Sekilas Materi Ilmu Medan Peta Kompas IMPK
Monday, May 20, 2019
Edit
Ini seluruh digunakan selama bepergian di alam bebas. Selain itu, pendaki pula harus membawa sejumlah peralatan standar. Apa saja itu?
Dalam olahraga naik gunung, ada pengetahuan dasar khususnya menyangkut navigasi darat atau peta-kompas yang harus dimiliki seseorang pendaki. Peralatan navigasi standar yang harus dibawa saat mendaki gunung adalah peta, kompas, dan altimeter.
Dalam arti terkenal, peta merupakan representasi bentuk bentang bumi yang dicetak di kertas. Peta sendiri ada banyak ragamnya, sinkron keperluan. Tetapi peta yang berguna bagi pendaki gunung merupakan topografi, peta yg mendeskripsikan bentuk-bentuk dan syarat bagian atas bumi. Dalam melihat peta, perhatikan skala atau perbandingan jarak dengan jarak sebenarnya.
Skala peta dapat ditunjukkan pada angka (contohnya 1:250.000) atau pada bentuk garis.
Untuk itu, jangan menggunakan fotokopi peta yg diperbesar atau diperkecil ukurannya. Selain membingungkan penghitungan jarak, pembesaran peta tidak memperlihatkan akurasi relief bumi. Ada baiknya, pendaki lebih dahulu menilik makna le-genda (simbol konvensional) dan kontur-garis penunjuk relief bumi-yg terdapat pada peta. Penjelasan legenda selalu terdapat pada bagian bawah peta.
Dengan membaca kontur, bisa dibayangkan syarat medan sebenarnya. Garis-garis kontur bersisian kedap menerangkan medan yang curam, bila jarang berarti medannya landai.
Lengkungan kontur yang menonjol keluar dari sebuah titik, mendeskripsikan punggung bukit atau gunung (ridge), kebalikannya adalah lembah.
Di lembah-lembah seperti itu umumnya terdapat aliran sungai. Ditambah kompas, peta adalah indera buat bisa memilih posisi pendaki di gunung atau memperlihatkan arah jalan.
Teknik menggunakan variasi kompas dan peta dikenal menggunakan cross bearing, terbagi pada resection (menentukan posisi kita di pada peta) dan intersection (memilih posisi satu tempat di peta).
Resection dilakukan menggunakan mula-mula mencari 2 titik pada medan sebenarnya yang bisa diidentifikasi dalam peta seperti puncak -zenit gunung. Kedua, hitunglah sudut (azimuth) kedua obyek tersebut terhadap arah utara menggunakan kompas. Ketiga, pindahlah ke peta. Dengan memakai busur derajat, letakkan titik sentra busur derajat menghimpit titik identifikasi obyek dalam peta.
Bila sudut azimuth yang diperoleh kurang dari 180 derajat, masukkan azimuth itu dengan angka 180 derajat. Bila azimuth yang didapat dari kompas lebih menurut 180 derajat, tambahkan menggunakan nomor 180 derajat. Keempat, gunakan nomor hasil perhitungan itu (dinamakan teknik back azimuth) buat membuat garis lurus dari titik identifikasi.
Perpotongan dua garis dari 2 titik identifikasi menunjukkan letak kita di pada peta.
Menentukan titik awal perjalanan di peta adalah hal yang krusial. Di tengah perjalanan, seseorang pendaki kerap tidak bisa memainkan teknik cross bearing karena faktor cuaca atau medan yg tidak memungkinkan melihat titik-titik orientasi.
Bila demikian, membandingkan keadaan medan lebih kurang dengan kontur peta serta merunutnya dari titik awal perjalanan, kadang menjadi satu-satunya cara menentukan posisi. Dalam keadaan misalnya itu, altimeter atau piranti penunjuk ketinggian sangat dibutuhkan.
Saat ini fungsi kompas serta altimeter bisa diganti dengan GPS (Global Positioning
System/piranti canggih memakai frekuwensi satelit). Dengan indera itu, pendaki dapat
mengetahui kedudukannya pada lintang serta bujur (koordinat) bumi. Pemakainya tinggal mencari besaran koordinat pada peta. Bahkan GPS contoh terkini bisa menyimpan rekaman gambar peta melalui CD-Rom. Dengan begitu, pendaki mampu mengabaikan peta karena peta sekaligus tersaji pada layar monitornya.
A. Pengetahuan Dasar Navigasi Darat
Navigasi darat adalah ilmu mudah. Kemampuan bernavigasi bisa terasah apabila sering
berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yg membantu, dan tidak menjamin apabila mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seseorang jago navigasi yang nir pernah berlatih dalam jangka waktu usang, bisa mengurangi kepekaannya pada menerjemahkan pertanda-tanda pada peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-pertanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita buat dapat mengasah kepekaan, serta pada akhirnya navigasi darat yg sudah kita pelajari sebagai berguna untuk kita, serta tanah air.
1. Peta
Peta adalah penggambaran dua dimensi (pada bidang datar) menurut sebagian atau keseluruhan
permukaan bumi yang dicermati berdasarkan atas, lalu diperbesar atau diperkecil dengan
perbandingan eksklusif. Dalam navigasi darat digunakan peta topografi. Peta ini memetakan
tempat-loka dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari bagian atas bahari menjadi bentuk garis kontur.
Beberapa unsur yg sanggup dicermati pada peta :
Judul peta; biasanya masih ada pada atas, menampakan letak peta
Nomor peta; selain sebagai angka pendaftaran berdasarkan badan pembuat, kita sanggup menggunakannya
sebagai petunjuk jika kelak kita akan mencari sebuah peta
• Koordinat peta; penjelasannya dapat dipandang pada sub berikutnya
Kontur; merupakan merupakan garis khayal yang menghubungkan titik titik yg berketinggian
sama diatas permukaan laut.
Skala peta; merupakan perbandingan antara jarak peta serta jarak horizontal dilapangan. Ada dua macam skala yakni skala nomor (ditunjukkan dalam nomor , misalkan 1:25.000, satu senti dipeta sama dengan 25.000 centimeter atau 250 meter di keadaan yang sebenarnya), dan skala garis (umumnya pada peta skala garis berada dibawah skala angka).
Legenda peta, merupakan simbol-simbol yang dipakai pada peta tadi dibuat untuk
memudahkan pembaca menganalisa peta.
Di Indonesia, peta yang lazim dipakai adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, kemudian peta dari Jawatan Topologi, yg tak jarang disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibentuk sang Amerika serta homogen-homogen dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS umumnya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jeda antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey serta Pemetaan Nasional) yg lebih baru, menggunakan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5m). Peta keluaran Bakosurtanal umumnya berwarna.
2. Koordinat
Peta Topografi selalu dibagi pada kotak-kotak buat membantu memilih posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Koordinat merupakan kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Koordinat ditentukan dengan memakai sistem sumbu, yakni perpotongan antara garis-garis yg tegak lurus satu sama lain. Sistem koordinat yg resmi dipakai terdapat dua macam yaitu :
a. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate)
Sumbu yg dipakai merupakan garis bujur (bujur barat serta bujur timur) yang tegak lurus
dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara serta lintang selatan) yang
sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan pada satuan derajat,
menit serta dtk. Pada peta Bakosurtanal, umumnya memakai koordinat geografis sebagai koordinat utama.
Pada peta ini, satu kotak (atau tak jarang diklaim satu karvak) lebarnya merupakan 3.7 centimeter. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 dtk (30?), serta dalam peta skala 1:50.000, satu karvak sama menggunakan 1 mnt (60?).
b. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)
Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jeda setiap titik
acuan. Untuk daerah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT).
Garis vertikal diberi angka urut menurut selatan ke utara, sedangkan horizontal menurut barat ke
timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 nomor , 6 nomor serta 8 angka. Pada peta AMS, umumnya memakai koordinat grid. Satu karvak sebanding menggunakan 2 cm. Lantaran itu buat penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat pribadi ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 nomor , satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 nomor dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1mm).