DJOGJA KOTA KREATIF


     Djogja, tepatnya kini Yogyakarta, sedang mengalami transformasi sosial yg cepat menurut agraris ake semi indutri, terutama industri kreatif. Orang berpindah dari pasar dan sayur mayur keteknologi warta (TI). Buktinya, Yogyakarta berada pada peringkat kedua sesudah Jakarta pada ketersediaan serta kemampuan SDM. Demikian, bila kita mengutip sambutan Bapak Gubernur mengawali Forum Komunikasi dengan Dunia Usaha pada 20 Oktober 2008. Artinya, pada sini poly orang pintar.
   Misalnya, marilah kita lihat jalan Gejayan kini . Bisnis selular, komputer serta fotografi, semuanya dibangun sang mahasiswa dengan kapital dan otaknya sendiri. Bisnis-bisnis misalnya warnet, desain grafis serta konsultan skripsi merupakan core competence yang berbasis pada soft capital yg berpusat di otak manusia. Yogyakarta memang nir pernah mati pada urusan kreatifitas. Begitu jua pada hal souvenir asli khas Djogja. Kaos “aseli” Dagadu pada Unit Dagadu, baik pada Pakuningratan, KaosDagadu-dagaduan di Malioboro , Rotowijayan, atau kini yang baru unit di Gedong Kuning, kaos distro, hingga kaos buatan seniman saling bersaing merebut kocek wisatawan domestik, yg kebanyakan berdasarkan Bandung, Jakarta dan JawaTimur.
    Bahkan berdasarkan pelacakan Kompas tahun 2009, liburan tahun baru saat itu sebagai trend panen bagi PT Aseli Dagadu Djogja (ADD). Bayangkan, penjualan aneka kaosnya naik sampai 500 persen. Bukan main, dalam sehari rata-rata mampu menjual 5000-an kaos. Jika harga rata-homogen Rp. 50 ribuan saja, PT ADD sudah meraup omzet Rp. 250juta hanya pada sehari. Ini menandakan, bahwa perekonomian Yogyakarta tidak perlu digerakkan sang modal-modal fisik, seperti mesin pada pabrik-pabrik besar . Artinya lagi, Yogya sarat akan SDM berbakat. Kaya akan otak yg penuh gizi wangsit serta kreativitas.
sumber gambar : google.com

    Dalam hal ini, menarik buat mengangkat pendapat seseorang ekonom belia menurut UGM pada tahun 2004 pada tulisannya : “Pesatnya Ekonomi Jogja : Bubble atau Fundamental Economy”. Kalau Solow (1956) pemenang Nobel cenderung memberatkan pendapatnya dalam teknologi menjadi pemacu akselerasi pertumbuhan selain populasi serta akumulasi kapital, Lucas (1988) lebih fundamental. Inovasi teknologi tak banyak terjadi jika manusianya nir mempunyai otak yg pandai . Lucas kemudian menyebarkan contoh matematik yg menyebutkan kemungkinan manusia, isi kepalanya dan ketika yg dicurahkan buat kepentingan produksi. Hasilnya, orang-orang pandai sanggup survive membangun kota pada padang gurun sekalipun.
    Inilah modal yg menyebutkan mengapa Yogya begitu cepat berkembang. Apakah ini sebuah perubahan?Tentu! Mudah-mudahan ini bukan bubble economy, akan tetapi benar -benar perubahan fundamental karena kemampuan orang Yogya sendiri. Fenomena berkembangnya industri kreatif sudah menjelaskannya. Industri kreatif adalah pilar primer dalam menyebarkan sektor ekonomi kreatif yang menaruh dampak yang positif bagi kehidupan ekonomi rakyat Yogyakarta. Perkembangan industri kreatif sangat dipengaruhi sang karya atau kreativitas individual yg berbasis talenta, lalu dimassalkan. Dan Yogyakarta, sebenarnya menyimpan potensi besar di bidang ini.
   Jika diringkas, inti industri kreatif merupakan industri yg berbasis pada kreativitas, keahlian, serta bakat individu, yang mampu dijual secara dunia tanpa perlu harus menciptakan pabrik.yogyakarta, jelas sangat berkepentingan buat terus memacu industri ini. Sebab, makin berkembangnya industri kreatif yg sentra produksinya di otak berperan besar membantu pengehematan sumber daya alam kita yang selain kian menipis, pula telah banyak mengakibatkan pencemaran lingkungan.
    Bertolak menurut potensi industri kreatif ini, marilah kita pikirkan bersama bagaimana supaya industri kreatif ini semakin berkembang, agar sanggup menjadi katup pengaman menurut efek krisis keuangan global. Dalam hal ini Pemda, syahdan kabarnya, akan menaruh donasi fasilitasi yang memungkinkan bagi pengembangannya. Dalam mengantisipasi ancaman serta tantangan tersebut dibutuhkan solidaritas serta usaha secara kolektif dan sinergis dengan melakukan pemantapan balik “Yogyakarta Incorporated”, sebagai wahana mencermati, merumuskan dan mencari solusi supaya resiko bisa ditanggulangi secara bersama semenjak dini, tepat serta cepat.

Yogyakarta, 6 Januari 2009
Abdi DalemPenjaga “Kori
Dwarapala, dimuat dalam Majalah Yogya Semesta.


Mungkin agak usang, tapi barangkali mampu sebagai wangsit bagi semua pembaca bahwa Jogja terdapat poly ruang buat mengembangkan industri kreatif terutama dari kalangan muda.

Salam def+
sumber gambar : google.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel