GADIS BUNGA LOTUS RADEN DENIS INDRAWAN CERPEN
Wednesday, January 9, 2019
Edit
Lembayung sore yangindah membuat bumi seakan bewarna jingga, bunyi burung seakan menambahkeindahannya.
Saat itu saya berumur tujuh tahun pada sebuah danau dekat rumahku.
aku berdiri sempurna di pinggir danau melihat pemandangan dimana pohon pohon besarberdiri menggunakan gagahnya, burung burung berkicau menggunakan bahagia dan ikan ikanbermain dengan senangnya dan bunga bunga lotus tampak indah menghiasi danau,aku duduk pada antara kebahagian alam melamun sambil memperhatikan sekeliling.
dari kejauhan tampak seseorang gadis kecil yang seumuran denganku sedang menatapdanau. Aku berdiri dengan perlahan serta coba mendekatinya beliau tersenyum saatmelihatku dia misalnya malaikat mini , hati ku berdebar waktu melihatnya seakanakan terjadi sesuatu di dalam hatiku tapi aku tidak tahu apa itu, waktu itu akubelum mengenal yg namanya cinta.
“engkau lihat apa?” tanyaku menggunakan gugup.
“bunga itu” beliau menunjukan jarinya pada bunga lotus yang ada di danau.
“engkau senang bunga itu?”
“iya” beliau tersenyum menatapku sementara waktu kemudian pulang memperhatikan bunga lotusitu.
Aku berjalanmendekati air danau menjulurkan tanganku merogoh satu bunga lotus, dia hanyadiam sembari memperhatikanku menggapai kesusahan menggambil bunga itu.
“ini buat engkau ” saya tersenyum menaruh bunga itu, tapi mimik paras gadis ituseperti menandakan sesuatu yang lain.
“kenapa kamu mengambilnya?” nada gadis itu sedikit tidak selaras.
“lantaran engkau suka bunga ini” wajahku meredup menjawab pertanyaannya.
“aku suka melihat bunga itu terdapat di sana pada tempatnya beserta tema-temanya, tapisekarang kamu malah merusaknya” gadis itu murka menatapku dengan tatapan benci.
Aku hanya tertunduk melihat gadis itu murka saya ingin menyampaikan maaf tapigadis itu pergi begitu saja meninggalkanku dangan bunga yg kupegang. Akupulang dangan rasa bersalah, aku hanya ingin memberinya bunga ini berharap diasenang tapi aku malah membuatnya marah bahkan aku pun belum tahu siapa namanya.
kusimpan bungan itu pada kaleng beserta mainan-mainanku yang rusak, saya tidakingin melihat bunga itu lagi, lantaran menggunakan melihatnya menciptakan rasa bersalahkusemakin besar , aku benci menggunakan bunga itu.
Sejak ketika ituhingga kini aku masuk smp, saya masih benci menggunakan bunga lotus entah kenapamungkin lantaran ketika itu saya menyayangi gadis itu, hingga saat ini aku tidakpernah bertemu dengan gadis bunga lotus itu entah bagaimana kabarnya serta sedangapa dia sekarang yang kentara dia cinta pertamaku, serta bunga lotus itu masihtersimpan pada kaleng hingga waktu ini.
Ini hari pertamakumasuk smp, hari pertama mengenal sahabat-teman baru selesainya merampungkan sekolahdasar, orang tuaku memasukanku pada smp partikelir yg relatif populer pada kota ini.aku bersiap buat berangkat sembari mengencangkan tali sepatuku.
Di sekolah aku bertemudengan berbagai macam orang, saya bisa mencicipi kebahagian mereka, karenadiriku pun sama bahagianya seperti mereka, aku senang karena aku sudah naiksatu tingkat saya bahagia lantaran aku sudah bukan anak-anak lagi yg memakaiseragam putih merah. Aku berjalan mengelilingi sekolah dengan sesekali melihatruangan-ruangan yang ada, aku berjalan menuju aula yg terletak pada depan ruangguru, belum sempat hingga pada aula langkahku terhenti karena bertabrakan denganseorang gadis, hatiku berdebar waktu melihatnya, seseorang gadis berwajah cantikberhidung mancung entah kapan sepertnya aku pernah bertemu dengannya tapidimana entahlah, kubuang jauh jauh pikiran itu.
“eh sory…” ujar ku menggunakan sangat menyesal telah menabraknya.
“gue yang sory ga merhatiin jalan” dia hanya tersenyum sembari menatapku.
Hatiku maasih berdebar, misalnya terdapat bom yg ditaman pada jantungku, bahkansaat dia pulang meninggalkanku sendiri pada aula, lamunanku seolah-olah bermaindalam pikiran ku entah apa yg terjadi dalam diriku waktu ini yg jelas saatini aku jadi bersemangat buat sekolah.
Sekolah telahberjalan 3 pekan lamanya tugas demi tugas datang silih berganti, tidakpernah satu tugas pun yg kulewatkan hampir setiap tugas kuselesaikan denganbaik, pagi saat tugas itu diberikan sang pengajar malam harinya langsung kukerjakanbegitu seterusnya, dan gadis yang kutabrak di aula hampir setiap hari akumelihatnya, terkadang kami saling senyum ketika berpapasan serta hatiku masih tetapberdebar saat melihatnya.
Jam menerangkan pukul14:00 bell pulang sekolah pun terlah di bunyikan, semua anak didik mulai memasukanbuku-buku yang tergeletak di mejanya masing masing begitu juga saya, seluruh muridnampak begitu semangat ketika pulang sekolah. Hari ini aku pulang agak terlambat,saya harus mencari bunga buat tugas biologiku.
Aku tau wajib kemanauntuk mencari bunga?, pikiranku tertuju dalam satu loka. Telah lama pula akutidak ke loka itu, tanpa berlama-lama saya eksklusif menuju tempat tujuanku,danau dekat tempat tinggal telah usang aku nir mengunjungi tempat ini mungkin terakhirkali aku mengunjungi loka ini ketika umurku tujuh tahun saat dimana saya sangatmerasa bersalah telah membuat seseorang gadis murka .
Sejenak ku tatapsekelililing danau tidak ada yg berubah ketika terakhir kali aku kesini, pohonpohon masih nampak terlihat gagah, serta burung burung masih nampak berkicaudengan bahagia, begitu pun ikan masih nampak bahagia bermain menggunakan temantemanya dan bunga itu masih nampak indah.
Tidak banyak bungayang terdapat pada danau ini hanya bunga bunga tulip, kembang sepatu, serta bungalotus, saya tidak berminat buat menentukan bunga lotus entah kenapa melihatnya punaku malas, mungkin lantaran kejadian beberapa tahun silam saya jadi nir menyukaibunga itu. Nampak menurut kejauhan seseorang gadis yg sedang berdiri pada samping danau,“sepertinya saya mengenali gadis itu” saya berjalan perlahan memastikan apakahaku mengenalinya, baru setengah jalan aku mendeketinya gadis itu menoleh kearahku sembari tersenyum.
“kamu? Sedang apa disini?” saya terkejut melihat gadis itu yg nir lainadalah gadis yg kutabrak pada aula waktu itu, jantungku berdetak dua kali lipatlebih kencang berdasarkan sebelumnya.
“kamu sendiri sedang apa disini?” gadis itu tersenyum melihat ku kebingungan.
“saya sedang mencari bunga buat tugas biologi ku” jawabku gugup.
“oya cari bunga apa?” ia mengernyitkan wajahnya sambil menatapku
“belum terpikirkan” jawab ku singkat “kamu sedang apa disini? Tambahku.
“setiap sore saya kesini melihat bunga bunga itu” dia menandakan jarinya ke arahbunga lotus itu.
“aku nir menyukai bunga itu” jawabku ketus.
Dia hanya mengerenyit kan wajahnya heran melihatku.
“oya kita tak jarang bertemu di sekolah akan tetapi saya tidak pernah tau namamu” akumencoba mengalihkan tatapan heranya dengan bertanya.
“namaku kinara, nama mu?” dia tersenyum melihatku membuat jantung seakanberhenti. Melihat senyumanya seakan melontarkanku pada masa lalu di manaseorang gadis meninggalkanku dengan memegang bunga lotus, mungkinkah gadis ini?Aku segera membuang jauh jauh pikiran itu.
“nama ku keenan” ujar ku membuyarkan lamunan.
“kau telah menemukan bunga yg kau cari?” ungkapnya menggunakan nada menyelidik.
“belum nir terdapat bunga yang cocok disini” tukasku.
“kau mampu menentukan bunga lotus itu” jawab beliau tanpa memalingkan wajahnya daribunga lotus itu.
“aku nir senang bunga itu” jawabku sinis.
“kenapa? Terdapat yg keliru menggunakan bunga itu?” kali ini beliau antusias denganjawabanku.
“tidak apa apa” jawabku masih sinis.
“aku suka dengan bunga lotus itu, bunga itu mampu tumbuh di air kotor sekalipunbahkan bisa membuat air kotor menjadi jernih” jawabnya tanpa menoleh ke arahku.
“saya membenci bunga itu, kami telah lama bermusuhan” jawab ku dengan nadasinis. Sebegitu ajaibkah bunga itu, tapi sayang saya terlanjur membencinya.
Gadis inimengingatkan ku dalam gadis bunga lotus itu, sekaligus mengingatkan padakejadian yg nir ingin ku ingat jangan lupa pulang, mungkin kini bunga lotusyang kusimpan pada kaleng beserta mainan-mainan ku itu sudah mengering dantidak karuan bentuk nya.
“kenapa kau membencinya?” jawabnya menggunakan tampang prihatin.
“waktu saya berumur tujuh tahun saya senang ke danau ini, saya suka melihat pemandangdanau ini serta dulu aku senang dengan bunga itu sama sepertimu, akan tetapi itu dulu”jawabku kemudian duduk di pinggir danau itu tanpa mengubah komitmenku, diamengikutiku duduk.
“lalu mengapa kau membencinya?” beliau bertanya tanpa memalingkan wajahnya daribunga lotus yang ada di depan kami.
“aku membencinya lantaran dia sudah membuatku menyakiti seseorang gadis, gadis itumenyukai bunga itu sama seperti kau, saya mengambil satu bunga itu serta hendak memberikanyatapi beliau malah marah dan pulang meninggalkanku, hingga saat ini masih ku simpanbunga lotus itu mungkin kini telah mengering pada kaleng” ceritaku. Diahanya termenung berkaca kaca melihat ku “mungkin beliau merupakan cinta pertamaku danaku belum sempat meminta maaf padanya bahkan belum memahami namnya, itu sebabnyaaku membenci bunga itu” tambahku sambil menghela nafas serta menatap bunga itudalam pada.
Air mata kinara punmerebak serta bergulir di pipinya, pelupuk matanya nir lagi bisa membendungair yang terus keluar. Sembari terisak-isak gadis itu menyampaikan “maafkan saya telahmarah padamu dulu, maaf kan saya tidak menerima bunga itu, setiap hari saya kedanau ini berharap bertemu denganmu buat meminta maaf akan tetapi kau nir pernahdatang” aku termenung menatapnya dengan mata berkaca-kaca hatiku pilumendengarnya.
“ternyata kau gadis bunga lotus itu, maafkan saya telah Mengganggu bunga itu, akuhanya ingin memberimu bunga itu” pelupuk mataku pun tidak mampu menahan airyang keluar terus menerus tangisku pun pecah.
Sejak peristiwa ituaku nir lagi membenci bunga lotus, aku berterimaksih poly pada bunga itukarena dia, aku menemukan gadis yg selama ini saya cari, kami menjalinhubangan sejak waktu itu sampai sekarang kami telah memiliki 2 anak dan hidupbahagia bagai bunga lotus.
CerpenKarangan : Raden Denis Indrawan
BlogPengarang : //radendenisindrawan.blogspot.com/
Baca Juga Cerpen keren lainnya :
> I Have No Reason - Ifarifah
> Mata Abu Abu - P. Sandra D
> The Evil That I Love You - Yuunagi Kuzuya
> I Have No Reason - Ifarifah
> Mata Abu Abu - P. Sandra D
> The Evil That I Love You - Yuunagi Kuzuya