gerakan pramuka menemuka

Gerakan pramuka menemukan Karakter bangsa yang hilang
Pengantar
Dalam facebook aku membaca sebuah tulisan yang berjudul “Karakter Bangsa Yang Hilang” ditulis oleh Joko Mursitho Kepala Pusdiklatnas Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Siapapun yg membca goresan pena itu pasti cemas, betapa parahnya syarat karakter bangsa kita kini ini, sungguh ironis dan tragis. Bangsaku kusayang, bangsaku malang, demikian sebuah ungkapan. Sesungguhnya bangsa kita sudah terkenal sejak zaman dahulu kala yaitu bangsa yg akbar, bangsa yang berbudaya, bangsa yang lemah lembut, sopan santun, agamis, toleransi, pemaaf, cinta hening, serta konduite lainnya yg terpuji. Tetapi apa yang terjadi ketika ini, karakter bangsa sudah hilang, bangsa kita sedang sakit.
Dalam goresan pena itu, Kak Joko Mursitho mendeskripsikan bahwa bangsa Indonesia waktu ini sudah menyimpang dari karakter orisinil bangsa Indonesia. Hampir setiap hari kita disuguhkan pemandangan peristiwa yang mengerikan, penghilangan nyawa, perampokan, pelecehan seksual, konflik antar grup, perkelahian antar suku, tawuran pelajar/mahasiswa, penyalahgunaan obat terlarang “narkotika”, serta lain-lain. Dahulu bangsa kita populer sebagai bangsa yg ramah tamah, sopan santun, akan tetapi sekarang berubah menjadi bangsa yg kasar, beringas, pemarah, anarkhi. Semangat musyawarah, kekeluargaan, gotongroyong, kesetiakawanan, kebersamaan sudah menipis. Budaya tertib, patuh, disiplin, rasa malu pula sudah luntur.
Permasalahan Bangsa
Sesungguhnya ada apa dengan bangsa kita, serta mengapa terjadi misalnya itu? Untuk menjawab pertanyaan itu maka aku akan mengutip (inti sarinya saja) perkembangan Lingkungan Strategik yg dimuat pada Rencana Strategik Gerakan Pramuka Tahun 1999-2004. Perkembangan Lingkungan Strategik pada tingkat dunia dan tingkat nasional dapat menghipnotis syarat bangsa Indonesia (karakter bangsa) ada 5 (5) faktor, yaitu:
1.revolusi Komunikasi dan Teknologi
Telah terjadi akselerasi perkembangan teknologi yg sangat tinggi dan sangat mensugesti kehidupan global. Era personal komputer serta komunikasi yg didominasi oleh “budaya interaktif” menggunakan adanya internet, komputer jinjing, serta telepon genggam membangun kehidupan “lingkungan hayati yang baru”. Kemudahan akses informasi membawa terjadinya penetrasi global dari model-model gaya hayati yg acapkali nir cocok dengan realita lokal. Seperti misalnya, masuknya konsumsirisme yang nir sesuai menggunakan kebutuhan pembangunan sebagai akibatnya mengakibatkan aspirasi-aspirasi yang nir terpenuhi, yang berlanjut menggunakan putus harapan yang makin meningkat, terutama dalam generasi muda. Akibatnya merupakan akses-akses misalnya perkelahian masal, kenaikan kriminalitas serta penyalahgunaan narkoba.

2.globalisasi
Proses globalisasi dalam teknologi, pasar, perdagangan, bepergian serta imigrasi telah berkembang menggunakan sangat cepat. Dampak yang diakibatkan oleh kekuatan dan kebijakan global sangat mensugesti keadaan serta pengambilan keputusan dalam taraf nasional serta lokal.aspek yang menonjol disini adalah kesiapan kita buat menghadapi keterbukaan serta kemampuan bersaing. Pers, radio, dan televisis hampir setiap hari menyiarkan gambar-gambar mengenai kekerasan yang melanda masyarakat diberbagai loka pada global,yg terpecah belah pada konfrontasi etnik, rakyat yang terjerumus kedalam pertarungan sipil dan sebagainya.

3.krisis Ekonomi
Krisis ekonomi yg berkepanjangan dan gelombang “reformasi total”, pergantian kepemimpinan negara, disusul menggunakan pergolakan politik yang diwarnai oleh unjuk rasa menggunakan banyak sekali tuntutan, membangun syarat yg sangat rawan. Keadaan misalnya ini memberi peluang pada pihak-pihak tertentu buat mengumbar dan melampiaskan segala kegiatan tercela seperti pancingan -provokasi, tuntutan-tuntutan, hujatan-hujatan, informasi-info SARA dan upaya-upaya yg melecehkan hukum dan wibawa pemerintah yang menjurus ke anarkhi dan mengamcam keutuhan persatuan serta kesatuan bangsa. Tindakan kekerasan dan kriminalitas seolah-olah menerima keleluasaan sehingga waktu merajalela dan seiring dengan itu tindakan-tindakan main hakim sendiri seringkali terjadi. Nilai-nilai budaya seperti tersingkirkan serta nir mampu buat sebagai kendala terhadap akses-akses pada rakyat itu.

4.ancaman Narkoba dan HIV/AIDS
Pada waktu ini telah kurang lebih 1,tiga juta orang pada Indonesia diperkirakan mengkonsumsi narkotika dan obat terlarang. Karena omset perdagangannya secara nasional mencapai ratusan miliyar rupiah perhari. Sebagai bursa transaksi, orang tidak hanya merujuk ketempat hiburan misalnya diskotik, karaoke serta bandara namun kampus serta sekolah pula disebut-sebut menjadi pintu masuknya budaya narkotika dan obat terlarang. Demikian juga menggunakan penyebaran HIV/AIDS merupakan ancaman yang harus diwaspadai. Terlebih-lebih dengan meningkatnya pergaulan bebas serta perubahan gaya hayati.

5.defisit Pendidikan
Pendidikan formal (sekolah) mengalami defisit, demikian jua pendidikan informal (famili).orang mengungkapkan bahwa kini “sekolah-sekolah makin banyak mengajar, akan tetapi kurang mendidik”.yang dimaksud dengan “mengajar” disini adalah pengalihan pengetahuan, sedangkan “mendidik” dimaksudkan membangun kepribadian. Gejala inilah yg dimaksud dengan “defisit pendidikan” yang masih ada pada pendidkan formal pada sekolah. Karena banyak sekali sebab, kini bunda-ibu ikut bekerja pada luar tempat tinggal , sehingga anak menerima kebebasan dalam usia yg makin muda. Namun kebebasan ini tidak dibarengi pembekalan bagaimana mereka wajib membawa diri pada kebebasan itu, sehingga anak tersebut dapat terjerumus pada penggunaan obat terlarang atau pergaulan yang kurang baik. Terjadilah “defisit pendidikan informal” (pendidikan pada lingkungan keluarga). Jadi, pendidikan formal (sekolah) serta pendidikan informal (famili) ternyata kurang bisa memberikan sahamnya baik pada hal “pembangunan tabiat, kepribadian, serta karakter” pada hal membekali kemampuan swatantra buat mandiri pada membekali nilai-nilai hidup. Oleh sebab itu Gerakan Pramuka menjadi gerakan pendidikan non formal tampil buat membantu serta melengkapi kekurangan pendidiakan formal dan informal. Sehingga kesenjangan pendidikan karakter bangsa dapat diatasi melalui pendidikan formal serta pendidikan informal serta dimantabkan melalui pendidikan non formal (pendidikan kepramukaan).

Peran Gerakan Pramuka
Berdasarkan Undang-undang nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka, maka peranan Gerakan Pramuka pada pendidikan karakter bangsa sebagai akbar. Disebutkan di dalam konsideran, “…bahwa Gerakan Pramuka selaku penyelenggara pendidikan kepramukaan memiliki kiprah besar pada pembentukan kepribadian generasi muda sebagai akibatnya mempunyai pengendalian diri dan kecakapan hidup buat menghadapi tantangan sinkron menggunakan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional serta dunia”. Untuk melaksanakan kiprah besar itu, maka Gerakan Pramuka memiliki mesin penggerak serta bagi anggotanya memegang teguh kode kehormatan Pramuka berupa janji dan komitmen serta ketentuan moral Pramuka.
Janji itu dirumuskan dalam “satya” dan ketentuan moral itu dirumuskan dalam “darma” yang bisa diambil intinyaantara lain memuat butir-buah aktivitas pendidikan kepramukaan, yaitu:
1.beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa.
2.berakhlak mulia.
3.menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa serta mengamalkan Pancasila.
4.berjiwa patriotik.
5.taat aturan.
6.menjaga dan membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7.kecintaan kepada alam serta sesama manusia.
8.melestarikan lingkungan hidup.
9.kedisiplinan, keberanian dan kesetiaan.
10.tolong menolong.
11.bertanggung jawab dan dapat dipercaya.
12.jernih dalam berfikir, berkata dan berbuat.
13.hemat, cermat dan bersahaja.
14.rajin dan terampil.
15.sopan serta kesatria.
16.memiliki kecakapan hayati sebagai kader bangsa.
17.tabah dalam menghadapi kesulitan/musibah.

Butir-butir aktivitas pendidikan kepramukaan itu dimaksudkan buat menaikkan kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, keterampilan serta ketahanan diri yg dilaksanakan melalui metode belajar interaktif serta progresif. Penggunaan metode belajar interaktif dan progresif itu dapat diterapkan sinkron menggunakan golongan anggota Pramuka yaitu Pramuka Siaga (umur 7-10 tahun), Pramuka Penggalang (umur 11-15 tahun), Pramuka Penegak (umur 16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Bagi Pramuka Siaga melalui proses mengerti dan tahu, sedangkan buat Pramuka Penggalang menggunakan proses mengamati serta menghayati. Nah, buat Pramuka Penegak dan Pandega memakai proses melakukan, mengamalkan, mempertahankan serta melestarikan dan membudayakan. Kehadiran anggota dewasa (pembina, pelatih) menaruh dorongan serta dukungan pada anggota muda tersebut di atas dengan prinsip sistem among, yaitu ing ngarso sung tulodo buat Pramuka Siaga, ing mudyo mangun karso buat Pramuka Penggalangdan tut wuri handayani buat Pramuka Penegak serta Pandega.
Pendapat Tentang Karakter Bangsa
Ada beberapa pendapat buat mencari karakter bangsa yang hilang serta menemukannya balik . Pendapat pertama menyatakan bahwa pendidikan karakter bangsa diberikan secara spesifik dalam kurikulum pendidikan formal yaitu “pelajaran budi pekerti”. Pendapat yg kedua, pendidikan karakter bangsa di tambahkan pada mata pelajaran PPKn sedangkan pendapat ketiga menyatakan bahwa pendidikan karakter bangasa dimuat/disisipkan ke pada seluruh mata pelajaran pada pendidikan formal. Baik pendapat pertama, ke 2 serta ketiga, kesemuanya belum menyentuh secara komprehensif, karena mereka masih berkutat dalam pendidikan formal. Bagaimana pendidikan informal dan non formal?
Gerakan Pramuka sebagai organisasi yang berkiprah dalam bidang pendidikan non formal diharapkan sanggup sebagai suatu kekuatan perubahan sosial nasional dan peranan Garakan Pramuka ini semakin nyata menggunakan diakuinya Gerakan Pramuka dalam undang-undang tentang Gerakan Pramuka. Peran besar Gerakan Pramuka dalam pembentukan kepribadian generasi belia dalam bidang karakter bangsa hendaknya dapat diwujudkan pada praktek kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari segi sosial budaya berdasarkan pembangunan bangsa maka pendidikan kepramukaan yang sebenarnya paling cocok buat mempersiapkan anak muda/kaum muda buat menanggulangi merosotnya karakter bangsa. Atau istilah kak Joko Mursitho “Karakter Bangsa yg Hilang” buat dicari dan ditemukan sang Gerakan Pramuka.
Bagaimana caranya Gerakan Pramuka buat menemukan karakter bangsa yg hilang? Caranya, Gerakan Pramuka melakukan aktivitas yg menarik serta menyenangkan, dilaksanakan secara praktik yang simpel, kegiatan belajar sambil melakukan. Kegiatan itu bersumber menurut satya serta pengabdian Pramuka. Satya menjadi janji, darma sebagai ketentuan moral. Untuk Pramuka Siaga dirumuskan dalam “dwi satya dan dwi darma”, sedangkan buat Pramuka Penggalang/Penegak/Pandega dirumuskan dalam “tri satya serta dasa pengabdian”
Segala upaya serta usaha Gerakan Pramuka diarahkan buat mencapai tujuan Gerakan Pramuka. Tujuan itu diarahkan training tabiat, mental, emosional, jasmani, serta talenta, serta meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ilmu pengetahuan serta teknologi, keterampilan dan kecakapan melalui banyak sekali aktivitas kepramukaan yaitu: kegiatan rendezvous, aktivitas perkemahan, kegiatan bakti rakyat, kegiatan peduli rakyat, aktivitas kemitraan dan masih poly lagi aktivitas berskala lokal, nasional maupun internasional.
Harapan
Marilah kita satukan tekad serta semangat buat bersama-sama menggempur musuh-musuh yang akan menghancurkan karakter bangsa Indonesia. Kita cari karakter bangsa yg hilang, dengan sistem “gropyokan” melalui jalur pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal (pendidikan kepramukaan). Insya Allah, karakter bangsa yang hilang bakal ketemu lagi dan pulih kembali sebagaimana nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Selamat buat Gerakan Pramuka yang sudah berusia 50 tahun adalah tahun emas (1961—2011). Semoga bermanfaat.
Oleh: Munatsir Amin *)
Wakil Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Lampung masa bakti 2011—2016.

Referensi:
1.undang-undang No. 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka
2.anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka.
3.rencana Strategis Gerakan Pramuka tahun 1999—2004 oleh Kwartir Nasional.
4.    Karakter Bangsa Yang Hilang oleh Joko Mursitho Ka. Pusdiklatnas Kwartir Nasional.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel