Menghargai Hidup
Monday, May 20, 2019
Edit
Sang Pengajar tersenyum, “Oh, kamu sakit”. “Tidak Pengajar, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan ini. Itulah sebabnya saya ingin tewas”. Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya. Sang Guru meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, engkau alergi terhadap kehidupan”.
Banyak sekali pada antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kebiasaan-norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo. Kita berhenti pada tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita buat ikut mengalir beserta kehidupan menciptakan kita sakit. Yang namanya bisnis, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, friksi-friksi mini itu memang wajar, wajar. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak tak pernah mati. Apa sih yang langgeng, serta yg kekal pada hayati ini ? Kita nir menyadari tentang sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa serta menderita…
“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal engkau ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjuk-ku”. Demikian Sang Pengajar menyarankan.
“Tidak Guru, tidak. Saya telah betul-benar jenuh”. Tidak, aku nir ingin hidup.” pria itu menolak tawaran Sang Pengajar.
“Jadi engkau nir ingin sembuh?? “ Kamu betul-betul ingin mangkat ?” tanya Sang Guru
“Ya, memang saya telah bosan hidup”, pria itu kukuh menjawab.
“Baik, besok sore engkau akan meninggal. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, 1/2 botol lagi besok sore jam enam, serta jam delapan malam kau akan tewas menggunakan hening.” Perintah Sang Guru. Giliran laki-laki tersebut gundah. Setiap Pengajar yang beliau datangi selama ini selalu berupaya buat memberikannya semangat buat hayati. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, lantaran ia memang telah betul-benar jenuh, beliau menerimanya dengan senang hati.
Pulang ke tempat tinggal , dia langsung menghabiskan setengah botol racun yg diklaim “obat” oleh Sang Guru itu. Dan, dia merasakan kenyamanan sebagaimana nir pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai !!!
Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan tewas. Ia akan terbebaskan menurut segala macam perkara. Malam itu, dia tetapkan buat makan malam bersama keluarganya pada restoran Sunda. Sesuatu yang telah nir pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir ini malam terakhir, dia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya pun menjadi kalem banget !
Sebelum tidur, beliau mencium bibir istrinya serta membisiki di kupingnya, “Sayang, saya mencintaimu. “Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan cantik !!”
Esoknya bangun tidur, dia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan beliau tergoda buat melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, beliau menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur serta membuat dua cangkir Teh manis panas. Satu buat dirinya, satu lagi buat istrinya. Lantaran pagi itu adalah pagi terakhir, dia ingin meninggalkan kenangan cantik !!!
Di tempat kerja, ia menyapa setiap orang, bersalaman menggunakan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya ?” Dan perilaku mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan cantik !!
Tiba-datang, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah serta lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang tidak selaras. Tiba-tiba hayati sebagai indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang kerumah jam lima sore, beliau menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi saya minta maaf, bila selama ini saya selalu bikin capek kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena konduite kami.” Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya buat bunuh diri. Tetapi bagaimana menggunakan setengah botol yg telah ia minum, sore sebelumnya ?
Ia mendatangi Sang Pengajar lagi. Melihat wajah laki-laki itu, rupanya Gurunya langsung mengetahui apa yg sudah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau telah sembuh?? Jika kau hidup dalam ke-kini -an, apabila kau hayati menggunakan kesadaran bahwa maut bisa menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan ini !!!
Leburkan egomu, leburkan keangkuhanmu, leburkan kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air, dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau nir akan pernah jenuh, tidak akan pernah bosan. Kau akan merasa hayati. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju kenyamanan”..
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Pengajar, lalu pulang ke tempat tinggal , buat mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, dia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam ke-sekarang-an. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu damai, selalu HIDUP !!!
Hidup bukanlah merupakan suatu beban yg wajib dipikul tapi adalah suatu hadiah buat dinikmati. “Anda nir akan pernah menang bila Anda nir pernah memulai.”
Selamat menikmati hidup menggunakan banyak sekali rona-warni perkara kehidupan yg membuat Anda hidup...