SUPER SEKALI BU SUSI Sepenggal cerita part 2
Monday, May 20, 2019
Edit
" SUPER SEKALI BU SUSI "Sepenggal cerita ( part dua ) - Akhir tahun lalu, dalam kedap koordinasi di ruang tengah tempat kerja saya diberi agama menjadi Ketua Panitia program dua tahunan KIARA. Sebagai yg baru bergabung beberapa bulan saja, jelas aku keberatan buat menjalankan tugas serta tanggung jawab buat menyukseskan Temu Akbar Nelayan Indonesia2019. Akhirnya, tanpa banyak debat, saya terima agama itu menggunakan perkiraan akan dijalankan menggunakan koordinasi dan kerjasama sebaik-baiknya.
Mendatangkan ratusan nelayan berdasarkan berbagai daerah pada Indonesia ternyata penuh drama. Aku berpedoman pada keputusan kedap bahwa mereka, nelayan yg ingin diundang ke Jakarta harus mempunyai cerita donasi yg nyata dan terlibat di KIARA dalam beberapa tema.
Sebagai yang mengerti bagaimana timpangnya fasilitas pada pesisir negeri, saya memaklumi bahwa pengiriman formulir yg di download menurut situs KIARA dan dikirim via attachment email adalah hal yang sulit jadi nyata. Tapi, menjadi yang ingin setulus-tulusnya para nelayan belajar berorganisasi serta menulis ceritanya, saya permanen berpatokan dalam tenggat waktu registrasi yg sudah “ketok palu” saat itu.
Sedikit sekali ternyata perwakilan nelayan yg mendaftar secara ideal. Tawar menawar pula dalam akhirnya dan muncullah alternative untuk menurut KIARA saja yg “mengejar” para peserta. Oke, pembelajaran kepanitiaan lain aku rasakan. Singkat istilah, berkumpulah puluhan nelayan yang dilengkapi oleh para nelayan berdasarkan Teluk Jakarta hingga sasaran ratusan peserta lulus kuota.
Peserta sudah, kemudian bagaimana menggunakan pengisi acara?
KIARA memasang sasaran setinggi-tingginya menggunakan memutuskan nama Presiden Republik Indonesia sebagai pembuka program. Tetapi sayangnya, kami dari panitia belum juga berhasil menghadirkan Presiden, meski katanya sudah dilakukan aneka macam cara oleh Sekjen KIARA. Sebagai Ketua Panitia, saya mengusahakan supaya semua tokoh yg diundang merespon surat undangan yang saya indikasi tangan. Tapi, hingga pukul 16.00 WIB menuju malam pembukaan, nir terdapat kabar menggembirakan.
Kabar baik akhirnya dating waktu aku sedang terburu-buru dinantikan supir taksi yg sudah parkir di laman tempat kerja sejak tadi. Sebuah telpon masuk dengan nama yg saya masih jangan lupa. Beliau merupakan Komandan Batalyon waktu saya masuk sebagai Taruna STP Jakarta. Sang protokoler menteri itu menanyakan tentang status Presiden yang saya respon masih menunggu. Telpon ditutup dengan warta bahwa beliau akan menghubungi Sekretariat Negara terkait konfirmasi.
Telpon ke 2 kutunggu, supir taksi telah mulai kurang tabah. Singkat sekali komunikasi kedua itu, sang protokoler meneruskan disposisi Setneg bahwa Menteri Susi lah yg akan merogoh jatah Presiden. Sebagai Ketua Panitia, aku lega serta berterima kasih luar biasa. Akhirnya, Temu Akbar Nelayan Indonesia akan dihadiri sang bintang media senusantara yang akan membuka program.
Aku berangkat cukup awal, bersempit-sempit ria menggunakan para pekerja yang commuting ke Jakarta. Stasiun UI pagi itu cukup ramai, Selasa yang kuat. Saat sedang menjaga keseimbangan memasuki Manggarai, sebuah telpon masuk. Aku terdetak, jangan-jangan menurut protokoler. Benar, ternyata keliru satu protokoler Menteri sudah di lokasi, sementara KRL ku masih tersangkut antara Tebet serta Manggarai. Permohonan maaf menurut masinis yang bergema di gerbong kereta aku umpat pada hati.
Tiga ribu, nominal angka yang berkurang menurut kartu multitripku. Tanpa lupa memberi senyum dalam para tukang ojek pada seberang pagar stasiun Gondangdia, saya bergegas menuju Gedung Juang 45, dimana program puncak Temu Akbar Nelayan Indonesia bertempat. Tanpa ingin membuka aib panitia yang berlomba menggunakan waktu, saya merogoh beberapa keputusan cepat sehabis berkoordinasi dengan staf senior lain.
Menteri akhirnya dating meski kami sebenar-benarnya belum siap. Ruang pertemuan masih kosong melompong buat berukuran Temu Akbar, kumpulan kursi depan masih tak berpenghuni. Praktis, saat saya menuntun Menteri masuk dulu ke holding room untuk menunggu, aku wajib mendapat fenomena bahwa Menteri ini adalah sosok yang patut dipuji, sesuai nama. Beliau menolak buat masuk ke ruang tunggu serta akhirnya saya bergerak cepat menuju ruang rendezvous.
Pembawa program menyambut kemudian rangkaian program dimulai. Dengan segala kekurangan, pada akhirnya acara inti itu menurutku cukup melegakan. Di tengah-tengah orasi oleh Menteri yg lugas, tanpa teks, argumentative akademis serta sangat komunikatif itu beberapa tokoh yang kami undang pun hadir. Puncak kelegaan adalah ketika sepertinya Bu Menteri cukup apresiatif lantaran Ketua Komisi IV dan Mantan Menteri KP turut hadir.
Bu Menteri, yang saya pernah sangsikan kompetensinya ternyata membuatku bertepuk tangan gegap gempita pada akhir orasinya. Beliau menggunakan istilah ganti “ibu” buat mengungkapkan posisi sosialnya dalam perwakilan nelayan, kelompok social yang sudah menjadi bagian perjalanan hidupnya.
Beliau mengungkapkan menggunakan sangat logis tentang posisi KKP yang kini sedang sangat diperhatikan terkait berbagai kebijakan yang beliau canangkan. Tidak hanya lewat analogi pengalaman beliau menjadi “pemain” pada bidang Perikanan Kelautan sebelumnya, kami pula tergiur menggunakan paparan nalar matematika beliau terhadap suatu kenyataan alam.
Paling menarik merupakan waktu dia menyambut Ketua Komisi IV DPR yang merupakan kawan kerjanya menggunakan membacakan sms menurut warga . Beliau mengaku menerima banyak sekali sms yang mempertanyakan kebijakannya, tetapi tak sedikit pula yg mengapresiasi serta mendukung keputusan beraninya.
Menurutku, beliau sejatinya Menteri yg ideal serta membanggakan diantara perangkat kerja Presiden Jokowi lainnya, palling nir buat saat ini, dimana 100 hari pemerintahan baru ini berjalan dengan berbagai drama. Dalam seremonial resmi buat membuka program, beliau secara apik sekali menggaungkan 3 kata yg mewakili visi misi kepemimpinannya sebagai Menteri.
Tiga istilah itu adalah Kedaulatan, Keberlanjutan dan Kesejahteraan!
Kemudian seakan-akan terdapat Mas MT mengungkapkan, “Super Sekali..susi!”