TRAGEDI SALAH SAMBUNG BEE ARTI CERPEN


BELAJAR PRAMUKA - Drrr… Drrr…
Getar HP di saku celanaku mengagetkanku yg sedang serius mengikuti meeting pagi ini, saya mengabaikannya karenanya paling hanya notifikasi sebuah pesan masuk.

Aku memang type orang yang tidak senang menggunakan nada dering baik dalam pesan atau telepon, selalu getar yg aku aktifkan supaya tidak menggangu ketika bekerja. Aku kembali mengamati bosku yang sedang semangat 45 menjelaskan projek pekerjaan kami yg baru.
Drrr… Drrr… getar pulang berdasarkan saku celanaku, aku masih abaikan.
Drrr… Drrr…
Drrr… Drrr…
Drrr… Drrr…
Haiss… asli getar itu mulai menggangguku, menjadi cowok ini terasa begitu menggelitik pada pahaku (you know what I mean lah), perlahan aku ambil Hpku dari sakuku serta aku intip membisu-diam supaya tidak mencurigakan bosku. Ada 5 sms yang masuk, seluruh dari nomer yg sama, nomer yg nir kukenal.

“Awan hari ini mengingatkanku ke kamu,”
“Awan”
“Kamu”
“Aku”
“Masih mungkinkah menjadi kita?”

Entah orang mana ini yg sepagi ini telah gila. Sudah 2 minggu ini saya mendapat sms aneh-aneh misalnya ini menurut angka yg nir aku kenal, hampir setiap hari saya niscaya mendapat sedikitnya 2 sms setiap harinya, isinya hanya-hanya istilah singkat seperti itu. Aku biarkan lantaran menganggap itu hanya sms iseng keliru sambung atau aku sedang dikerjain temenku. Cuma asli, ini mulai menggangguku. Aku berencana membalasnya nanti pas istirahat makan siang.

Dan ketika makan siang, aku membalas singkat sms aneh itu.
“Siapa ya ini?”
Lama nir ada balasan, hingga saya selesai makan siangpun nir terdapat sms masuk ke HPku. Dasar, orang gila! Gerutuku kesal.

Aku merebahkan badanku di tempat tidurku, Ahhh… Akhirnya sanggup selonjoran setelah seharian berada pada luar tempat kerja mengecek pekerjaan di lapangan. Drrr… Drrr… Hpku bergetar.
“Aku benci malam” sms gila itu kembali masuk. Rasa isengku timbul. Orang ini tampak seperti sedang kehilangan seorang, rasa penasaranku pun timbul.
“Kenapa? Malam disini Indah kok,”
“Malammu telah bukan malamku,” aku makin penasaran menggunakan bahasa orang aneh ini.
“Masih mungkin,” balasku singkat, aku coba mengikuti bahasa orang itu yang sedikit sok misterius.
“Boleh kenalan?,” Insting isengku sebagai cowok timbul, ya kali aja ternyata cewek anggun. Namanya juga bisnis.
“Kenapa harus kenal?,” balasnya
“Lantaran kamu sudah mengganggu hariku,” Hahayyy… saya mulai keluarkan jurusku. Dua tahun menjomblo wajar jika aku mulai bertanya-tanya menggunakan sosok pengirim pesan misterius ini dan siapa tahu Tuhan sedang membukakan jalanku bertemu menggunakan jodohku, saya nyengir sendiri menggunakan imajinasiku itu.
“Maaf telah mengganggumu, saya berhenti disini,”

Rasa bertanya-tanya membuatku mencoba menelepon nomer orang itu, 3 kali saya mencoba akan tetapi beliau nir mengangkat telepon dariku. Sial… aku dikacangin. Aku pun putuskan buat tidur dengan perasaan kesal.

Esoknya HP ku sepi, nir terdapat pesan aneh yg masuk. Hari ke 2, ketiga sampai seminggu lebih orang itu berhenti mengirim sms lagi. Ada sedikit rasa ingin tahu kenapa dia berhenti mengirim pesan ke aku , saya sudah mulai terbiasa dengan adanya sms aneh itu serta ketika nir ada lagi sms yg masuk darinya, aku mulai merasa seperti terdapat yang kurang pada hari-hariku. Ahhh… mungkin telah kembali waras tuh orang, pikirku. Sejenak saya merasa udik telah memikirnya.

Dua bulan berlalu, isu terkini berganti. Cuaca hujan yg tidak diprediksi mulai mengisi hari. Seperti hari ini Aku terpaksa berteduh di halte, aku nir membawa jas hujan lantaran cuaca pagi tersebut begitu cerah. Ya… today is my blue day, di kantor sedang poly kasus dengan proyek saya tangani, begitu banyak komplainan yg aku terima hari ini, ditambah warta bahwa bunda pada kampung mendadak sakit, saya harus mengirimkan uang segera buat porto rumah sakit, sedang sekarang masih tanggung bulan, Hhh… nasib karyawan rendahan. Tiba-datang, HPku bergetar, membuyarkan lamunanku.

“Hari ini hujan turun, apa kamu jua melihatnya,” sms menurut nomer aneh itu tiba lagi. Dimana sebenarnya orang ini berada, kok bisa sama-sama sedang hujan. Penasaranku yg tertunda ketika itu ada kembali.
“Ya, saya sedang melihat serta merasakannya, Hujan yang penuh keresahan,” balasku.
“Ulurkan tanganmu serta sentuhlah hujan itu, itu yg biasa kita lakukan dulu buat menenangkan diri, bukan?,”
Wuihh… kok pas banget nih orang membaca suasana hatiku. Aku membalasnya.
“Kamu bukan aku ,”
“Cobalah…,” balasnya.
Aku menutup HPku dan memasukannya ke dalam sakuku. Aku pandangi air hujan yg menetes deras melalui atap halte, jatuh bercipratan tentang sepatuku. Perlahan saya ulurkan tangan kananku ke depan, aku merasakan air hujan menitik pada tanganku, lama saya mengamati percikan airnya, udara dingin tapi aku mencicipi sedikit kehangatan serta merasa memiliki sahabat, ya… setidaknya saya tidak sendirian, ada air hujan kali ini yang menjadi temanku.

Malam itu, sesampainya pada rumah, aku mengirim sms ke nomor itu sambil menanti kantukku tiba.
“Semoga tidurmu tidurku nyenyak kali ini,” 10 menit tidak ada balasan.
“Setidaknya beritahu namamu,” tanyaku
“Namaku Dian” balasnya singkat.
Aku tersenyum membacanya, Dian… entah kenapa pada kepalaku eksklusif terlintas sosok cantik Dian Sastrowardoyo.

Hari berikutnya, aku semangat berkirim pesan ke Dia, bertanya beliau orang mana? Apa kita kenal sebelumnya? Tahu dari mana no handphoneku? Apa penyebab beliau selalu mengirim pesan aneh ke saya? Dan bla… bla… bla… Masih banyak segudang pertanyaan lain. Ada sedikit pengharapanku bahwa beliau mungkin memang orang kiriman dari Tuhan untukku, akan tetapi dari sekian smsku, dia hanya membalasnya sekali.
“Aku tinggal pada Bandung, setahun lalu aku kehilangan seseorang, nomormu persis nomornya, nomor yang telah usang tidak aktif, ternyata sekarang nomor itu sudah jadi nomormu. Mengirim sms ke nomor kamu sebagai obat rindu buatku, maafkan”
“Mulai hari ini engkau boleh bebas mengirim sms ke saya kapanpun, aku gak akan bertanya banyak,” tulisku.

Hari-hari berikutnya, kami sesekali masih berkirim pesan dan masih menggunakan bahasa-bahasa yg bukan pada biasanya. Kami tidak pernah bertanya keterangan atau basa basi sejenisnya, kami masih bicara mengenai Malam, Angin, Hujan atau lainnya, bahkan dia tidak pernah bertanya siapa aku ? Siapa namaku? Tinggal dimana saya? Dan tidak ada niatan juga untuk saling menelepon buat mengetahui lebih jauh tentang satu sama lain biarpun aku begitu bertanya-tanya dengan sosoknya, tapi saya merasa tidak masalah, lantaran komunikasi kami ini lah yg membuat saya merasa tidak sinkron.

Hingga pada suatu hari, aku ditugaskan ke Bandung buat meninjau proyek yang sedang kantorku tangani, mendengar nama loka itu eksklusif ingatanku tertuju pada Dian. Aku mantapkan diri buat menemuinya.
“Kenal menggunakan Bandung?,” saya mengawali smsku
“Ya… Itu tempat dimana aku berpijak sekarang,” balas Dian.
“Besok saya jua akan berpijak disana, mau ketemu?,” Pancingku.
“Hahahaa… Aku pernah bilang, jangan pernah bertanya-tanya denganku,”
Aku tersenyum membaca tawanya pada sms,” Sudah kucegah, akan tetapi permanen ada penasaran itu,”
“Nama engkau siapa sih?,” balasnya. Akhirnya beliau menanyakan namaku juga, itu menandakan beliau penasaran jua ke aku .
“Kiki…,” aku membalas pesannya segera.
“Hmm.. Oke, Mari kita coba ketemu,”
Yess… aku kegirangan pada hati.


Hari itu, Aku bergegas mengendarai mobilku menuju sebuah Cafe di Bandung selesainya seluruh pekerjaanku kelar. Ya… hari itu kami sudah berencana bertemu. Aku merapikan rambutku yg telah ditata menggunakan pomade sedemikian rupa sebelum turun. Dian sms bahwa beliau sudah menunggu pada Café. Aku sedikit gugup.
Aku memasuki café dan menengok sekeliling pengunjung yg terdapat. Aku mengirim sms.
“Kamu duduk dimana? Pakai baju apa?,”
“Aku di deket ventilasi, pakai baju hitam, telah dimana engkau ?,” Dian membalas smsku. Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar ventilasi, terdapat beberapa pengunjung cewek dan cowok yang berbaju hitam. Aku menelopon nomer Handphone Dian buat segera memastikan. Aku perhatikan siapa yg sedang mengangkat telepon, tapi terdapat dua atau tiga orang yang sedang mengangkat handphonenya. Dan terdengar sebuah bunyi mengangkat teleponku.
“Halo..,”
DEG!!! Aku kaget mendengar bunyi itu. Mataku eksklusif tertuju pada seseorang disana, menggunakan gemetar saya mendekat ke arah tempat duduk itu.
“Dian?,” Panggilku ragu.
Orang yang aku panggil itu menengok ke arahku, serta dia pun tidak kalah terbelalak.
“Kiki??!,”
Kami saling pandang dengan terkejut, dan sejenak kemudian kami tertawa terbahak-bahak dan saling tunjuk satu sama lain, tak peduli pengunjung lain menatap kami dengan keheranan.
“Ya ampun.. Jadi Dian itu cowok? Hahaa…” saya terpingkal sambil memandang seorang cowok gondrong berpenampilan anak sastra atau seni.
“Lah.. Jadi Kiki jua cowok? Wakakakkaa…,” Dian lebih terpingkal lagi.

Sosok paras ayu Dian Sastrowardoyo pun pecah berantakan dalam pikiranku. Bodohnya aku tidak pernah kepikiran bahwa nama dian jua sanggup mungkin nama cowok, begitu jua dengan Dian yg pasti menganggap Kiki merupakan nama cewek karena itu dia mau jua mendapat ajakanku untuk bertemu. Sejam kemudian kami telah asyik bercerita dan saling ledek.

“Jadi engkau bela-belain ke Bandung demi Dian nih hihii… wah saya tersanjung,” ledek Dian kepadaku.
“Lah.. Jadi orang ini yg selama ini menggangguku menggunakan sms-sms melownya? Malu sama rambut gondrongmu woyyy…,” Balasku tak mau kalah.


Hari itu saya mendapat seorang sahabat baru, biarpun menggunakan cara yang tidak terduga.
Hmm… Kalau istilah pepatah, “Apalah arti sebuah nama,” bagi kami berdua kedepannya sama-sama sepakat mengganti pepatah itu “Pentingnya arti sebuah nama”.

Cerpen Karangan : Bee Arti
Blog Penulis : www.ceritapunyaarti.blogspot.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel