SEJARAH ASAL USUL ADANYA KOTA MAGELANG
Sunday, November 24, 2013
Edit
Sejarah Asal usul Adanya Kota Magelang - Kota Magelang sudah sebagai sebuah kota yg amat terkenal pada global dengan candi Borobudurnya menjadi salah satu keajaiban pada dunia.
Ada beberapa akronim yg mengaitkan nama kota Magelang. Namun yg paling banyak dianggap adalah peristiwa semasa kudeta antara Mas Karebet dengan Haryo Penangsang. Kisah ini sebagai semacam legenda atau cerita gaib dari muasal kota Magelang tersebut.
Konon, saat peristiwa peperangan perebutan kekuasaan karena lengsernya Sultan Demak berdasarkan keprabon, ada poly intrik yg meminta tumbal nyawa begitu banyak. Gesekan politik serta kekuasaan ini sama kuatnya antara Mas Karebet serta Haryo Penangsang.
Dalam zenit peperangan, Mas Karebet mengutus putra angkatnya, Danang Sutowijoyo buat menghadapi Haryo Penangsang. Kepergian Haryo Penangsang direstui pada wujud dibekali pusaka Tombak Kanjeng Kyai Pleret yg populer sangat digdaya, dan didamping sang Ki Ageng Pemanahan dan Ki Juru Mertani. Dalam pertempuran, Haryo Penangsang bisa dikalahkan.
Sebagai hibah kemenangannya, pada Danang Sutowijoyo diberi areal hutan yg terkenal gawat, yaitu Alas Mentaok. Setelah menjadi kota setingkat Kadipaten serta diberi nama Mataram, hutan ini pun mengalami perkembangan yang teramat pesat. Hal ini menciptakan petinggi Pajang iri serta memfitnah Danang Sutowijoyo akan memberontak pada Keraton Pajang. Hasutan itu berhasil. Sultan Pajang mulai jauh dengan Danang Sutowijoyo yg sudah berganti nama kebesaran sebagai Panembahan Senopati.
Sebagai persiapan, supaya bila digempur Pajang nir kalah, secara diam-diam Panembahan Senopati menciptakan pasukan pendem yg dilatih di Hutan Kedu yg sangat menakutkan, dan adalah kerajaan siluman dibawah pimpinan raja siluman Prabu Sepanjang.
Untuk membuka kewingitan hutan Kedu, titah diberikan kepada Pangeran Purboyo, putra Panembahan Senopati, serta didampingi 2 pengawal pribadi yang merupakan saudaranya, yakni : Raden Kuning serta Raden Krincing. Tak lupa turut dan 2 abdi pilih tanding, yakni Tumenggung Mertoyudo dan Tumenggung Singoranu.
Di hutan Kedu pasukan Mataram banyak mengalami gangguan berdasarkan para silumanyaitu penyakit aneh, sore sakit esoknya tewas. Namun beruntung, Raden Kuning yg waskita bisa melihat wujud para siluman. Dengan kesaktiannya, maka para jin pun jadi kalang kabut dan melarikan diri, termasuk Prabu Sepanjang. Mereka diburu oleh pasukan Mataram pada bawah pimpinan Raden Kuning, lalu Saat pengejaran inilah Raden Kuning bertemu dengan Putri Rantam, anak menurut Kyai Kramat dan Nyai Bogem. Raden Kuning malah lupa dalam tugasnya mengejar Prabu Sepanjang dan anak buahnya. Dia malah menentukan menikah menggunakan wanita jelita itu.
Saat pesta berlangsung, Prabu Sepanjang merenungi nasibnya di bawah pohon beringin besar pada dekat tempat tinggal Kyai Kramat. Prabu Sepanjang menemukan pandangan baru buat merubah wujudnya sebagai insan yg bernama Sonta, serta mengabdi diri dalam Kyai Kramat.
Singkat cerita, tanpa curiga sedikitpun Kyai Kramat menerima pengabdian pemuda bernama Sonta itu, Mulailah Sonta menebarkan dendamnya dengan teror penyakit aneh yang mematikan.
Peristiwa ini hingga pula ke pendengaran Pangeran Purbaya. Dalam semedinya, sang Pangeran berhasil ditemui Kanjeng Ratu Kidul. Sang Ratu memberi tahu jika seluruh kemalangan itu merupakan dampak ulah insan jejadian yang bernama Sonta. Setelah mendengar berita itu, Kyai Kramat pun dipanggil oleh Pangeran Purbaya buat menghadap. Dia diberi penjelasan mengenai kasus ini.
Mendengar hal itu, Kyai Kramat marah. Akhirnya terjadilah kejar mengejar serta pertempuran. Dalam pertempuran ini Kyai Kramat terbunuh sang Sonta.
Melihat suami tercinta mangkat terbunuh sang Sonta, Nyai Bogem, yg dikenal sebagai pendekar perempuan sakti ini berniat menuntut balas. Dia pun mengejar Sonta. Tetapi, nasib sial pula menimpa Nyai Bogem. Dia juga berhasil dibunuh oleh Sonta.
Melihat peristiwa tersebut, Pangeran Purbaya memerintahkan Tumenggung Mertoyudo buat mengejar serta membunuh Sonta. Sayangnya senopati perkasa inipun bukan lawan tanding Sonta. Dia berkalang tanah sebagai Ksatriatama.
Melihat kondisi misalnya ini, daripada korban jatuh lebih banyak, akhirnya Pangeran Purbaya turun tangan buat menghadapi Sonta. Ahli taktik perang ini tak gegabah menghadapi Sonta yg ampuh. Tempat bertahan Sonta di sebuah bukit dikepung menggunakan strategi perang “Tepung Gelang”, atau melingkar. Di zenit bukit itulah perang tanding antara Sonta serta Pangeran Purbaya terjadi. Cerita inipun berakhir dengan kematian Sonta pada tangan Pangeran Purbaya.
Setelah terkapar, jasad Sonta yang bersimbah darah pada tanah tiba-datang hilang serta berubah menjadu Prabu Sepanjang. Celakanya dia bisa hayati lagi. Maka, terjadi lagi perang tanding seri ke 2. Tetapi lagi-lagi Pangeran Purbaya yg memenangkan pertempuran. Prabu Sepanjang kembali meninggal. Anehnya, begitu jatuh ketanah tubuhnya berubah wujud sebagai lebih mengerikan dan mengakibatkan asap yang tebal.
Hilangnya asap berganti insiden yang lebih hebat lagi. Seluruh wilayah Kedu sebagai gelap gulita. Hal ini berlangsung relatif usang. Saat terang timbul balik , tubuh Prabu Sepanjang telah tidak terdapat. Yang tertinggal hanyalah sebilah tombak dengan tangkai yang relatif panjang.
Rupanya Prabu Sepanjang adalah jelmaan sebuah pusaka tombak yg super sakti. Oleh Pangeran Purbaya tombak itu dikubur diatas bukit itu pula. Lalu, sebelum pergi Pangeran Purbaya menyampaikan, “Siapa saja yang bertapa disini serta dapat merentangkan tangannya dalam kubur ini, maka, segala keinginannya akan terkabul.”
Sejak itulah tempat ini dijadikan ajang ziarah oleh para penganut genre kebatinan. Mereka benar-sahih percaya menggunakan insiden itu. Makam inipun dikenal dengan sebutan makam panjang. Sedangkan mereka yag gugur ketika melawan Prabu Sepanjang nama-namanya diabadikan pada kota Magelang ini. Tempat Kyai Kramat dibunuh serta dikubur dinamakan Desa Kramat. Sedang tempat Nyai Bogem dibunuh dinamakan Desa Bogem.
Dimana Tumenggung Mertoyudo wafat terbunuh, dinamakan Desa Mertoyudan. Raden Krincing meninggal dinamakan Desa Krincing. Sedang nama Magelang sendiri diambil dari kata Tepung Gelang yang ialah mengepung kedap misalnya gelang. Seiring bepergian oleh waktu, akhirnya oleh masyarakat lafal nama Tepung Gelang berubah menjadi Magelang. Hingga kini , tempat ini berubah menjadi sebuah kota yg amat terkenal di dunia menggunakan candi Borobudurnya. Wallau A’lam Bis-Shawab (SB)
Referensi:
//infomistik.com/cerita-mistik-asal-muasal-kota-magelang-268.html
//thejackpiano.wordpress.com/2009/01/01/sejarah-magelang/