Reposisi & Revitalisasi Pramuka
Monday, May 20, 2019
Edit
Oleh T. BACHTIAR
KARENA asas kesukarelaan berubah menjadi kewajiban tanpa disertai tambahan keterampilan yg memadai, maka Gerakan Pramuka menjadi mandeg. Secara kuantitas, Pramuka pernah mengalami lonjakan yang dahsyat, namun beserta melonjaknya jumlah anggota tadi, justru kualitasnya semakin menurun, menukik masuk ke lorong hitam.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka dan Kode Etiknya tidak terbantahkan, bahwa Gerakan Pramuka mempunyai tujuan yg sangat mulia dalam membina generasi belia Indonesia yg mengasihi negaranya, mengasihi bangsanya.
Tetapi yang terjadi semenjak kejar target sejuta anggota, praktik gerakan ini sebagai berubah. Di sekolah-sekolah, Gerakan Pramuka berubah menjadi sekadar gerakan memakai baju Pramuka setiap hari Jumat atau Sabtu. Mereka hanya menggunakan baju Pramuka yg diwajibkan untuk dibeli dari sekolah. Setelah itu tanpa terdapat upaya menambah wawasan serta keterampilan kepramukaan. Lantaran memakai baju Pramuka tanpa ujian dan keterampilan, maka kebanggaan sebagai anggota Pramuka menjadi luntur, bahkan menghilang.
Kemandekan gerakan Pramuka yang cukup usang itu sesungguhnya tidak menyurutkan semangat anak-anak belia buat sebagai generasi muda yg dinamis sebagai pemandu. Karena Gerakan Pramuka sebagai tidak memiliki tantangan serta keterampilan, maka gerakan yang bertujuan mulia dalam membuna generasi belia ini sebagai kehilangan penekanan gerakan pada benak anak muda. Akibatnya Gerakan Pramuka nir menjadi lagi denyut jantung anak muda. Ternyata brand image Gerakan Pramuka yang melemah itu tidak menyurutkan anak belia pada beraktivitas yg bersifat kepramukaan. Mereka tetap bergerak maju serta kreatif dan mencari atau menciptakan wadah-wadah baru yang dapat menyalurkan semangat jiwa mudanya secara positif.
Lantaran kualitas pembinaan pada sanggar-sanggar Pramuka terus merosot, maka eksistensi gerakan ini menjadi sekadar formalitas, sekadar menjadi pelengkap struktur di sekolah-sekolah. Lantaran ketua sekolah umumnya otomatis sebagai majelis pembina gugus depan.
Kemandekan Pramuka yg sangat usang itu sudah menyebabkan gerakan ini nir menyadari telah kehilangan keterampilan dasarnya. Keterampilan-keterampilan dasar Gerakan Pramuka dimanfaatkan sang aktivitas anak muda lainnya, yg dirasakan dapat memberikan jawaban akan keinginan mudanya. Keterampilan kepramukaan seperti Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) secara khusus sudah dimanfaatkan sang anggota Palang Merah Remaja (PMR), baris-berbaris dimanfaatkan dengan sangat baik sang Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), pengetahuan kepolisian dimanfaatkan sang anggota Polisi Sekolah, keterampilan hidup pada alam bebas telah dengan baik dimanfaatkan oleh anak didik pencinta alam. Inilah yang diklaim rahasia kehilangan. Para pembina, instruktur serta anggota Gerakan Pramuka tidak menya berdasarkan bahwa mereka telah kehilangan keterampilan dasarnya.
Reposisi dan revitalisasi
Gerakan Pramuka yg tanpa keterampilan dengan brand image yang lemah, perlu segera diselamatkan dengan jalan sesegera mungkin menga dakan reposisi serta revitalisasi. Reposisi sanggup berarti: 1. Penempatan kembali ke posisi semula, dua. Penataan kembali posisi yg ada, dan tiga. Penempatan ke posisi yang tidak sinkron.
Lantaran gerakan ini sudah kehilangan fokus pembinaannya sebagai akibatnya ditinggalkan para kawula muda, maka pulang ke asas dan prinsip dasar gerakan semula merupakan langkah awal yg patut dipertimbangkan.
Peningkatan kemampuan pembina dan instruktur perlu ditingkatkan secara fundamental dan mendalam. Kursus-kursus pembina serta instruktur itu semestinya bukan sekadar training mental pada ruang-ruang kelas seperti yang tak jarang dilakukan selama ini. Langkah awal ini adalah jalan agar para pembina serta instruktur pada sanggar-sanggar mempunyai keterampilan dasar kepramukaan yang tangguh serta teruji, bukan sekadar sanggup tepuk Pramuka atau menyanyi Di Sana senang pada Sini Senang.
Lantaran kemahiran dan keterampilan dasar gerakan kepramukaan itu absolut dikuasai sang para pembina serta pelatih, maka para pembina dan pelatih itulah yang wajib menjadi prioritas pelatihan pada langkah pertama.
Langkah kedua apabila pembina serta instruktur telah mahir dalam keterampilan dasar Gerakan Pramuka, maka anak-anak belia itu dilatih keterampilan-keterampilan dasar kepramukaan tersebut.
Berlatih serta terus berlatih sehingga terampil serta mahir. Anggota Pramuka menjadi sempurna karena berlatih, paling tidak menjadi jauh lebih baik. Tanpa latihan yg baik, nir akan terdapat keterampilan. Lantaran tak mempunyai keterampilan, maka anggotanya tidak akan memiliki pujian, malahan bisa memalukan berbaju Pramuka dengan nir mempunyai kemahiran.
Revitalisasi gerakan Pramuka adalah langkah yang sangat bijaksana buat bangkit menurut keterpurukan ini. Revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatan kembali. Salah satu cara buat merevitalisasi Gerakan Pramuka agar balik ke prinsip-prinsip dasarnya adalah menggunakan cara menciptakan strategi pembinaan yang lebih menyeluruh.
Gerakan Pramuka sebaiknya cukup hanya pada tingkatan SLTA. Adanya Gerakan Pramuka pada perguruan tinggi, sesungguhnya lantaran ketidakpahaman akan prinsip dasar gerakan ini.
Ini contoh langkah yang bisa dipertimbangkan buat dilakukan pada sekolah-sekolah. Misalnya dalam semester satu dan 2 seluruh anak didik dibekali keterampilan dasar Gerakan Pramuka, tetapi tidak dalam bungkus baju Pramuka, seperti: baris-berbaris, P3K, cara hayati pada alam bebas, dan lain-lain hingga taraf terampil serta mahir. Baru pada semester tiga mereka diperkenankan buat memilih wadah mana yang akan diikutinya sehabis mereka diberi keterampilan dasar tadi.
Penutup
Ini adalah kejadian nyata beberapa tahun yg kemudian pada Ranca Upas, Ciwidey, Kabupaten Bandung. Tempat berkemah ini berada pada kaki Gunung Patuha yg sejuk, malah teramat dingin dalam malam hari. Pada musim libur sekolah, banyak pelajar yang berkemah di sini, tidak terkecuali anggota Pramuka. Saat melintas arena perkemahan itu, dengan riang para anak didik ceria sinkron menggunakan jiwa mudanya, mengenakan celana panjang dan jaketnya yg hangat rona-warni, tahan hembusan angin dan kedap air. Kupluk pembalut kepalanya pun penuh rona dan modis, bahkan terdapat beberapa anak yg menggunakan kaos tangan.
Di tempat terpisah yg tak jauh berdasarkan sana, terdapat anggota Pramuka berdasarkan sebuah SMA sedang mengadakan pengarahan, mereka berkumpul dalam posisi melingkar. Anggota putrinya terlihat masih memakai rok menggunakan baju seragamnya tanpa jaket. Padahal malam itu dinginnya bukan main. Dari contoh kecil pada atas, anak belia mana yg mau malam-malam yang menggigil itu hanya menggunakan rok serta baju tanpa jaket?
Pramuka yang seharusnya sangat paham akan keadaan alam, sebagai akibatnya bisa melindungi diri berdasarkan keadaan hawa yg dingin, yg terjadi sebaliknya. Sementara siswa lainnya berkemah dengan sehat dan bergaya, anggota Pramuka tak paham, bahwa jikalau udara dingin harus menggunakan epilog tubuh lebih kedap lagi, sehingga bisa mempertahankan diri dari dinginnya hawa, sehingga sehat selama aktivitas.
Saya berpapasan dengan galat seseorang pembinanya, kemudian saya mengajukan usul agar peserta perkemahan, khususnya anggota putri buat memakai celana panjang serta jaket. Jawabannya benar-benar pada luar asumsi aku . ”Bapak menghina Pramuka!” pungkasnya sambil memanggil pembina yg lainnya dan men datangi saya menggunakan tuduhan telah menghina Pramuka.
Bulan Juli 2006 ini di Bumi Perkemahan Kiarapayung, Sumedang, Jawa Barat, akan diselenggarakan Jambore Nasional Gerakan Pramuka. Mudah-mudahan rendezvous ini sebagai ajang standaridisasi keterampilan atau kemahiran dan strategi latihan dan training. Latihan beserta anggota Pramuka pada Jambore itu mudah-mudahan dapat mengasah keterampilan dasar kepramukaan sebagai akibatnya dapat dikuasai dengan baik.
Dalam Jamnas ini semoga terjadi reverberasi, aktivitas yg bisa menimbulkan gema reposisi serta revitalisasi Ge rakan Pramuka. Kalau nir, ketika pulang ke wilayahnya, Pramuka tetap mengalami nasib tragis, walau pembinanya mulai lurah hingga bupati atau gubernur!***