bebas.
.
.
Sekian usang saya menjauh menurut orang-orang, tetapi sekarang aku bertemuseseorang, seorang wanita yang berjalan pada depanku ini, tanpa dia sadari iatelah menghipnotisku sampai sanggup mengikutinya misalnya sekarang ini.
Seira berbelok ke kiri ke pada kelas dan terlihat menuju kesebuah tas yg tergeletak pada atas meja. Ia membuka tas serta merogoh notekecil yang seperti diary kemudian ingin melangkahkan kakinya keluar kelas lagi.
Kupikir ini adalah termin yg baik buat pertama kali memulaipembicaraan karena beliau akan melihatku yang sedang berada di dekat pintukelasnya.
.
.
Dan saat dia ingin keluar
“Ngg..” ucap Seira sambil menatap ke.. Arahku tampaknya.
Baru saja ingin kubalas menggunakan melambai
“Hei, apa yang kau cari?” tanyanya.
“Ngg hmm..” saya baru saja ingin menjawabnya
“Aku mencari Dilan, dia dipanggil bu Riana pada ruang bk.” Kata seseorang pria yangada di belakangku.
“Owh, maaf nik aku tidak melihatnya, mungkin beliau masih di kantin. Kalau begituaku duluan ya” tersenyum kemudian melangkah menjauh.
Aku sedikit terperangah, kecewa, bagaimana bisa ia menghiraukanku,tidak lihatkah ia aku pada sini, apakah aku sejauh itu berdasarkan orang-orang sehinggatak layak buat diajak bicara.
.
.
Ha ha ha harusnya saya bahagia dengan hal ini, aku yang menginginkansemua ini. Tapi rasa sakit pada hati ini tak dapat membohongiku, saya yang memulaisemua ini maka akan kuselesaikan semuanya pula.
Dan kupastikan aku mengikutinya lagi dan akan bicara dengannyakali ini.
Kulangkahkan kaki menuju arah yang Seira lalui, lantaran Seira sudahmenghilang tidak terlihat. Kuedarkan pandanganku mencari-cari pada mana gadispirang itu berada, sambil sekali waktu melangkahkan kaki dengan pelan.
Dan, she’s there!
Di bangku taman belakang sekolah, sedang memegang buku diary dan mulaimenggoreskan kitab itu menggunakan pulpen yang sudah ia bawa. Dan..
Hey, tunggu
Ia mulai menangis, air matanya berjatuhan membasahi seragamnya. Ada apadengannya?
Melihat dia seperti itu hatiku terasa teriris-iris, tangankuterasa dingin, oh bung, tentu saja tanganku terasa dingin, aku masih memegangcappucino yang sedari tersebut kubawa serta belum sempat kuminum.
.
.
Ingin cita rasanya saya menghampirinya, kulangkahkan kakiku ke depandengan sangat perlahan serta aku hanya dapat berjalan sampai pohon yangmenghalangi langkahku. Kakiku seperti tidak bisa melaju lagi. Yang kulakukanhanya terdiam diri pada belakang pohon, menatapnya.
Hh kujatuhkan diriku berbalik supaya aku bisa bersender pada pohon,kubuka capuccinoku dan mulai meminumnya.
Meminum capuccino yang enak ditemani suara isakan tangis gadisyang kusukai.
Glek gleek kutaruh kaleng capuccinoku yg tampaknya masihtersisa setengahnya. Sudah muak ku dibuatnya. Kubangkitkan badanku lalumeninggalkannya.
.
.
Kubalik ke dalam kelas
Dan lagi-lagi Joe melihatku dengan serius, saya anggap itu biasaawalnya, tapi hingga aku duduk di loka dudukku beliau jua masih melihatku sampaisekarang.
Sebenarnya ada apa menggunakan anak ini?
Ingin sekali kuhampiri dia serta tonjok muka sok nya. Tetapikenyataannya aku hanya menghampiri beliau bahkan belum selesai saya menghampiriJoe. Tubuhnya malah terlihat gemetar dan keringat bercucuran lalu beliau lariterbirit-birit ke luar kelas.
Uwwh dia sangat menghinaku apakah mukaku seseram setan sampai ialari terbirit-birit?
Ku kembali ke tempat dudukku dan menarik nafas panjang.
“Hfft. Owh saya sangat tidak bersemangat.” Batinku. Tetapitiba-datang Seira berada di dekat pintu kelasku seperti mencari seorang dan yangkutahu niscaya bukan aku .
.
.
Dan benar saja, terdapat galat satu anak perempuan pada kelasku yangmenghampirinya, Setelah beberapa mnt mengobrol yg tidak kuketahuipembicaraannya. Kulihat raut paras Seira berubah pada sekejap menjadi panik.
Saat saya tidak ingin terlibat dalam perseteruan baru, aku mulaimembenamkan wajahku pada tangan yg telah kurengkuh.
GUBRAAK
Aku terkesiap, kulihat syarat anak-anak yg pribadi menghampiriarah suara dan terlihat seseorang gadis berambut pirang sebahu yg tengahdigendong sang beberapa anak.
Mataku hampir tak percaya. Seira. Seira pingsan. Dengan sigap akuberlari ke arah segerombolan anak yg tengah menggendong seira.
Aku hanya bisa melihatnya, tanpa dapat berbuat sesuatu untuknya.
.
.
Sekarang beliau terbaring lemah di rumah sakit. Ku hanya membisu takbergeming, menatapnya tak berguna, menunggunya hingga sadar.
Beberapa dtk berlalu
Ia terbangun dan lagi lagi meneteskan air mata. Kulihat ia berbicara kepadaorang yg sedari tadi menjaganya. Orang itu pun terlihat mengangguk tandasetuju.
Seira keluar menurut kamarnya tanpa menoleh ke arahku sedikitpun, ya,sama seperti ketika dia mengabaikanku pada sekolah.
Dan apakah beliau akan selalu seperti itu, mataku tampak sakitmenahan air mata dan sesak di dada.
Tapi entah kenapa
Bertubi tubi dia menciptakan lubang pada hatiku
Menusukkan pisaunya tepat pada hatiku
.
.
Aku permanen mengikutinya serta merasa memang itu yg harus kulakukan.
Dengan sigap ku lari layaknya orang yang tak karuan buat mengejardia, dia yang tidak pernah memerhatikanku, beliau yg sudah meninggalkanku, yangtak pernah menoleh barangkali sedetikpun kepadaku.
Seira memasuki mobilnya dan mulai melaju. Kubuntuti mobil tersebutdari belakang.
Mobil itu terhenti.
“Inikah tempatnya?” tanyaku pada hati.
Beribu-ribu Gundukan-gundukan tanah ia lewati sampai datang pada salahsatu gundukan yang terlihat masih gembur pertanda baru digali, kembang segar telahmenyebar menutupi gundukan, serta yang terpenting sebuah papan bersegi panjang.warna papannya yg putih sudah tergoreskan sebuah nama, Seth gamiruz,
Apa apaan ini
Apa ini lelucon
Ini sungguh nir lucu, batinku tak karuan
Keringat dingin pun bercucuran. Hawa pada sekelilingku terasa dinginpadahal surya masih menandakan cahayanya.
Buku diary yang masih terpegang sang seira ditaruh di atasgundukan tanah yg masih basah itu.
Tertiup angin, lembar per lbr mulai terbuka. Nampak tanggalserta tulisan-tulisan yg dibuatnya tercantum di dalamnya.
.
.
First met, dia selalu menungguku ketika istirahat bahkan ia yangmenemaniku saat ku sedang menghirup udara segar di taman belakang sekolah.
Second met, beliau masih jua menungguku. Tepat bel istirahatberbunyi. Dia akan selalu terdapat pada kantin menatapku. Di tangannya selaluterggenggam kaleng capuccino.
Third met, kali ini dia memberanikan diri dengan memberikankukaleng capuccino serta kumulai jatuh hati. Aku sangat senang buat itu dansekaligus murung karena aku wajib melakukan terapi nanti pada tempat tinggal sakit.
Fourth met, dia masih juga menungguku. Dan saya sangat senangkarena kini aku dan dia telah mulai saling melakukan percakapan.
Fift met, kita meminum capuccino pada belakang taman sekolah,kutanya mengapa dia acapkali meminum capuccino. Ia pribadi tertawa terbahak-bahak,ia bilang kehidupan kita misalnya capuccino lantaran kehidupannya merupakankepahitan dan ia bilang lantaran aku hadir dalam kehidupannya, kepahitan tersebutagak tertutupi dengan kehidupanku yg cantik.
.
.
Six met, waktu kami sudah bertemu di taman belakang sekolah. Akumengatakan bahwa diriku mulai menjauh menggunakan teman-temanku. Lalu beliau bertanyamengapa, serta kujawab entahlah. Dia terdiam beberapa ketika serta mulai membuatlelucon untuk menghiburku. Kupikir dia terdiam buat menciptakan lelucon.
Sevent met, beliau tidak berada di taman belakang sekolah kemudian kutungguia. Tiba-tiba dia datang menggunakan sedikit tergesa-gesa. Dia bilang beliau telat tersebut.dan dia punya trik agar bisa masuk yaitu dengan memanjat gerbang belakangsekolah. Aku bilang kepadanya jangan seperti itu. Tapi beliau berbicara saya harusmencobanya. Aku tertawa mendengar itu.
Eight met, beliau tidak berada pada taman belakang sekolah lagi, kutunggu dia. Untuk berapa mnt, aku masih memasang senyumku buat menyambutkedatangannya. Tetapi telah hampir setengah jam ia tak kunjung tiba. Bel akansegera berbunyi indikasi masuk.
.
.
Nine met, ia tidak berada pada sana lagi. Mungkin dia terlalu sibukpikirku atau beliau telat sekolah, atau jangan jangan ia meninggalkanku. Pikirankumulai tak karuan. Aku mulai meninggalkan taman dan melaju ke kelas dia. Kutanya temannya apakah seth masuk sekolah. Dan temannya mengatakan dia tidak masuksekolah. Aku tanya apa sebabnya beliau nir masuk. Temannya berkata tidak adakabar dari seth dan temannya bilang beliau akan beritahu esok apabila terdapat berita yangmasuk. Maka aku sangat menantikan hari esok.
Last met, waktu ingin ku pulang ke taman, teman-temanku memanggilku,aku menghampiri mereka dan mengikuti mereka ke kantin. Tetap saja tidakmemperbaiki moodku, aku pulang ke taman belakang. Aku menangis, menangisi dirikusendiri. Kenapa saya harus mengenal dia. Kenapa saya wajib jatuh hati padanya.kepalaku mulai pening, karena tangisanku yang telah mulai sebagai-jadi. Terciumaroma cappucino, yang membuatku teringat kepadanya, seth gamiruz, yg telahmembuat hidupku berwarna, yang selalu menungguku, yang selalu menghiburku danselalu ada untukku. Hari ini aku akan mengetahui dengan segera apa penyebabseth tak masuk sekolah serta tidak menemuiku.
.
.
Lembar-lembar diarynya masih terbolak-balik di tiup angin.
Seira tertunduk sembari menengadahkan tangannya, serta mulaiterdengar suaranya yang serak yang dikarenakan tangisannya tersebut.
“Aku tidak menyangka seth, kau pulang lebih dulu meninggalkanku.”terdengar isakannya sedikit.
Aku masih membisu tak percaya
“Tapi kau memahami, saya akan segera menyusulmu dikarenakan penyakitjantungku yg takkan bisa bertahan usang.”
Mulai kulihat tubuhku serta kau takkan percaya yang kulihat adalahseperti gas sitoplasma, sitoplasma yang inheren pada tubuhku bukan daging atautulang.
Ternyata karena ini, lantaran ini aku selalu tidak diperhatikan,lantaran ini beliau tidak pernah ingin berbicara kepadaku, lantaran tubuhku yang telahberubah sebagai sitoplasma.
“Kau jangan lupa saat kita mulai saling berbicara dan kau selalumembawakanku capuccino kesukaanmu. Dan kau harus tahu lagi, terkadang masihtercium aroma capuccino yang selalu kau bawakan untukku.” Terdengar helaanpanjang menurut Seira
.
.
“Segalanya sudah kau lakukan untukku. Kini kurelakan kau agartenang pada sana serta diary ini merupakan sebagai pengingat bahwa kau tak pernahmenyerah buat memperjuangkanku serta sekarang aku yg akan memperjuangkanmu.tunggulah.”
Sekarang ku tersadar kejadian hari ini adalah bagian bagianmemori yang masih terekam kentara pada pikiranku. Aku yg tidak bisamelupakannya akan selalu memikirkan seira walaupun tubuhku telah tidak nyatalagi.
Hawa dingin yg berada di lebih kurang tubuhku perlahan huma mulaiberganti sebagai panas, sitoplasma ini pun tak bisa menahannya seperti tertarikke atas dan seperti tak akan mampu balik lagi ke global yang penuh dengan dramaini.
2 tahun telah berlalu
Acara kelulusan akan diadakan
.
.
“Sekarang kalian akan menempuh ke pada bidang dunia kalianmasing-masing dan selamat pada siswa siswi yg lulus dalam ajaran tahun2016. Tidak lupa kita doakan para sahabat kita yang tidak bisa menyelesaikantugasnya sampai sine qua non pengulangan agar mereka mendapat pengetahuan yangbisa lebih bermanfaat untuk mereka. Dan juga nir lupa kita doakan siswasekaligus sahabat kalian Seth gamiruz dan siswi Seira bramawira semoga keduaarwah mereka diterima pada sisinya. Dan waktu ini kalian harus menghadapikenyataannya. Tidaklah mudah buat mencapai perjalanan sampai saat ini, semogabekal yang sudah kalian terima pada sma ini cukup buat nanti. Dan sekali lagiselamat pada kalian anak didik siswi yang lulus tahun ajaran 2016”.
“Yeeaay” sorak anak-anak.
“Selamat ya Joe akhirnya kita akan memilih jurusan kita” jabatsalah seorang anak pada Joe.
“Yo bro sama-sama. Congrats too yo” balas Joe sambil membalasjabat tangan temannya.
Joe menatap ke semua ruangan dan matanya terhenti, dan seulassenyuman terukir di wajahnya, pada meja yg terletak pada depan pojok nampakseorang lelaki sitoplasma sedang memegang tangan gadis cantik sitoplasmaberambut pirang pendek sebahu. Nampak wajah kedua orang tadi tulus danberseri-seri tanda bahagia.
.
.
Cerpen Karangan : Aurora Rezki

Blog Pengarang : aurorarezki.blogspot.com


Line Pengarang : @rarezam

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel