WAWASAN KEBANGSAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Wawasan kebangsaan pada perspektif Islam, materi ini sengaja saya angkat lantaran, memang ini artikel yang saya buat, dan materi ini relatif menarik bagi aku . Karena kita memahami bagaimana wawasan kebangsaaan ini kini sudah pada syarat yang relatif memprihatikankan. Banyak masalah yang menampakan bahwa anak jaman kini kurang begitu tahu wawasan kebangsaan. Sehingga nir heran banyak masalah di luar sana, anak yg nir hafal mengenai sejarah bangsa Indonesia, bahkan dasar negara kita Pancasila pun mereka tidak hafal. Lantaran itu aku akan mengangkat materi ini wawasan kebangsaan dalam perspektif Islam.

Wawasan Kebangsaan Dalam Perspektif Islam





     Dalam sejarah politik nasionalisme mengandung 2 pengertian, yakni (1) Penegasan kemandirian dan bukti diri suatu bangsa, atau dalam bentuknya yang ekstrem keunggulan suatu bangsa atas bangsa lainnya, serta (dua) Gerakan buat memperjuangkan kemerdekaan melawan serangan luar.  Paham ini timbul di Turki ketika terdapat Gerakan nasionalisme yang dipimpin sang Mustafa Kemal pada tahun 1922.  Gerakan nasionalis ini muncul di Negara Arab setelah sehabis Perang Dunia I tahun 1917.  Setelah itu ada perbedaan-disparitas yg terjadi tentang apa itu nasionalisme, sebagian ada yg beranggapan bahwa nasionalis merupakan sekularisme total serta ada juga yg beropini nasionalis adalah Islam, yang pada dasarnya tujuan serta oirentasinya dari Islam.  Di Indonesia perbedaan tersebut kemudian sebagai persaingan antar 2 gerombolan , yg berebut seperti apakah dasar negara Indonesia, apakah Islam atau Pancasila, yg kemudian akhirnya diselesaikan lewat Dekrit Presiden 5 Juli 1959.  

    Dalam pemerintahan Orba, menerapkan konsep “wawasan nusantara” serta “wawasan kebangsaan”, dan Pancasila sebagai dasar negara.  Kebijakan tadi dirasa perlu, karena sebagaimana kita memahami Indonesia merupakan negara yg beragam dengan aneka macam macam suku, agama serta etnis yg sangat potensial sekali mengakibatkan pertarungan serta disintregasi sosial.  Para tokoh muslimpun mulai merespon adanya konsep wawasan nusantara dan wawasan kebangsaan ini.  Cak Nur mengatakan slogan bahwa “Islam yes, Partai Islam, no!, pula KH. Ahmad Shidiq mengenai perlunya mewujudkan kehidupan berbangsa serta bernegara yg “ukhuwah insaniyah”, “ukhuwah wathaniyah” serta “ukhuwah islammiyah”.  Sementara Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menegaskan bahwa “ajaran Islam dijadikan sebagai faktor komplementer bagi komponen-komponen lain pada membentuk dan mengisi kehidupan bermasyarakat dan bernegara”.  Lantaran Islam mulai merambah ke dunia politik dan ikut andil pada upaya meredakan pertarungan antara pemerintah menggunakan umat Islam, maka timbul adanya berita akan mendirikan “negara Islam”.  Keduanya menolak adanya Islam Struktural atau Islam Ideologis yang memahami Islam hanya dari segi lahiriah saja, nir melaksanakan Islam berdasarkan segi substansial yang berisi aqidah, akhlak, dan syariah.  Seharusnya aplikasi etika dan moral Islam wajib diterapkan pada kehidupan berbangsa serta bernegara.

Menurut saya, Islam pada berkehidupan berbangsa serta bernegara bisa saling menyatu serta itu akan sebagai sebuah kombinasi yg sangat baik, dimana Islam merupakan secara umum dikuasai agama di Indonesia, grup lebih banyak didominasi dalam sebuah negara umumnya lebih diutamakan.  Namun, wajib tetap menghormati hak-hak minoritas serta negara tidak boleh membeda-bedakan semua hak yg terdapat.
    Negara melaksanakan aktivitas yg struktural sesuai menggunakan konstitusi untuk mensejahterakan rakyatnya, seperti menciptakan kebijakan kebijakan, memasak asal daya alam untuk kesejahteraan masyarakat serta menjalankan fungsi pemerintahan secara konstitusional serta demokratis. Islam diperlukan buat memberikan suatu ajaran moril bagi para pemilik jabatan politik pada sebuah negara, yg kita memahami moral pejabat kita ini sedang merosot.  Apresiasi Islam juga nir sanggup kita abaikan, aspirasi Islam dapat didapat menggunakan melakukan sesuatu aspirasi yang baik dan menerima dukungan berdasarkan negara, misalnya pendidikan kepercayaan , organisasi-organisasi berasaskan Islam, serta aspirasi-aspirasi lain, serta harus permanen saling menghormati dan tidak diskriminatif terhadap minoritas. Dengan begitu bila kombinasi ini teraktualisasi menggunakan sangat baik serta sempurna, bukan tidak mungkin akan sebagai entri buat integrasi nasional dan kemajuan bangsa yg mantap serta kemajuan suatu bangsa bukanlah sebuah mimpi lagi.

def+

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel