I HAVE NO REASON IFARIFAH CERPEN
Wednesday, January 9, 2019
Edit
Dan senyuman mini tercetak di bibirku. Senyumantulus yang tidak kusadari sebelumnya.
“Tepati janjimu!” Tagih gadis itu.
“Janji?” Tanyaku.
Gadis itu menghela napas kesal. “Apa misalnya itu seorang kekasih?” Balasnyadengan ekspresi kecewa. Tapi ekspresi itu sama sekali nir membuatku takutatau menyesal. Justru membuat bibirku semakin tertarik ke atas.
“Kekasih?” Tanyaku lagi
Tiba-datang sebuah pukulan pelan mendarat di lenganku. “Berhentilahbermain-main!” Ucapnya kesal
“Main-main?”
“Aku sanggup gila!” Jawab gadis itu sembari berjalan mendahuluiku.
Aku hanya bisa tersenyum mini melihat kelakuannya. Mengapa gadis itu sangatmenggemaskan? Mengapa gadis itu terlihat sangat lucu menggunakan banyak sekali ekspresiyang menghiasi wajahnya? Pelet apa yang digunakan olehnya? Damn, akubenar-sahih kecanduan!
“Baiklah, apa yang kau inginkan?” Tanyaku ketika berhasil menyamai langkahnya.gadis itu tidak menggubrisku, ia terus berjalan. “Hei, apa yg kau inginkan?”Ulangku sembari berusaha berada di sampingnya. Tapi di luar dugaan beliau justrumempercepat langkahnya serta berjalan beberapa meter pada depanku.
“Ice cream sepertinya sangat lezat ” Godaku sambil berusaha menyusul. Namuntidak ada perubahan reaksi yang ditunjukan. “Hei, tunggu!” Cegahku sambilmengenggam pergelangan tangannya.
“Kau wajib mentraktirku ice cream sampai kedai itu tutup!” Kata-istilah yangterlontar berdasarkan mulutnya.
“Selama itu?” Tanyaku ragu
“Ya!” Jawabnya mantap dengan mata berbinar
Mata itu sangat indah. Manik hitamnya seperti menari-nari memancarkan sesuatuyang tidak dapat kudeskripsikan. Kutatap semakin pada, misalnya ingin menelusurihal apa yg menciptakan mata itu terlihat sangat latif. Aku sendiri tidak mengerti,mengapa sosok di hadapanku ini terlihat sangat rupawan di mataku? Apa yangmembuat semua tingkahnya dapat terekam menggunakan manis di otakku? Apa yangsebenarnya terjadi? Dia membuatku seolah-olah saya orang terbodoh di dunia ini.
“Kenapa?” Tanyanya galau melihat ekspresiku yg mungkin sulit terbacaolehnya. “Apa kau keberatan?”
“Bodoh, bagaimana mungkin aku keberatan” Jawabku
“Benarkah?”
Tanpa mengucapkan satu katapun, kudekap gadis itu dalam pelukan. Kubenamkanwajahku ke rambut hitamnya. Tangan mungil itu membalas pelukanku. Aku merasakansesuatu yg tidak sinkron, sesuatu yg baru kurasakan belakangan ini. Detak jantungyang tidak terkontrol, entah itu milikku atau miliknya.
“Good Job!!!” Teriak seorang sembari bertepuk tangan.
Dan dalam hitungan dtk gadis itu menguraikan pelukannya. Beberapa orangmendekati kami. Salah seseorang berdasarkan mereka mengulurkan sebuah botol mineralkepadaku. Kemudian seorang lainnya merapikan rambutku yang sedikit berantakankarena sapuan angin.
“Bagus! Chemistry kalian paripurna” Komentar yg datang-datang terlontar
“Ayo, lanjut ke scene berikutnya!” Teriak sutradara yang duduk di belakangmonitor tak jauh menurut tempatku berdiri.
Aku menghela napas perlahan. Ya, saatnya pulang ke dunia sesungguhnya.
—
“Hariini cukup. Ingat, besok kalian semua wajib datang pada lokasi sempurna waktu!” Ucapsutradara sembari mengemasi barang bawaannya.
“Siap Pak!” Jawab serempak beberapa kru.
“Dimana Alena?” Tanya keliru seorang kameramen.
“Mungkin pulang, beliau terlihat sangat lelah hari ini” Jawab galat satu kru.
“Hari ini memang melelahkan” Tambahku. Ya, walaupun lelah tapi semakin ke siniaku semakin menikmatinya.
“Siap Pak!” Jawab serempak beberapa kru.
“Dimana Alena?” Tanya keliru seorang kameramen.
“Mungkin pulang, beliau terlihat sangat lelah hari ini” Jawab galat satu kru.
“Hari ini memang melelahkan” Tambahku. Ya, walaupun lelah tapi semakin ke siniaku semakin menikmatinya.
Penggarapan film ini hampir sama dengan beberapa film yg sudah kubintangisebelumnya. Setelah menandatangani kontrak, kami mulai syuting pada berbagailokasi. Film ini bergenre romantic comedy yang menurutku relatif menarik danmengocak perut. Menjadi pemeran utama pada sebuah film romantis bukan hal yangasing bagiku. Tentunya menggunakan aneka macam versus main, membuatku semakinprofesional dalam memerankan sebuah karakter.
Dalam film ini saya diberi kesempatan beradu akting menggunakan AlenaSoraya Putri. Sebelumnya kami pernah bertemu dalam banyak sekali acara akan tetapi kamihanya saling tahu, nir saling mengenal. Awalnya aku merasa canggung untukberakting mesra dengannya sehingga kami wajib mengulangi beberapa kali agarmendapat hasil yang aporisma. Tapi tentu saja bukan Rion namanya jika tidakdapat menghilangkan rasa canggung tadi. Rasa canggung bukan kasus besaruntukku. Terbukti hanya dalam beberapa hari saja saya sudah mulai profesionaldan tampaknya gadis itu jua melakukan hal yg sama.
Beberapabulan berakting sebagai sepasang kekasih, saya merasakan terdapat sesuatu yangberbeda. Tapi kutekan dalam-dalam rasa itu karena saya sendiri juga tak mengertiapa yang kurasakan. Hubungan kami semakin dekat, tidak hanya pada dalam film.alena memang gadis yang menyenangkan. Tentu bukan saya saja yang beranggapanseperti itu, semua pemain serta kru pula mengakui keceriaan gadis itu.
Namun sayang, film ini hampir rampung serta diperkirakan sekitar 3 hari lagi.
Namun sayang, film ini hampir rampung serta diperkirakan sekitar 3 hari lagi.
Time goes so fast. Aku sudah terbiasa dengan kehadirannya, tawanyadan tatapan matanya yang masih membingungkanku sampai waktu ini. Chemistry yangseharusnya aku ciptakan waktu berakting justru berkelanjutan sampai ke duniasesungguhnya. Kekaguman seseorang David –tokoh yang kuperankan- kepada Hanna–tokoh yg diperankan Alena- jua mengantarkan kekaguman seseorang Rion kepadaAlena.
Jujur,hingga saat ini aku sama sekali nir mengerti menggunakan apa yang kurasakan. Apahanya kagum atau lebih menurut itu? Aku sangat menikmati adegan-adegan bersamanyadan jauh di dalam diriku berharap supaya adegan itu sahih-sahih konkret. Apa akugila? Tetapi aku sendiri juga galau, mengapa aku mampu tertarik menggunakan gadis itu?Lantaran beliau anggun? Tentu bukan alasan klise semacam itu yang membuatkutertarik. Karena sebagai seorang entertain duniaku dilingkupi sang banyakwanita dengan kecantikan yg sempurna jadi aku sangat yakin kecantikan bukansalah satu karena.
Namun rasa ini sahih-benar misalnya tidak dapat kukendalikan. Sekarang saya sadarakting bukan hal yg mudah, apalagi berakting buat bersikap biasa saja didepan gadis itu. Apa aku wajib mengungkapkannya? Tapi pada lain sisi ada rasatakut yg menyelimutiku. Rasa takut nir mampu bertindak misalnya teman padaumumnya karena canggung akan merampas kenyamanan pada antara kami. Canggung disini tentu saja bukan rasa canggung seperti di awal tapi canggung yangbenar-benar membunuh. I really hate that feeling!
—
“Akumencintaimu”
“Aku pula mencintaimu”
Hening. Tatapan matanya memancarkan keseriusan. Aku tenggelam dalamketerpakuanku sendiri. Jantungku berdetak sangat cepat. Gadis ini. Seandainyagadis pada hadapanku ini benar-benar Lena.
“Cut!!!”
Teriakan itu membuyarkan semuanya.
“Apa yg kau lakukan? Mengapa kau hanya diam?” Tanya sutradara
“Maaf” Jawabku sembari meraih kertas skenario. Aku bersikap seolah-olah lupadengan dialog yg akan ku ucapkan. Mataku menatap kertas penuh goresan pena itudengan pikiran menerawang. Apa yg baru saja kulakukan? Fokus Rion!
“1..2… Let’s go!”
“Aku mencintaimu”
“Aku pula mencintaimu”
“Will you marry me?”
“Yes, I wiil” Gadis itu menjawab sembari loncat memelukku. Kubalas pelukan itulebih pada.
“Aku pula mencintaimu”
Hening. Tatapan matanya memancarkan keseriusan. Aku tenggelam dalamketerpakuanku sendiri. Jantungku berdetak sangat cepat. Gadis ini. Seandainyagadis pada hadapanku ini benar-benar Lena.
“Cut!!!”
Teriakan itu membuyarkan semuanya.
“Apa yg kau lakukan? Mengapa kau hanya diam?” Tanya sutradara
“Maaf” Jawabku sembari meraih kertas skenario. Aku bersikap seolah-olah lupadengan dialog yg akan ku ucapkan. Mataku menatap kertas penuh goresan pena itudengan pikiran menerawang. Apa yg baru saja kulakukan? Fokus Rion!
“1..2… Let’s go!”
“Aku mencintaimu”
“Aku pula mencintaimu”
“Will you marry me?”
“Yes, I wiil” Gadis itu menjawab sembari loncat memelukku. Kubalas pelukan itulebih pada.
—
Benarkata orang, menghapus sebuah perasaan tidak semudah membalik telapak tangan.bahkan aku lebih memilih dihajar sang sekelompok partikelir daripada harusmerasakan perasaan absurd ini. Perasaan janggal yg sangat merusak danmungkin secara perlahan akan membunuhku. Oh tidak, apa yang baru saja ku katakan?Ini seluruh sangat nir lumrah.
Subscribe Channel YouTube BELAJAR PRAMUKA!
Sudahsekitar 6 bulan saya tidak bertemu menggunakan Lena. Setelah penggarapan film dansesi promosi sudah usai, saya tidak pernah bertemu dengannya lagi. Mungkinfaktor kesibukan yang sangat lekat menggunakan kami berdua. Namun nir pedulibetapa sibuknya diriku, bayang-bayangnya masih terlihat jelas di mataku. Adarasa menyesal lantaran tak pernah punya keberanian buat membicarakan hal yangsebenarnya kurasakan.
‘Bangun Rion! Kau bukan remaja labil yang wajib pusing hanya karena seoranggadis!’ Batinku kesal
Mobilyang kutumpangi berhenti sempurna di depan sebuah gedung. Setelah membereskanbeberapa barang yang wajib kubawa, saya pun turun berdasarkan kendaraan beroda empat. Aku meliriksekilas ke arah Pram –manager sekaligus sahabatku-, aku masih sedikit kesaldengannya. Kalau bukan lantaran beliau yang tiba-tiba menyetujui jadwal talkshow inipasti sekarang aku sedang bersantai menikmati dtk jam yg berjalan.
“Sudahlah jangan memandangku seperti itu, apa boleh buat? Kita telah menyetujuiuntuk mengisi talkshow ini” Ucap Pram
“Kita? Kau yang menyetujuinya. Lebih baik kau saja yang sebagai bintang tamu”Jawabku
“Yakin? Kau akan menyesal nantinya”
“Aku telah menyesal ketika ini”
Lelaki itu tertawa. “Sudahlah, yuk masuk! Lagian talkshow ini mempunyai ratingcukup tinggi jadi sayang buat dilewatkan”
Aku memasuki gedung itu tanpa menghiraukan ucapan Pram. Tapi lelaki itubersikap misalnya tidak melakukan kesalahan apapun, dengan santai beliau berjalandisampingku.
“Masuklah, kau adalah bintang tamu pertama” ucap Pram sambil mendorongku pelan
Benar, baru beberapa langkah saja datang-datang namaku dipanggil sang host. “Inibintang tamu spesial kita, Rion Dewanggara!”
Dengan senyum sumringah aku berjalan mendekati host tersebut. Setelahbersalaman, aku pun merogoh duduk pada sofa yang telah disediakan.
“Bagaimana kabarmu?” Tanya host membuka dialog.
“Seperti yang bisa dicermati, baik”
“Aku dengar kau sedang sibuk membintangi sebuah video clip?”
“Ya itu sahih”
“Oh ya, jika mendengar namamu pasti mengingatkanku pada film yg beberapabulan lalu menerima respons luar biasa dari rakyat khususnya remaja.bagaimana pendapatmu?”
Deg. Aku sanggup menebak kemana arah pertanyaan host ini.
“Awalnya saya berpikir film itu relatif unik lantaran tidak misalnya film romantispada umumnya, di film tersebut di bumbui unsur comedy sebagai akibatnya nir terkesanmonoton”
“Ya kau benar, saat menontonnya benar-benar membuatku terus tertawa akan tetapi adajuga adegan yang membuatku tersentuh, benar-benar pada dosis yg pas.skillmu dalam berakting sangat patut diacungi jempol”
Aku hanya membalasnya menggunakan senyuman.
“Bagaimana perasaanmu ketika beradu akting menggunakan Alena?” Tanyanya tanpa rasaberdosa sedikitpun.
Aku menghela napas perlahan.
“Alena orang yg menyenangkan sehingga kami dapat dengan gampang menciptakanchemistry dan terdapat rasa bangga tersendiri karena sanggup beradu akting dengannya”Jawabku. Betapa pintarnya aku menyembunyikan semuanya? Tak salah host itumemujiku, bukan?
“Ok, tapi nir lengkap apabila kita tidak mengundang versus mainmu itu, AlenaSoraya Putri!” Ucap host ini menggunakan nada misalnya memanggil
Dan sahih saja, datang-datang seorang gadis berjalan mendekati kami. Napaskutercekat. Gadis itu tidak berubah. Ingin cita rasanya saya berlari mendekat danmemeluknya erat. Dia tersenyum serta merogoh duduk tepat di sebelahku.bagaimana mampu beliau tersenyum menggunakan mudahnya sedangkan aku di sini sepertihampir tewas menunda rindu?
“Hai Alena, bagaimana kabarmu? Dan apa kesibukanmu belakangan ini?”
“Baik, kini saya sedang sibuk menyiapkan skripsi” Jawab gadis itu dengantidak mengurangi sedikitpun senyuman di bibirnya.
Oh God, bisakah Kau menyuruhnya berhenti tersenyum? Senyuman itu sangat menyitaperhatianku. Mataku nir mau berpaling buat tidak memandangnya.
“Skripsi? Pasti itu relatif berat mengingat kesibukanmu yg sangat padat”Komentar host “Oh ya, film kalian menerima perhatian baik menurut masyarakat,bagaimana perasaanmu ketika beradu akting menggunakan Rion?”
“Menyenangkan, daya tangkapnya sangat cepat sebagai akibatnya beliau tak jarang mengajarikuketika saya dalam kesulitan”
Aku tersenyum mendengar ucapannya.
“Bagaimana hubungan kalian sekarang?”
Sh*t! Bagaimana mampu terdapat host seperti ini?
“Hubungan kami biasa saja walaupun kami jarang bertemu belakangan ini tapitentu saja hal itu tidak merusak interaksi pertemanan kami” Jawab Alena.
“Kalau begitu apakah kalian memiliki kesan mendalam menurut syuting filmtersebut? Karena poly sekali adegan mesra yg kalian lakukan?”
“Kesan mendalam?” Tanya Alena gundah sembari memandangku.
Aku menghela napas sejenak. “Ya, saya mempunyai kesan mendalam berdasarkan beberapaadegan tersebut”
Sontak seluruh terkejut termasuk gadis pada sampingku itu.
“Wah, kesan misalnya apa?” Host itu terlihat sangat excited.
Aku terdiam. Apa yang baru saja kukatakan? Tapi dalam diriku seperti adadorongan akbar buat menyampaikan semuanya. Ada apa denganku? Tapi logikakusepertinya sudah nir berfungsi. Kulirik sekilas Pram yg duduk pada bangkupenonton. Lelaki itu tersenyum dan mengangguk pelan seperti sanggup membacapikiranku. Respon Pram menciptakan kepercayaan diriku semakin bertambah.
“Kesan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya, kesan yang masih terasa hinggasaat ini” Jawabku tanpa berpikir panjang. Aku nir peduli info apa yg akantersebar, saya nir peduli segerombolan wartawan yang akan mengerubungikunantinya. Aku tidak peduli semua itu.
“Apa maksudmu?” Alena mengerutkan keningnya.
“Wajahmu, senyummu dan tatapan matamu misalnya narkoba bagiku”
“Akting apa yang sedang kau lakukan hah?” Tanya gadis itu kesal
“Apa aku terlihat misalnya berakting?”
“Rion, mampu kau jelaskan maksud ucapanmu barusan?” Tanya host berusahamenengahi.
“Jujur, aku mencicipi sesuatu yg berbeda waktu beradu akting dengan Alena. Akusangat menikmati setiap lebih jelasnya adegan yg kami lakukan bahkan bukan hanyasekedar sebagai lawan main” Kuhembuskan napas perlahan “Aku ingin lebih dekatdenganmu, lebih dari seorang teman” Tambahku sambil beralih menatapnya.
“Apa kau gila? Talkshow ini live serta ditonton poly orang” Balas Alena sepertiberharap aku sadar dan meratapi ucapanku.
“Mungkin saya memang gila, saya berpikir ini merupakan saat yg sempurna. Aku takuttidak bisa bertemu denganmu lagi karena kesibukan akan membuat jarak pada antarakita semakin jauh”
“Rion” Panggilnya pelan
Sepertinya host program talkshow ini kehabisan istilah-kata melihatku. Tapi tentusaja tak kuhiraukan. Hanya gadis ini yg kuhiraukan. Gadis yang telah merampasakal sehatku..
“Apa kau mau memberiku kesempatan?” Tanyaku dengan hati-hati
“Aku akan menjawab setelah acara ini selesai”
“Aku tidak bisa menunggu, Lena”
Gadis itu terdiam.
“Lena?”
“Tidak ada salahnya memberimu kesempatan” Jawabnya
“Kau berfokus?”
“Ya”
Refleks aku memeluknya. Entah cupid mana yang telah merasukiku. Satu namatiba-datang terlintas di otakku. Pram. Manager gila itu yg merencanakan semuaini. Aku sangat berutang budi padanya.
Tepuk tangan terdengar. “Wah taklshow-ku ini sangat berperan penting bagikalian” Ucap host sambil berdiri berdasarkan duduknya
“Kau menjawab seperti itu bukan lantaran program ini live kan?” Tanyaku memastikan
“Tentu saja…” Jawabnya
“Maksudmu? “
“Tentu saja nir. Aku pula merasakan apa yang kau rasakan” Ucapnya dengantersenyum.
Cerpen Karangan : Ifarifah
Blog Pengarang : www.ifarifah.blogspot.com
Subscribe Channel YouTube BELAJAR PRAMUKA!