SEJARAH AWAL BERDIRI NEGARA CHINA
Wednesday, February 1, 2012
Edit
Cina merupakan salah satu sejarah kebudayaan tertua di global. Dari inovasi arkeologi dan antropologi, daerah Cina telah didiami sang manusia purba semenjak 1,7 juta tahun yang lalu. Peradaban Cina berawal berdasarkan aneka macam negara kota di sepanjang lembah Sungai Kuning pada zaman Neolitikum. Sejarah tertulis Cina dimulai semenjak Dinasti Shang (l.K. 1750 SM - 1045 SM).
Sejarah sudah pertanda bahwa Cina adalah sebuah negara-bangsa yg berhasil melalui aneka macam episode kehidupan, menggunakan akhir kisah yang tragis juga bahagia. Dari sebuah bangsa akbar yg dipimpin oleh aneka macam dinasti, Cina harus melewati dulu “masa penghinaan” oleh kekuatan Eropa semenjak pertengahan abad ke-19 sebelum pada akhirnya “dibebaskan” sang kekuatan komunis di bawah pimpinan Mao Zedong dalam tahun 1949.
Cina di masa Mao adalah Cina yang “benci akan tetapi rindu” terhadap baik Amerika Serikat juga Uni Soviet – sebuah postur politik luar negeri yg akhirnya menciptakan Cina wajib mengisolasi dirinya berdasarkan pergaulan internasional. Sementara itu, di pada negeri kesulitan rakyat memuncak akibat petualangan politik Mao pada Lompatan Jauh ke Depan (1958–60) dan Revolusi Kebudayaan (1966–76).
Cina pada masa Mao adalah sebuah negara sosialis pada mana negara memainkan peran utama pada pembangunan perekonomian. Di sektor industri, misalnya, perusahaan-perusahaan milik pemerintah menghasil-kan lebih dari 60 persen gross value produksi industri. Di sektor urban, pemerintah adalah satu-satunya agen yg berwenang memutuskan harga komoditas utama, memilih distribusi dana investasi, mengalokasikan sumber-asal energi, mematok tingkat upah energi kerja, dan mengontrol kebijakan finansial serta sistem perbankan. Sistem perdagangan luar negeri pula sebagai monopoli pemerintah sejak athun baru 1950-an.
Sejak Mao “pulang menghadap Marx” pada September 1976, Cina mulai membuka dirinya dan mengadopsi reformasi pasar terbuka. Sejak tahun 1978 peran pemerintah pusat di bawah pimpinan Deng Xiaoping dalam mengatur ekonomi semakin berkurang, diiringi dengan semakin besarnya kiprah baik perusahaan-perusahaan partikelir juga kekuatan pasar lainnya. Sebagai hasilnya, ekonomi Cina menampakan dinamisme yang mencengangkan: antara tahun 1978 dan 1995, sumbangan Cina terhadap GDP global meningkat menurut lima% sebagai 10,9%. Meskipun Cina masih tergolong miskin pada konteks pendapatan perkapita, output ini sudah memicu spekulasi mengenai masa depan Cina. Bahkan terdapat pengamat yang mengatakan bahwa dengan keberhasilan Cina buat nir terseret dalam gelombang krisis ekonomi Asia, perekonomian Cina diperkirakan akan sanggup menyamai Amerika Serikat dalam lebih kurang tahun 2015.
Cina memasuki abad ke-21 menggunakan sisa-residu ideologi sosialisnya di satu kaki serta upaya keras menjadi keliru satu kekuatan dunia di kaki yang lain. Jika semasa Mao berkuasa Cina masih menerapkan anggaran-anggaran yg otokratis, pemujaan berlebihan dalam sosok pemimpin negara, ortodoksi yg kaku serta isolasionisme, maka di era 1990-an dan awal abad ke-21 ini pemerintah Cina dihadapkan dalam penduduk yang jauh lebih berpendidikan dan sanggup mengartikulasikan diri.
Cina yang tadinya memuja revolusi komunis (yg berkaitan erat menggunakan radikalisme kelas pekerja, egalitarianisme, dan memusuhi imperi-alisme Barat) sudah digantikan oleh Cina yang termodernisasi, menggunakan ekonomi industri kapitalis yang terintegrasi dengan global, penerapan konsep demokrasi, dan pengembangan SDM melalui sistem pendidikan yang maju. Ini adalah bukti adanya penolakan dalam revolusi atas nama modernisasi atau dengan istilah lain penolakan pada sosialisme atas nama kapitalisme.
Transisi dari ekonomi sosialis yang terpusat menuju ekonomi pasar bebas memang membuahkan tingkat kehidupan sebagian akbar warga Cina semakin membaik. Karenanya tidaklah mengherankan apabila kemakmuran bukan lagi sebagai barang mewah pada Cina. Boom ekonomi sudah membawa kemajuan akbar pada standar kehidupan kebanyakan orang urban Cina. Meski Cina belum tentu segera akan menjadi warga yang terbuka serta bebas, namun pembatasan terhadap kebudayaan pop dan hal-hal berbahaya lainnya menurut Barat telah mulai dikurangi 3 seperempat bukti bahwa kapitalisme sudah semakin pada menancapkan kukunya pada Cina.
Transisi itu pula menyebabkan banyak sekali konflik akut yang wajib segera diatasi. Kenneth Lieberthal, seorang sinolog berdasarkan University of Michigan, membuat daftar lima masalah tergawat yang dihadapi Cina dewasa ini: (1) penurunan derajat mutu lingkungan hayati, (dua) pengangguran, (tiga) permasalahan-konflik separatisme yg mengarah dalam disintegrasi, (4) keikutsertaan Cina dalam WTO, serta (lima) korupsi yg endemik.
Sehubungan dengan kasus yang terakhir, Cina menyadari bahwa sebuah lingkungan politik serta sosial yg stabil adalah kebutuhan bagi upaya mempertahankan pembangunan ekonomi yang sehat, termasuk pada dalamnya perjuangan melawan korupsi. Inilah sebabnya mengapa pemerintah Cina semenjak permulaan reformasi telah bertekad buat membuahkan pembangunan ekonomi menjadi tugas utama dan bersamaan menggunakan itu pula berusaha keras melawan korupsi demi mengklaim stabilitas dan memajukan reformasi serta pembangunan.
Mengingat arti krusial China dewasa ini dalam banyak sekali bidang, tidaklah hiperbola bila dinyatakan bahwa kita perlu mencermati bagaimana perkembangan budaya dan sejarahnya sampai menjadi seperti waktu ini sebagai bahan refleksi yg sangat berharga. Buku ini melengkapi sejarah China dalam bahasa Indonesia karya Nio Joe Lan berjudul Tiongkok Sepandjang Abad. Setidaknya karya ini akan memudahkan para sarjana sinologi serta rakyat pada umumnya pada menilik sejarah China.
Referensi:
//blog.djarumbeasiswaplus.org/nurulikhsan/?P=489
//forum.dtk.com/sejarah-cina-t96477.html