SHUNT menuju Gunung MERBABU


Hai, Pernah dengar Gunung Merbabu, bagi penikmat alam terutama pendaki gunung seperti nya sudah tahu, serta mungkin beberapa pada antara telah ada yg menaklukan puncaknya berkali-kali. Aku baru dua kali.
Kali ini saya hanya ingin mengembangkan cerita sedikit tentang pendakian ku ke Merbabu sembari membawa Bendera kebangganku. SHUNT.
[ 2 Mei2019 ]
Sabtu,
Pagi itu hujan cukup deras di tempat tinggalku di salah kota pada Yogyakarta. Bahkan hujan sudah mengguyur kota pelajar itu sejak dini hari. Aku malas bangun loka menurut tidurku, bukan karena cuacanya yg eeeennnaaaak banget buat tarik selimut lagi, namun karena aku lagi tidak lezat badan, aku terkena Flu pada hari H.
Kami janjian pukul 08:00 disalah satu loka rekan-nya saudaraku, serta aku masih sangat nyantai sampai menggunakan pukul 07:30, taulah... Ngopi, dan melakukan beberapa aktifitas yang dapat mencair kan susana agar kepala ku tak pusing.
Pukul 08:15, aku coba memastikan temenku serta ternyata telah stand by di loka yang udah di tentukan sebelumnya, serta saya masih belum siap buat berangkat hehehe.... Mandi, dandan (dandani carrier agar lebih macho), dan menyiapkan motor.
pukul 08:30, saya berangkat, menerjang hujan yang relatif deras serta sejenak melupakan Flu yg menyerangku.
Pukul 09:00 kurang,  saya sudah sampai pada Condong Catur, Yogyakarta. Kemudian aku di jemput disekitar tempat standbye.
sampai menggunakan pukul 11:00 hujan masih tetap berbaik hati menyirami tanah jogja yang sehari sebelumnya panas bingit. Sampai aku tertidur, karena memang enak banget buat tidur. Apalagi posisi nya memang udah bener-bener pewe dan anget.
Awalnya kami pesimis, apakah permanen melanjutkan perajalan atau menunggu sampai hujan reda. Ternyata temen-temen lah yang optimis karena pada antara mereka baru pertama kalinya dan sangat bertanya-tanya menggunakan pendakian ini.
Pukul 13:00, selesainya sholat dan memastikan hujan benar -sahih reda kami berangkat, tujuan pertama kali adalah Klaten, menjemput 1 orang lagi, lalu eksklusif berangkat menuju Selo, Boyolali.
Pukul 16:50, kami sudah hingga pada Masjid yang berjarak mungkin 30 menit perjalanan motor hingga di Base Camp Selo, kami istirahat sambil melakukan Sholat Asar dan sekaligus menunggu sholat Maghrib.
Pukul 18:55, kita sudah hingga Di BaseCamp Selo, dan siap melakukan pendakian.
Pendakian kali ini, dilakukan pada malam hari. Aku salah asumsi sehingga aku tidak melakukan relatif persiapan untuk Perjalanan Malam hari. Aku tidak menyiapkan baterai HeadLamp, dan untungya saja, baterai residu yang saya bawa relatif membawa ku sampai pada Bawah Sabana 1. Kami terpaksa harus berhenti dan mendirikan tenda pada situ lantaran galat satu anggota tim menyerah serta mengisyaratkan buat berhenti. Terlebih saya sendiri yg sedikit memaksakan diri, melihat syarat ku yg sebenarnya tidak terlalu Fit.
[ 3 Mei2019 ]
Minggu,
Pukul 01:00 kami sampai bawah Sabana 1. Tanpa kami sedari, kami sudah melakukan perjalanan malam selama 6 jam yg sangat melelahkan. Sudah tak terhitung berapa kali aku berhenti lantaran mungkin Packingku yang sedikit over. Kami jua beberapa kali berpapasan menggunakan Pendaki-pendaki yg turun. Dan aku pun sedikit bergumam,"apa yang mereka lakukan hingga jam 10 malam, masih ada pendaki-pendaki yang mau menempuh resiko buat turun". Dan saya mulai tidak memperdulikan itu sesudah diriku mulai sempoyongan, lantaran kelelahan, iya, karena kedinginan, mungkin.
Kami langsung mengembangkan tim, ada yang mengolah, serta terdapat yang mendirikan tenda. Seperti yg saya bilang, karena beberapa menurut mereka baru pertama kali nya naik gunung, jadi mereka masih gundah ingin melakukan apa. Bahkan buat memasakpun, mereka masih bingung bagaimana cara menyalakan. Akhirnya, kami yang yg telah pernah mendaki sebelumnya, dan rela membawa "beban" yg lebih berat, melakukan double Job.
Di sela-sela makan malam kami, akhirnya kami sepakati pukul 02:00 kita Summit. Aku hanya diam saja, karena aku sudah sangat Pusing. Aku mulai berbaring serta menelan bebrapa obat buat meredakan rasa sakit kepalaku. Banyak yg tidak konsisten pada sini, yg awalnya ingin ikut, akhirnya nir ikut karena alasan dingin dan ngantuk, yang awalnya diam dan tidak mau summit, akhirnya ikut bergabung, salah satunya adalah saya.
Ya, Aku,,, awalnya aku memang nir berniat buat summitkarena rasa sakit ini. Namun, waktu saya berbaring, aku bergeming sendiri di dalam Sleeping Bag ku ;
- "apakah relatif hingga disini saja"
- "Kalau hanya numpang tidur aja, kenapa harus jauh-jauh kesini"
- "lebih enakan dirumah yang hangat, tidak lelah seperti ini, segelas kopi, dan Game"
Kemudian saya teringat menggunakan bendera yang saya Bawa. Dan semangat ku mulai bangkit. Dan saya ikut bergabung pada Summit itu, mereka pun rela menunggu aku menyiapkan diri lebih dari 30 menit. Dan saya menghargai mereka yang telah mau menungguku.
02:30 kita start buat summit. Aku hanya membawa mantel, sebotol air Putih, dan Kamera. Sisanya ku serahkan pada mereka. Dan Wow.... Rasanya enteng banget. Setelah beban berat yang aku bawa berdasarkan BaseCamp aku tanggal, kemudian melanjutkan perjalanan beban misalnya itu, perjalanan terasa sangat cepat. Bukan kelalahan yg menghadang kami setelah itu, akan tetapi kabut, angin, serta udara yang sangat dingin yg wajib dapat kami atasi.
Demikian kisah perjalan Shunt menuju gunung merbabu

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel