Selamatkan Terumbu Karang Dunia

Sepertiga garis pantai tropis dunia terbentuk oleh terumbu karang. Ini adalah lingkungan yg amat produktif, yaitu 100 kali lebih produktif dibanding bahari pada sekelilingnya. Terumbu karang membangun daerah asal biologis yg menyokong kehidupan bagi spesies pada sekitarnya dan memasok sembilan juta menurut 75-100 ton hasil tangkapan ikan dunia. Bayangkan ada sekira 130 juta orang yg tinggal pada daerah  terumbu karang dan mengandalkan ekosistemnya buat mendapatkan pangan, pekerjaan, serta jua usaha wisata.
Indonesia bersama 5 negara pada Indo-Pasifik, yaitu Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini, serta Kepulauan Solomon, sepakat buat berfokus mengupayakan pelindungan terhadap wilayah pesisir dan ekosistem terumbu karang pada tempat segitiga terumbu karang (coral triangle) di global. 6 negara yang merupakan anggota Coral Triangle Initiative for Coral Reef, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) ini mencanangkan 9 Juni sebagai Hari Terumbu Karang (Coral Triangle Day) atau CT Day dan akan diperingati setiap tahunnya. Penetapan ini dilakukan sesudah semua negara anggota CTI-CFF memperingati Hari Kelautan Sedunia pada 8 Juni 2012 kemudian.
Coral Triangle Initiative for Coral Reef, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) sendiri adalah panggung keilmuan dunia yang dihadiri lebih berdasarkan 150  ilmuwan, praktisi dan pemerintah berdasarkan negara anggota dan masih ada kurang lebih 170 naskah akademik yg disampaikan pada aneka macam sesi.

Indonesia menghimbau sekaligus mengajak global internasional buat menaruh perhatian secara serius dan konkret pada menyelamatkan terumbu karang serta sumber daya perikanan yg berada di wilayah Segitiga Karang. Seperti diketahui bahwa daerah segitiga terumbu karang (coral triangle) merupakan wilayah lautan dikenal kaya akan biodiversitas hayati serta besarnya potensi kekayaan hayati laut. Hal ini disampaikan Menteri Kelautan serta Perikanan, Sharif C. Sutardjo pada lembaga internasional tersebut. Sharif membicarakan kesiapan dan komitmennya Indonesia terhadap acara-acara  Coral Triangle Initiative-Coral Reefs, Fisheries and Food Security  (CTI-CFF) dengan menjadikannya menjadi kerangka kerja aplikasi dari konsep ekonomi biru (blue economy).
Konsep ekonomi biru (blue economy) fokus dalam sektor kelautan dan perairan dengan menekankan ekuilibrium antara pembangunan ekonomi serta daya dukung lingkungan sebagai akibatnya bisa berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Di sisi lain lanjutnya, ekosistem kelautan yg sehat dapat menunjang hajat hidup warga , serta pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Penerapan konsep ekonomi di sektor kelautan dan perikanan dibutuhkan bisa mendorong pembangunan ekonomi yang lebih seimbang antara pemanfaatan asal daya serta upaya melindungi lingkungan. Hal ini lantaran akan lebih poly kegiatan ekonomi yg berkembang di sektor kelautan serta perikanan. Dengan konsep itu pula diharapkan terjadi perubahan orientasi kebijakan serta keseimbangan antara pembangunan berbasis daratan dan kelautan.

Pelestarian terumbu karang akan mendukung konsep blue economy menjadi kerangka berpikir baru pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Prinsip blue ocean-blue sky merupakan tatanan ekonomi dengan sistem produksi efisien tanpa limbah serta diimbangi dengan pengendalian pola konsumsi. Tujuannya buat menekan keserakahan insan sebagai akibatnya mendorong ekonomi terus maju, akan tetapi langit serta laut tetap biru.
Dalam KTT Bumi Rio+20 yg sudah berlangsung pada 20-22 Juni lalu, forum tadi menyepakati buat memperkuat komitmen bersama terhadap aplikasi acara-program CTI-CFF yang tertera pada Rencana Aksi Regional (RAR) dan Rencana Aksi Nasional (RAN). Rencana Aksi tersebut sangat komprehensif dalam banyak sekali acara pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan dan merupakan output menurut kesepakatan enam negara saat mendeklarasikan terbentuknya inisiatif regional CTI-CFF pada 2009 pada Manado.
Kawasan Segitiga Terumbu Karang Dunia di Indo-Pasifik

"Peran terumbu karang terhadap kehidupan jauh lebih akbar daripada yg kita pahami sekarang... Apabila terdapat sebuah perairan dengan terumbu karang maka akan ada tanaman dapat hidup sebagai akibatnya hayati pula di situ invertebrata serta ikan. Sebaliknya, dimana nir ada lagi terumbu maka tidak terdapat ikan, padahal ketergantungan warga terhadap produksi ikan bahari relatif tinggi."
(Diane Kleine, Project Manager berdasarkan Coral Watch-University of Queensland, Brisbane, Australia)
Dewasa ini terumbu karang mengalami sejumlah tekanan berfokus yg mengancam kelestariannya seperti perubahan iklim, pemutihan karang (coral bleaching) akibat kenaikan suhu air, penangkapan ikan yang merusak, pencemaran, serta sedimentasi. Sebuah laporan dari International Coral Reef Symposium di Cairns, Australia mengutarakan bahwa lebih menurut 85% terumbu karang pada daerah Segitiga Karang 9 Coral Triangle) Asia kian terancam terutama akibat banyak sekali aktivitas insan serta perubahan iklim. Ancaman tadi datang berdasarkan banyak sekali hal misalnya pembangunan pada daerah pesisir pantai, polusi, dan penangkapan ikan secara akbar-besaran.
International Coral Reef Symposium sendiri digelar sekali setiap empat tahun dan diikuti lebih dua.000 ilmuwan menurut 80 negara untuk mengungkapkan aneka macam kemajuan terkini dalam konservasi terumbu karang. Hasil riset serta temuan para ilmuwan tersebut dianggap fundamental buat menginformasikan bermacam kebijakan nasional serta internasional dan pemanfaatan berkelanjutan terumbu karang secara global. Hasil laporan tersebut jua akan digunakan oleh enam negara (Indonesia, Filipina, Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon) buat membuatkan manajamen terumbu karang mereka. Laporan tersebut adalah donasi penting buat mendukung enam negara Coral Triangle dalam mengambil keputusan-kepusan terkait upaya melindungi sumber daya laut.

Kawasan Segitiga Terumbu Karang atau Coral Triangle meliputi wilayah Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Pilipina, Kepulauan Solomon, serta Timor Timur. Kawasan tadi berisikan hampir 30 % berdasarkan terumbu karang global serta menaungi lebih dari 3.000 species ikan. Selain itu, ada sekira 130 juta orang yg tinggal pada daerah  Coral Triangle dan mengandalkan ekosistem karang buat menerima pangan, pekerjaan, serta pula bisnis wisata.
Terumbu karang merupakan biota yg sebagai loka hidup tanaman kecil serta alga. Kawasan ini adalah ekosistem produktif di pesisir, selain bakau serta lamun. Indonesia mempunyai 85.000 kilometer persegi ekosistem terumbu karang dan representasi berdasarkan 14 % terumbu karang dunia. Akan namun, Indonesia sekarang hanya mempunyai kurang dari 7 persen menurut terumbu karang yang kondisinya sangat bagus.
Indonesia berada di daerah Segitiga Karang yang mencakup 4 menurut 25 butir titik keanekaragaman biologi global. Segitiga Karang tadi memiliki luas terumbu karang lebih menurut 100.000 kilometer persegi serta terdapat 76 persen spesies karang global tercakup pada dalamnya. Selain itu, ada beragam lagi potensi lainnya misalnya 45 spesies mangrove, 13 spesies lamun, dan 2.228 spesies ikan.
Sejauh ini memang hasil penelitian terkait terumbu karang menyebutkan bahwa  terumbu karang pada wilayah Indo-Pasifik ternyata lebih cepat mengalami pertumbuhan dan perbaikan dibanding terumbu homogen yang ada pada daerah Karibia. Hal itu seperti diutarakan oleh Dr. George Roff dan Profesor Peter Mumby menurut ARC Centre of Excellence for Coral Reef Studies serta Unversitas Queensland, dalam simposium Internasional Terumbu Karang Dunia di Cairns, Australia dalam 12 Juli 2012.
Penyebab lebih tangguhnya terumbu karang pada tempat Indo-Pasifik lantaran mempunyai rumput laut lebih sedikit dibanding pada Karibia. Akibatnya rumput laut serta terumbu karang di laut saling berebut tempat buat tumbuh. Apabila rumput laut tumbuh lebih lamban seperti syarat pada Indo-Pasifik maka terumbu karangnya akan lebih cepat berkembang. Hal ini akan menaruh laba lebih pada terumbu dibanding rumput bahari. Faktor lain yg menciptakan terumbu karang pada daerah Indo-Pasifik terlindungi adalah melimpahnya ikan-ikan herbivora misalnya ikan Botana (Surgeon fish) dan ikan Kakatua (Parrot fish) yang memakan rumput laut menjadi kuliner utama mereka. Ada lebih menurut 70 spesies dan enam genera ikan Kakatua, sementara di Karibia hanya terdapat 13 spesies serta 2 genera ikan ini. Akan namun, hal tadi tetap saja terumbu di seluruh global masih sangat terancam dengan perubahan iklim dan aktivitas insan.
Keberadaan terumbu karang di Indonesia merupakan keliru satu daya tarik wisata laut negeri ini. Di Indonesia setidaknya ada sekira 600 lokasi menyelam yg beredar menurut Sabang hingga Merauke, sebut saja beberapa di antaranya, yaitu: Pulau Alor serta Pulau Komodo (Nusa Tenggara Timur), Selat Lembeh dan Bunaken(Sulawesi Utara), Laut Banda (Maluku), Pulau Bangka (Bangka Belitung), Kepulauan Karimunjawa(Jawa Tengah), Raja Ampat (Papua Barat), Tulamben dan Nusa Penida (Bali), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Pulau Derawan (Kalimantan Selatan), Pulau Bintan (Riau), Kepulauan Seribu (Jakarta), serta ratusan lokasi menakjubkan lainnya. Oleh karena itu, upaya pelestarian dan pemahaman buat menjaga terumbu karang sangat penting serta sudah menjadi tanggung jawab bersama.
Foto Credit: Michael Sjukrie
Sumber: //www.indonesia.travel

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel