SEJARAH AWAL BERDIRI KESULTANAN PERLAK
Tuesday, November 26, 2013
Edit
Sejarah Awal Berdiri Kesultanan Perlak - Analisis dan pemikiran mengenai bagaimana sejarah masuknya Islam pada Indonesia dipahami melalui sejumlah teori. Aji Setiawan, misalnya melihat bahwa Kesultanan Perlak datangnya Islam ke nusantara mampu ditelisik melalui 3 teori, yaitu teori Gujarat, teori Arab, dan teori Persia. Teori Gujarat memandang bahwa berasal muasal datangnya Islam di Indonesia merupakan melalui jalur perdagangan Gujarat India pada abad 13-14. Teori ini umumnya poly dipakai oleh pakar-pakar menurut Belanda. Salah seseorang penganutnya, W.F. Stuterheim menyatakan bahwa Islam mulai masuk ke nusantara pada abad ke-13 yang didasarkan pada bukti batu nisan sultan pertama berdasarkan Kerajaan Samudera Pasai, yakni Malik Al-Saleh pada tahun 1297. Menurut teori ini, masuknya Islam ke nusantara melalui jalur perdagangan Indonesia-Cambay (India)-Timur Tengah–Eropa.
Teori Persia lebih menitikberatkan pada empiris kecenderungan kebudayaan antara warga Indonesia pada waktu itu menggunakan budaya Persia. Sebagai model contohnya kesamaan konsep wahdatul wujud-nya Hamzah Fanshuri dengan al-Hallaj. Sedangkan teori Arab berpandangan kebalikannya. T.W. Arnold, keliru seseorang penganutnya berargumen bahwa para pedagang Arab yang mendominasi perdagangan Barat-Timur semenjak abad ke-7 atau 8 juga sekaligus melakukan penyebaran Islam pada nusantara dalam saat itu. Penganut teori ini lainnya, Naquib al-Attas melihat bahwa bukti kedatangan Islam ke nusantara ditandai menggunakan karaktek Islam yang khas, atau dianggap dengan “teori generik tentang Islamisasi nusantara” yg berdasarkan pada literatur nusantara serta pandangan dunia Melayu. Di samping 3 teori generik di atas, terdapat teori lain yg memandang bahwa datangnya Islam ke nusantara asal dari Cina, atau yg dianggap dengan teori Cina.
Berdasarkan gambaran teori-teori pada atas, dapat diperkirakan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia semenjak abad 7 atau 8 M. Pada abad ke-13, Islam sudah berkembang pesat. Menurut catatan A. Hasymi, Kesultanan Perlak merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berdiri pada lepas 1 Muharam 225 H atau 804 M. Kesultanan ini terletak di wilayah Perlak, Aceh Timur, Nangroe Aceh Darussalam, Indonesia.
Nama Kesultanan Perlak sebagai sejarah permulaan masuknya Islam pada Indonesia kurang begitu dikenal dibandingkan dengan Kesultanan Samudera Pasai. Tetapi demikian, nama Kesultanan Perlak justru populer di Eropa lantaran kunjungan Marco Polo dalam tahun 1293.
Sejarah Masuknya Islam
Kesultanan Perlak berdiri dalam tahun 840 dan berakhir pada tahun 1292. Proses berdirinya nir terlepas berdasarkan imbas Islam di wilayah Sumatera. Sebelum Kesultanan Perlak berdiri, pada daerah Perlak sebenarnya telah berdiri Negeri Perlak yang raja dan rakyatnya merupakan keturunan berdasarkan Maharaja Pho He La (Meurah Perlak Syahir Nuwi) dan keturunan menurut pasukan-pasukan pengikutnya. Pada tahun 840 ini, rombongan berjumlah 100 orang berdasarkan Timur Tengah menuju pantai Sumatera yg dipimpin oleh Nakhoda Khilafah. Rombongan ini bertujuan untuk berdagang sekaligus membawa sejumlah da‘i yang bertugas buat membawa dan mengembangkan Islam ke Perlak. Dalam waktu kurang berdasarkan setengah abad, raja serta rakyat Perlak meninggalkan agama usang mereka (Hindu dan Buddha), yang kemudian secara sukarela berbondong-bondong memeluk Islam.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa salah seseorang anak butir berdasarkan Nakhoda Khalifah, Ali bin Muhammad bin Ja‘far Shadiq dikawinkan menggunakan Makhdum Tansyuri, yg adalah saudara termuda dari Syahir Nuwi, Raja Negeri Perlak yang berketurunan Parsi. Dari butir perkawinan mereka lahirlah Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Shah, yg sebagai sultan pertama pada Kesultanan Perlak sejak tahun 840. Ibu kotanya Perlak yang semula bernama Bandar Perlak kemudian diubah sebagai Bandar Khalifah sebagai bentuk perhargaan terhadap jasa Nakhoda Khalifah.
Masa Permusuhan Sunni-Syiah
Sejarah keislaman pada Kesultanan Perlak nir luput dari persaingan antara grup Sunni dan Syiah. Perebutan kekuasaan antara 2 kelompok Muslim ini mengakibatkan terjadinya perang saudara dan pertumpahan darah. Silih berganti gerombolan yang menang mengambil alih kekuasaan dari tangan pesaingnya.
Aliran Syi‘ah tiba ke Indonesia melalui para pedagang berdasarkan Gujarat, Arab, serta Persia. Mereka masuk pertama kali melalui Kesultanan Perlak dengan dukungan penuh dari dinasti Fatimiah pada Mesir. Ketika dinasti ini runtuh dalam tahun 1268, hubungan antara gerombolan Syi‘ah di pantai Sumatera menggunakan grup Syi‘ah di Mesir mulai terputus. Kondisi ini mengakibatkan konstelasi politik Mesir berubah haluan. Dinasti Mamaluk memerintahkan pasukan yang dipimpin sang Syaikh Ismail buat pulang ke pantai timur Sumatra menggunakan tujuan utamanya adalah melenyapkan pengikut Syi‘ah di Kesultanan Perlak dan Kerajaan Samudera Pasai.
Sebagai keterangan tambahan bahwa raja pertama Kerajaan Samudera Pasai, Marah Silu menggunakan gelar Malikul Saleh berpindah kepercayaan , yg awalnya beragama Hindu lalu memeluk Islam aliran Syiah. Oleh karena bisa dibujuk oleh Syaikh Ismail, Marah Silu lalu menganut paham Syafii. Dua pengikut Marah Silu, Seri Kaya serta Bawa Kaya pula menganut paham Syafii, sebagai akibatnya nama mereka berubah sebagai Sidi Ali Chiatuddin dan Sidi Ali Hasanuddin. Ketika berkuasa Marah Silu dikenal sebagai raja yg sangat anti terhadap pemikiran dan pengikut Syi‘ah.
Aliran Sunni mulai masuk ke Kesultanan Perlak, yaitu dalam masa pemerintahan sultan ke-3, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah. Setelah ia tewas dalam tahun 363 H (913 M), terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni, yg mengakibatkan kesultanan dalam kondisi tanpa pemimpin. Pada tahun 302 H (915 M), gerombolan Syiah memenangkan perang. Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah menurut genre Syiah lalu memegang kekuasaan kesultanan menjadi sultan ke-4 (915-918). Ketika pemerintahannya berakhir, terjadi pergolakan antara kaum Syiah serta Sunni, hanya saja untuk kali ini justru dimenangkan
oleh grup Sunni.
Kurun ketika antara tahun 918 sampai tahun 956 nisbi nir terjadi gejolak yang berarti. Hanya saja, pada tahun 362 H (956 M), selesainya sultan ke-7, Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat meninggal, terjadi lagi pergolakan antara gerombolan Syiah serta Sunni selama sekitar empat tahun. Bedanya, pergolakan kali ini diakhiri menggunakan adanya itikad perdamaian menurut keduanya. Kesultanan kemudian dibagi menjadi 2 bagian. Pertama, Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin sang Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988). Kedua, Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023).
Kedua kepemimpinan tadi manunggal kembali waktu salah satu menurut pemimpin ke 2 wilayah tersebut, yaitu Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah mati. Ia meninggal saat Perlak berhasil dikalahkan sang Kerajaan Sriwijaya. Kondisi perang inilah yang membangkitkan semangat bersatunya kembali kepemimpinan pada Kesultanan Perlak. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat, yg awalnya hanya menguasai Perlak Pedalaman kemudian ditetapkan menjadi Sultan ke-8 pada Kesultanan Perlak. Ia melanjutkan usaha melawan Sriwijaya sampai tahun 1006. Sultan ke-8 sebenarnya berpaham genre Sunni, namun sayangnya belum ditemukan data yang mengungkapkan apakah terjadi lagi pergolakan antar kedua aliran tadi.
Silsilah
Sebelum berdirinya Kesultanan Perlak, pada daerah Negeri Perlak telah terdapat rajanya, yaitu Meurah Perlak Syahir Nuwi. Tetapi, data tentang raja-raja Negeri Perlak secara lengkap belum ditemukan. Sedangkan daftar nama sultan yang pernah berkuasa di Kesultanan Pelak adalah sebagai berikut:
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (840-864)
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (864-888)
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888-913)
- Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915-918)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (928-932)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah Johan Berdaulat (932-956)
- Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (956-983)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986-1023)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1023-1059)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat (1059-1078)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat (1078-1109)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat (1109-1135)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1135-1160)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat (1160-1173)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat (1173-1200)
- Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat (1200-1230)
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat (1230-1267
- Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267-1292)
Catatan: Sultan-sultan pada atas dibagi berdasarkan dua dinasti, yaitu dinasti Syed Maulana Abdul Azis Shah serta dinasti Johan Berdaulat, yang adalah keturunan menurut Meurah Perlak asli (Syahir Nuwi).
Periode Pemerintahan
Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat, melakukan politik persahabatan menggunakan negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan dua orang puterinya, yaitu: Putri Ratna Kamala dinikahkan menggunakan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, al-Malik al-Saleh. Kesultanan Perlak berakhir selesainya Sultan yg ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat mangkat dalam tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu menggunakan Kerajaan Samudera Pasai pada bawah kekuasaan sultan Samudera Pasai yang memerintah dalam ketika itu, Sultan Muhammad Malik Al Zahir yg juga adalah putera berdasarkan al-Malik al-Saleh.
Wilayah Kekuasaan
Sebelum manunggal menggunakan Kerajaan Samudera Pasai, wilayah kekuasaan Kesultanan Perlak hanya meliputi tempat lebih kurang Perlak saja. Saat ini, kesultanan ini terletak pada pesisir timur wilayah aceh yg tepatnya berada di daerah Perlak, Aceh Timur, Nangroe Aceh Darussalam, Indonesia.
Kehidupan Sosial-Budaya
Perlak dikenal menggunakan kekayaan hasil alamnya yg didukung menggunakan letaknya yg sangat strategis. Apalagi, Perlak sangat dikenal sebagai penghasil kayu perlak, yaitu jenis kayu yg sangat cantik buat membuat kapal. Kondisi semacam inilah yang menciptakan para pedagang berdasarkan Gujarat, Arab, serta Persia tertarik buat tiba ke daerah ini. Masuknya para pedagang tersebut jua sekaligus membuatkan ajaran Islam di tempat ini. Kedatangan mereka berpengaruh terhadap kehidupan sosio-budaya masyarakat Perlak pada saat itu. Sebab, waktu itu warga Perlak mulai diperkenalkan tentang bagaimana caranya berdagang. Pada awal abad ke-8, Perlak dikenal sebagai pelabuhan niaga yang sangat maju. Model pernikahan percampuran mulai terjadi di wilayah ini sebagai konsekuensi berdasarkan membaurnya antara rakyat pribumi dengan warga pendatang. Kelompok pendatang bermaksud menyebarluaskan misi Islamisasi menggunakan cara menikahi perempuan -perempuan setempat. Sebenarnya tidak hanya itu saja, pernikahan campuran jua dimaksudkan buat membuatkan sayap perdagangan berdasarkan pihak pendatang pada wilayah ini.