materi yang berlimpah tidak membuat seseorang bahagia

Siang itu tampak terasa panas terik sekali. Beberapa mahasiswa nongkrong di bawah sebuah pohon kayu yang rindang dekat parkiran. Tiba-tiba mata mereka tertuju pada sebuah kendaraan beroda empat glamor yang melaju dengan cepat menuju parkiran. Dengan tergesa-gesa seseorang mak muda keluar menurut mobil itu serta langsung berteriak, “Tolong ... Aku ingin bunuh diri, tapi aku nir berani!” Kalau nir menjaga perasaan bunda muda tadi, para mahasiswa sudah pasti tertawa mendengar teriakan lucu itu.
Dengan cepat beberapa mahasiswa itu berunding. Salah seorang di antara mereka mengusulkan, “Ayo kita bawa saja menemui Pak Ahmad!” Yang mereka sebut Pak Ahmad itu adalah wakil rektor bidang ke mahasiswaan. Para mahasiswa telah akrab dengan Pak Ahmad. Beliau seorang doktor psikologi serta pula dikenal sebagai ustadz di kampus itu. Mereka pun segera membawa bunda yang stres itu menemui Pak Ahmad. Alhamdulillah, Pak Ahmad berada di loka. Terjadilah dialog antara Pak Ahmad serta mak belia tersebut. “Mengapa ingin bunuh diri, Bu,” tanya Pak Ahmad. “Sudah seminggu suami aku nir mau bertegur sapa dengan saya, Ustadz,” ungkapnya. “Sudah berapa lama Ibu menikah?” selidik Pak Ahmad. “Tujuh tahun,” jawabnya. “Selama tujuh tahun menikah itu, apakah suami Ibu sering tidak menegur Ibu?” tanya Pak Ahmad. Ibu itu menjawab, “Tidak Pak. Selama ini interaksi kami baik-baik saja. Baru sekali ini suami nir mau bertegur sapa menggunakan aku .” Atas hal itu, Pak Ahmad membicarakan bahwa bunda itu patut bersyukur karena hubungan antara beliau dan suaminya baik-baik saja serta baru seminggu ini menerima cobaan.
Pak Ahmad pun mengajak mak itu untuk membandingkan nasibnya menggunakan bunda-mak lainnya yg kurang beruntung. Seperti adanya model mak -bunda yg secara lahir dan batin menderita, nir diberi nafkah yg relatif, serta diperlakukan secara kasar sang suaminya. Ibu itu pun akhirnya tersadar dan bisa menenangkan diri. Ia jua kemudian rajin berkonsultasi buat meminta petuah kepada Pak Ahmad.
Pada suatu kesempatan konsultasi, bunda muda itu menanyakan mengapa materi yang berlimpah nir membuat seseorang bahagia. Pak Ahmad bertanya, “Apakah Ibu sudah berusaha mencari kebahagiaan itu?” Sebelum ibu itu menjawab, Pak Ahmad bertanya lagi, “Di mana Ibu cari kebahagiaan itu?” Lebih lanjut Pak Ahmad mengungkapkan, “Ibu tidak akan sanggup menerima kebahagiaan menggunakan mencari kebahagiaan. Ibu akan mendapatkan kebahagiaan jika Ibu membagi kebahagiaan kepada orang lain.”
Mendapat jawaban itu, bunda tadi bertanya lagi, “Bagaimana kita bisa membagi kebahagiaan pada orang lain jika kita sendiri tidak pernah merasa bahagia.” Pak Ahmad menjelaskan maksudnya. “Pergilah Ibu berkunjung ke rumah-rumah orang miskin yg lapar. Bawa makanan yg lezat -lezat , bagikan kepada mereka secara eksklusif. Ibu saksikan betapa bahagianya mereka menikmati makanan yg mak bawa. Saat itulah Ibu sudah membagi kebahagiaan kepada orang-orang miskin itu. Kebahagiaan mereka akan berpindah kepada Ibu.” Karena itu, bahagiakanlah orang lain, niscaya kebahagiaan jua akan menyertai kita semua. Insya Allah...
Saudaraku, salah satu indikator kebahagiaan merupakan melihat orang lain senang . Senang melihat orang lain bahagia, serta merasa murung melihat orang lain susah, bukan sebaliknya yg akan menciptakan menjadi iri dan dengki. Seringlah melihat orang-orang yang keadaannya jauh lebih menderita dari kita yg acapkali itu hanyalah perseteruan mini yang selalu kita anggap akbar.
Dan selalu jangan lupa bahwa harta yang kekal yg dibawa mati sampai ke akhirat, bukanlah harta yg Anda simpan, tetapi harta yang Anda keluarkan di jalan Allah menggunakan lapang dada lantaran Allah..
Dari pengajar saya yang bijaksana : Prof. DR. Yunahar Ilyas, Lc., M.ag
Semoga Menginspirasi Kebaikan...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel