MODUL 2 PRAKONDISI DI PLPG KOMPETENSI PEDAGOGIK
Sunday, June 9, 2019
Edit
TEORI BELAJAR
TIPS SUKSES PRAKONDISI BACA DI SINI
Dikutip dari sumberwww.sertifikasiguru.id, dalam acara prakondisi pada PLPG 2017Peserta PLPG 2017 harus mempelajari Modul Pedagogik serta Modul Pendalaman MateriBidang Studi secara mandiri dan dapat diunduh melalui lamansertifikasiguru.id
Sebagai persiapan pendalaman modulpedagogik di prakondisi PLPG 2017 kami sajikan RINGKASAN MATERI KELOMPOKKOMPETENSI PEDAGOGIK 2: TEORI BELAJAR
Ringkasan Materi ini dikembangkanberdasarkan kompetensi pedagogik yg ke 2 di Permendiknas angka 16 tahun 2007yaitu: Menguasai Teori Belajar serta Prinsip-Prinsip Pembelajaran yg Mendidik
RINGKASAN MATERI KELOMPOK KOMPETENSIPEDAGOGIK dua.
I. TEORI BELAJAR
A.teori Belajar Behaviorisme
Teori belajar tingkah laku (behaviorisme) memandang belajar sebagai hasil menurut pembentukan hubungan antararangsangan dari luar (stimulus) misalnya ‘2 + dua’ dan balasan berdasarkan anak didik(response) seperti ‘4’ yang bisa diamati. Semakin sering hubungan (bond) antararangsangan serta balasan terjadi, maka akan semakin kuatlah interaksi keduanya(law of exercise). Para penganut teori belajar tingkah laris ini berpendapatbahwa batu saja akan berlubang bila ditetesi air terus menerus. Thorndikemenyatakan bertenaga tidaknya interaksi ditentukan sang kepuasan juga ketidakpuasanyang menyertainya (law of effect). Itulah sebabnya, dua kata kunci menurut parapenganutnya selama proses pembelajaran adalah ‘latihan’ dan ‘ganjaran/penguatan’. Teori ini menitikberatkan pada perubahan tingkah laku menjadi hasildari pengulangan. Ganjaran atau penguatan pada hewan ditunjukkan denganpemberian sesuatu jika dia bisa merampungkan tugasnya, sebagai akibatnya binatangtersebut akan mengulangi kegiatannya. Para siswa akan sangat senang serta merasa dihargaijika mereka mendapat bantuan gratis saat mereka bisa melaksanakan tugas dengan baik,sebagai akibatnya mereka akan berusaha buat melakukan hal yang sama. Namun bila merekamelakukan hal yg salah maka mereka wajib mendapat hukuman supaya beliau tidakmelakukan hal itu lagi. Teori belajar tingkah laris ini menekankan adanyaganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement). Semakin poly ganjaran yangdiberikan maka respon yang dibutuhkan berdasarkan siswa akan lebih baik. Selain itu,jika respon siswa di luar yg diinginkan maka diperlukan adanya konsekuensihukuman (punishment) sebagai stimulus agar respon yg muncul berbeda denganrespon yg telah terdapat atau, dengan istilah lain, agar perilaku anak didik sesuai yangdiinginkan. Khusus buat punishment ini, beberapa tokoh teori tingkah laris,misalnya Skinner, mempunyai perbedaan pendapat, khususnya karena pengaruh yangkurang baik. Skinner menaruh alternatif yaitu digunakannya penguatan negatif(negative reinforcement). Pada masa sekarang, teori belajar yg dikemukakanpenganut psikologi tingkah laris ini cocok digunakan buat mengembangkankemampuan anak didik yg berhubungan dengan pencapaian hasil belajar (pengetahuan)matematika misalnya informasi, konsep, prinsip, dan skill (keterampilan).
B. Teori Belajar Kognitif
1. Psikologi Perkembangan KognitifPiaget
Menurut Piaget, struktur kognitif atauskemata (schema) merupakan suatu organisasi mental tingkat tinggi yg terbentukpada waktu orang itu berinterkasi menggunakan lingkungannya. Dua proses yg sangatpenting merupakan asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan suatu proses di manasuatu warta atau pengalaman baru dapat disesuaikan dengan kerangka kognitifyang sudah terdapat pada benak siswa; sedangkan akomodasi merupakan suatu prosesperubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang sudah ada di benak siswaagar sinkron dengan pengalaman yg baru dialami. Sejalan menggunakan itu, Ausubelmenginginkan proses pembelajaran di kelas-kelas adalah suatu pembelajaran yangbermakna (meaningful learning) yaitu suatu pembelajaran pada mana pengetahuanatau pengalaman yang baru dapat terkait menggunakan pengetahuan usang yg telah adadi pada struktur kognitif seorang. Untuk membantu terjadinya pembelajaranbermakna, Bruner menyarankan supaya proses pembelajaran melalui tiga termin, yaitutahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.
Empat termin perkembangan kognitif siswamenurut Piaget merupakan (1) tahap sensori motor (0–dua tahun), (dua) tahappra-operasional (dua–7 tahun), (tiga) tahap operasional nyata (7–11 tahun), dan(4) termin operasional formal (11 tahun ke atas).
Pada tahap sensori motor (0-dua tahun)seseorang anak akan belajar buat menggunakan serta mengatur kegiatan fsik danmental sebagai rangkaian perbuatan yg bermakna. Pada termin ini, pemahamananak sangat bergantung dalam aktivitas (gerakan) tubuh serta indera-alat indera mereka.pada tahap pra-operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat dipengaruhioleh hal-hal spesifik yang didapat menurut pengalaman menggunakan indera, sehinggaia belum sanggup buat melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu secarakonsisten. Pada tahap operasional nyata (7-11 tahun), umumnya anak sedangmenempuh pendidikan pada sekolah dasar. Di tahap ini, seseorang anak dapat membuatkesimpulan berdasarkan suatu situasi konkret atau menggunakan memakai benda konkret, danmampu mempertimbangkan 2 aspek menurut suatu situasi nyata secara bersamasama(contohnya, antara bentuk serta ukuran). Pada termin operasional formal (lebih dari11 tahun), aktivitas kognitif seseorang nir mesti memakai benda nyata.tahap ini adalah tahapan terakhir dalam perkembangan kognitif.
2. Belajar Bermakna David P. Ausubel
Teori belajar Ausubel menitikberatkanpada bagaimana seorang memperoleh pengetahuannya. Menurut Ausubel terdapat 2jenis belajar yaitu belajar hafalan (rote-learning) serta belajar bermakna(meaningfullearning). Jika seseorang anak didik berkeinginan buat mengingat sesuatutanpa mengaitkan hal yang satu menggunakan hal yg lain maka baik proses maupunhasil pembelajarannya bisa dinyatakan menjadi hafalan (rote) dan nir akanbermakna (meaningless) sama sekali baginya. Pembelajaran yg mengacu pada‘belajar bermakna’ atau ‘meaningful-learning’ adalah pembelajaran di manapengetahuan atau pengalaman baru yang akan dipelajari murid dapat terkaitdengan pengetahuan lama yang sudah dimiliki anak didik.
3. Teori Presentasi Bruner
Bruner membagi penyajian prosespembelajaran dalam 3 tahap, yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Padatahap enaktif, para murid dituntut buat mempelajari pengetahuan denganmenggunakan sesuatu yang “nyata” atau “konkret” yang berarti dapat diamatidengan memakai panca indera. Contohnya, ketika akan membahas geometri ruangdi awal pembelajaran, guru dapat menggunakan alat peraga maupun barangsehari-hari semisal kaleng, dus, dll. Pada termin ikonik, yakni setelahmempelajari pengetahuan dengan benda konkret atau benda konkret, tahap berikutnyaadalah tahap ikonik, dimana para siswa mengusut suatu pengetahuan dalambentuk gambar atau diagram sebagai perwujudan menurut kegiatan yang menggunakanbenda konkret atau konkret tersebut. Pada termin simbolik para murid wajib melewatisuatu tahap dimana pengetahuan tadi diwujudkan dalam bentuk simbol-simbolabstrak. Dengan istilah lain, anak didik wajib mengalami proses berabstraksi.berabstraksi terjadi pada saat seseorang menyadari adanya kesamaan di ataraperbedaan-perbedaan yang ada.
C. Teori Belajar Konstruktivisme
1. Model Penemuan
Bruner berpendapat bahwa belajar denganpenemuan adalah belajar untuk menemukan (learning by discovery is learning todiscover). Ada 2 contoh penemunaan, yaitu contoh penemuan murni dan modelpenemuan terbimbing. Model penemuan yang dapat dikembangkan di kelas adalahmodel penemuan terbimbing di mana para siswa dihadapkan menggunakan situasi di manaia bebas untuk mengumpulkan data, membuat dugaan (hipotesis), mencoba-coba(trial and error), mencari serta menemukan keteraturan (pola), menggeneralisasiatau menyusun rumus bersama bentuk umum, menerangkan benar tidaknya dugaannyaitu. Berbeda dengan model inovasi murni di mana mulai dari pemilihan strategisampai dalam jalan serta output penemuan dipengaruhi para siswa sendiri maka padapenemuan terbimbing ini, para pengajar bertindak sebagai penunjuk jalan, iamembantu dan memberi kemudahan bagi para siswanya sedemikian rupa sehinggamereka bisa mempergunakan idea, konsep serta ketrampilan yang telah beliau pelajariuntuk menemukan pengetahuan yg baru. Penggunaan serangkaian pertanyaan yangtepat akan sangat membantu siswa untuk menemukan pengetahuan yang baru berdasarpada pengetahuan lama yg dipunyainya.
2. Model Saintifk
Pendekatan saintifk meliputi limapengalaman belajar sebagaimana dijelaskan ini dia.
a.mengamati (observing) pada mana anak didik difasilitasi buat mengamati denganindra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) denganatau tanpa alat.
b.menanya (questioning) pada mana murid difasilitasi buat membuat danmengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang kabar yang belumdipahami, keterangan tambahan yg ingin diketahui, atau menjadi klarifkasi.
c. Mengumpulkan liputan/mencoba(experimenting) pada mana murid difasilitasi buat mengeksplorasi, mencoba,berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen,membaca sumber lain selain kitab teks, mengumpulkan data dari nara sumbermelalui angket, wawancara, serta memodifkasi/ menambahi/ menyebarkan.
d. Menalar/mengasosiasi (associating) dimana murid difasilitasi untuk mengolah informasi yang sudah dikumpulkan,menganalisis data pada bentuk membuat kategori, mengasosiasi ataumenghubungkan fenomena/berita yang terkait dalam rangka menemukan suatupola, serta menyimpulkan.
e. Mengomunikasikan (communicating) dimana murid difasilitasi buat menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram,atau grafk; menyusun laporan tertulis; serta menyajikan laporan mencakup proses,output, dan kesimpulan secara mulut.
II. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Dalam perencanaan pembelajaran,prinsip-prinsip belajar bisa mengungkap batas-batas kemungkinan dalampembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori danprinsip-prinsip belajar dapat membantu guru pada memilih tindakan yg sempurna.
Dari banyak sekali prinsip belajar tersebutterdapat beberapa prinsip yg nisbi berlaku generik yang dapat digunakansebagai dasar pada upaya pembelajaran menjadi berikut.
A.perhatian dan Motivasi
Perhatian memiliki peranan yang pentingdalam kegiatan belajar. Dari kajian belajar pengolahan liputan terungkapbahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar (Gage serta Berliner,1984: 355). Di samping perhatian, motivasi memiliki peranan penting
dalam aktivitas belajar. Motivasi adalahtenaga yg menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapatdibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan Berliner, 1984: 372).
B.keaktifan
Anak memiliki dorongan buat berbuatsesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisadipaksakan oleh orang lain serta jua nir sanggup dilimpahkan pada orang lain.belajar hanya mungkin terjadi bila anak aktif mengalami sendiri.
C.keterlibatan pribadi/Berpengalaman
Belajar merupakan mengalami, belajar tidakbisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale pada penggolongan pengalamanbelajar yg dituangkan pada kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajaryang paling baik adalah belajar melalui pengalaman pribadi. Dalam belajarmelalui pengalaman eksklusif murid yg tidak hanya mengamati secara langsungtetapi beliau harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, serta bertanggungjawab terhadap hasilnya.
D.pengulangan
Pada teori Psikologi Asosiasi atauKoneksionisme menyampaikan bahwa belajar adalah pembentukan interaksi antarastimulus serta respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itumemperbesar peluang timbulnya respons benar. Pengulangan dalam belajar akanmelatih daya-daya yang ada dalam insan yang terdiri atas daya mengamat,menanggap, mengingat, mengkhayal, mencicipi, hingga berpikir yg akan membuatdaya-daya tersebut berkembang.
E.tantangan
Dalam situasi belajar, siswa menghadapisuatu tujuan yang ingin dicapai. Namun selalu masih ada hambatan, yaitumempelajari bahan belajar. Timbullah motif buat mengatasi kendala itu, yaitudengan mempelajari bahan belajar tadi.
F.balikan atau Penguatan
Siswa belajar sungguh-sungguh danmendapatkan nilai yg baik pada ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anakuntuk belajar lebih ulet lagi. Nilai yang baik bisa adalah operantconditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang menerima nilaiyang jelek pada ketika ulangan akan merasa takut nir naik kelas, karena takuttidak naik kelas ia terdorong buat belajar lebih ulet . Inilah yang disebutpenguatan negatif.
G.perbedaan Individual
Siswa yg merupakan individual yangunik merupakan tidak ada 2 orang murid yang sama persis, tiap siswa memilikiperbedaan satu menggunakan yang lainnya. Perbedaan individu ini berpengaruh padacara dan output belajar murid.
Sumber Pustaka:
Wibowo, Hari dkk. 2016. Teori Belajar. Jakarta: PusatPengembangan serta Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bahasa,Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
MODUL tiga BACA DI SINI