SEJARAH BERDIRI PARTAI AMANAT NASIONAL PAN
Tuesday, March 20, 2012
Edit
Sejarah berdiri Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat (MARA), salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan Soeharto, PPSK Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet.
PAN dideklarasasikan di Jakarta dalam 23 Agustus, 1988 oleh 50 tokoh nasional, di antaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, mantan Ketua umum Muhammadiyah, Goenawan Mohammad, Abdillah Toha, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan, Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, Drs. Faisal Basri MA, A.M. Fatwa, Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao serta lainnya.
Sebelumnya dalam rendezvous tanggal lima-6 Agustus 1998 pada Bogor, mereka setuju menciptakan Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama menjadi Partai Amanat Nasional (PAN) ( Selengkapnya pada Sejarah Partai Amanat Nasional )
PAN bertujuan menjunjung tinggi serta menegakkan kedaulatan masyarakat, keadilan, kemajuan material serta spiritual. Cita-cita partai berakar dalam moral agama, humanisme, serta kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian serta nondiskriminatif. Untuk terwujudnya Indonesia baru, PAN pernah melontarkan gagasan tentang obrolan bentuk negara federasi menjadi jawaban atas ancaman disintegrasi. Titik sentral obrolan merupakan keadilan pada mengelola sumber daya sebagai akibatnya warga seluruh Indonesia dapat sahih-sahih merasakan menjadi rakyat bangsa
PAN dideklarasasikan di Jakarta dalam 23 Agustus, 1988 oleh 50 tokoh nasional, di antaranya Prof. Dr. H. Amien Rais, mantan Ketua umum Muhammadiyah, Goenawan Mohammad, Abdillah Toha, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan, Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim, Drs. Faisal Basri MA, A.M. Fatwa, Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao serta lainnya.
Sebelumnya dalam rendezvous tanggal lima-6 Agustus 1998 pada Bogor, mereka setuju menciptakan Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama menjadi Partai Amanat Nasional (PAN) ( Selengkapnya pada Sejarah Partai Amanat Nasional )
PAN bertujuan menjunjung tinggi serta menegakkan kedaulatan masyarakat, keadilan, kemajuan material serta spiritual. Cita-cita partai berakar dalam moral agama, humanisme, serta kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian serta nondiskriminatif. Untuk terwujudnya Indonesia baru, PAN pernah melontarkan gagasan tentang obrolan bentuk negara federasi menjadi jawaban atas ancaman disintegrasi. Titik sentral obrolan merupakan keadilan pada mengelola sumber daya sebagai akibatnya warga seluruh Indonesia dapat sahih-sahih merasakan menjadi rakyat bangsa