Inspirasi Belum Cukup Kalo Baru Teori
Monday, May 20, 2019
Edit
“Guru, sekarang siswa telah mencapai tingkat spiritual ‘Tidak goyah sang goncangan 8 angin’ .
Kini jiwa murid damai dan tegar bagai gunung, tenang bagai air telaga serta … (seterusnya…)
Delapan angin yang dimaksud adalah delapan syarat hidup, yaitu :
Pujian dan Penghinaan, Popularitas serta nama tidak baik, kondusif sejahtera serta Bahaya, Berkah serta Musibah.
Setelah membaca, Sang pengajar menggunakan senyum tabah membalas surat muridnya. Su Dong Bo menggunakan bangga membuka surat gurunya.
Dalam surat hanya tertulis satu istilah: “Kentut (dusta )”
Si Murid eksklusif naik pitam,” Guru sungguh keterlaluan, selalu negative thinking, suka curiga, prejudis, prasangka buruk, saya harus segera menemui guru, ku ajak debat terbuka, akan kubuktikan jikalau saya tidak dusta !”
Si Murid segera mendayung sampan menyeberang sungai. Setelah datang pada seberang sungai bergegas menuju biara gurunya.
Baru mau mengetuk pintu biara, tangannya tertahan, mukanya yang merah padam berubah pucat. Kesombongannya hilang berganti rasa malu. Dengan ketua menunduk, melangkah pelan balik ke sampannya, mendayung pergi.
Apa yang terjadi?
Di depan pintu biara gurunya melekat secarik kertas :
“Katanya nir goyah sang goncangan 8 angin, ternyata hanya dengan sebuah istilah Kentut saja engkau sudah terpukul dan terpelanting sampai menyeberang sungai.”
Kebenaran itu bukan hanya sekedar pemahaman, pemahaman hanyalah sebuah konsep serta konsep bukanlah kebenaran itu sendiri. Kebenaran yg hidup merupakan pengalaman yang wajib langsung dijiwai dan diterapkan pada prilaku kehidupan sehari-hari.
Si Murid hanya berteori, namun gurunya mau beliau pribadi mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Si Murid hanya mengetahui sebatas teori dan pemahaman, sementara gurunya mau muridnya memasuki pengalaman pribadi serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari !!