DERITA ANAK BUAH KAPAL DI NEGERI ORANG

Slamet Susilo berangkat dari Rembang pada bulan Agustus2019, beserta 11 orang sahabat. Kami pada janjikan berangkat paling usang 2 minggu tapi pada kenyataanya kami berada di PT RIFANO ANUGRAH SENTOSA (terkenal nya RIFANO, beralamat di Jln Gandaria kel. Pekayon RT/RW .01/02 Kec.pasar Rebo Jakarta Timur, no telp 021-29616585, pemilik Ajay) 

 hingga hampir 3 bulan. Kami terus menunggu karena telah kepalang tanggung, namun akhirnya diantara kami mundur satu persatu, sampai tinggal 6 orang. Dari 6 orang ini, akhir nya yg berhasil berangkat 4 orang, karena dua orang sahabat kami terdapat perseteruan :

DERITA ANAK BUAH KAPAL DI NEGERI ORANG

- 1 orang sampai pada Korea serta dikembalikan ke Indonesia sang Sahbandar Korea karena buku pelaut nya abal-abal/palsu.

- 1 orang lagi nir lolos tes MCU nya, dan disuruh berobat namun akhirnya memilih mundur dan dokumen aslinya di tinggal pada PT hingga sekarang belum mampu membayar 3 juta buat menebusnya. 

Akhirnya pada tgl 4 Oktober2019, pagi hari kami menandatangani PKL (Perjanjian Kerja Laut) tanpa dihadiri orang Perhubungan Laut. Pada PKL disebutkan kami bekerja pada kapal FENG HUI tanpa disebutkan FENG HUI berapa. 

Dan siang hari nya, kami ber-8 berangkat (4 orang menurut PT RIFANO dan 4 dari PT lain) terbang berdasarkan bandara Soekarno Hatta, Jakarta ke negara Fiji (transit di Bali dan Melbourne). Namun lantaran tidak selaras pesawat, yg sampai pada negara Fiji hanya 7 orang. Oleh PT, kami dijanjikan bekerja pada kapal Taiwan, tapi kenyataannya agent nya yang bertempat pada Taiwan. 


Di negara Fiji, kami tinggal di penampungan selama 1 bulan, tanpa terdapat uang sepeserpun untuk jajan. Kami mendapatkan makan serta minum itupun masak sendiri. Sampai akhirnya kami ber-5 berangkat 1 kapal menggunakan alat tangkap Longline serta ternyata bukan kapal Taiwan melainkan kapal berbendera China (FENG HUI 17) 


sementara dua orang lainnya naik ke kapal FENG HUI 18. Untuk ke kapal FENG HUI 17 dan FENG HUI 18 kami menumpang (bekerja) di kapal PING TAI RONG selama 1 bulan. Kapal FENG HUI 17 terdiri menurut ABK yakni lima org Indonesia, tiga berdasarkan Filipina, 3 dari Myanmar, 7 berdasarkan China. Sementara buat Kapten, chief officer, chief engine, second engine dan koki berasal dari China.

Setelah 10 bulan ber operasi kapal bersandar pada negara Fiji buat docking selama 2 bulan. Saat itu ABK yg dari berdasarkan Filipina, Myanmar serta China finish kontrak. ABK yang dari dari Filipina serta Myanmar pulang ke negara asal 

tetapi yang asal berdasarkan China memperpanjang kontrak. Sebagai pengganti nya naiklah tiga orang dari Vietnam serta 4 orang dari Indonesia. Setelah 23 bulan bekerja, Slamet Susilo pada ijinkan pergi dgn status finish contract.

Selama bekerja, perlakuan kapten sangat jelek kpd ABK. Slamet Susilo pulang dengan menumpang kapal penampung (kapal collecting). Dalam kapal penampung ternyata ada 4 orang (ABK kapal SHING SHE JI) yang berasal berdasarkan Indonesia utk tujuan yang sama yakni pergi ke Indonesia. Kami ber-lima, 

tiba di Tahiti dalam dengan syarat 3 orang sakit. Ke tiga orang yg sakit tadi, satu muntah darah, satu lumpuh separuh badan, satu kecelakaan kerja dimana indera kelamin nya terpotong.

Kami tiba di Tahiti 19 Agustus2019 dalam siang hari. Sore hari nya, kita pada jemput perwakilan agent sekaligus di beri tiket pulang ke Indonesia. Kami bermalam di mess, dalam subuh hari nya pada tanggal 20 Agustus2019, kami terbang pergi ke Indonesia tanpa di kasih uang gaji pada atas kapal dan insentif selama setahun, 

meskipun kami telah menuntut nya. Sementara uang agunan 1000 $ serta honor dua bulan penuh jua belum dibayar. Kami tiba di Jakarta dalam tanggal 22 Agustus tanpa dijemput pihak PT. Kepulangan kami tanpa membawa uang sepeserpun, menggunakan mengandalkan makan yg kami terima pada atas pesawat. Akhirnya kami bisa pulang ke tempat tinggal masing masing sesudah berhutang.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel