SEJARAH BERDIRINYA BANGSA INDONESIA BAGIAN 1 MERUMUSKAN TEKS PROKLAMASI

Kembali lagi menulis, lantaran dewasa ini nasionalisme poly sebagai sorotan pada Indonesia, maka aku berencana menulis beberapa buah artikel kaitannya menggunakan Sejarah Bedirinya Bangsa Indonesia dimulai menggunakan "Merumuskan Teks Proklamasi" ini semoga akan sebagai bahan bacaan yg bermanfaat bagi sahabat pembaca seluruh.

Sebagaimana kita memahami bangsa Indonesia telah dijajah sang Belanda dan Jepang dalam saat yang usang, warga Indonesia sangat menderita. Namun selesainya mengalami perjuangan akhirnya sanggup merebut kemerdekaan dan menyatakan diri menjadi suatu bangsa. Inilah kisah Sejarah Berdirinya Bangsa Indonesia.....

Merumuskan Teks Proklamasi



Perdebatan dalam Perumusan Teks Proklamasi

    Rombongan Soekarno-Hatta datang pada Jakarta lebih kurang pukul 23.00. Langsung menuju tempat tinggal Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No.1, sesudah lebih dahulu menurunkan Fatmawati serta putranya pada rumah Soekarno. Rumah Laksamada  Maeda, dipilih sebagai loka penyusunan teks Proklamasi karena sikap Maeda sendiri yang memberikan jaminan keselamatan pada Bung Karno serta tokoh-tokoh lainnya. De Graff yg dikutip Soebardjo (1978:60-61) melukiskan perilaku Maeda misalnya ini. Sikap berdasarkan Maeda tentunya memberi kesan aneh bagi orang-orang Indonesia itu, karena perwira Angkatan Laut ini selalu berhubungan dengan rakyat Indonesia.

Malam itu, menurut rumah Laksamana Maeda, Soekarno serta Hatta ditemani Laksamana Maeda menemui Somobuco (kepala  pemerintahan umum), Mayor Jenderal Nishimura, untuk menjajagi sikapnya mengenai pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Nishimura mengatakan bahwa lantaran Jepang telah  menyatakan menyerah kepada Sekutu,  maka berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi mengganti status quo . Tentara Jepang diharuskan tunduk pada perintah tentara Sekutu. Berdasarkan garis  kebi  jakan itu, Nishimura melarang Soekarno-Hatta  mengadakan rapat PPKI pada rangka pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Melihat fenomena ini, Soekarno-Hatta sampai dalam konklusi bahwa nir terdapat gunanya lagi buat membicara kan soal kemerdekaan Indonesia dengan Jepang. Mereka hanya  berharap agar pihak Jepang  tidak menghalang-halangi aplikasi  proklamasi kemerdekaan oleh rakyat Indonesia sendiri.

Setelah rendezvous itu, Soekarno dan Hatta  balik ke tempat tinggal Laksamana Maeda. Di ruang makan tempat tinggal Laksamana Maeda itu dirumuskan teks proklamasi kemerdekaan. Maeda, menjadi tuan tempat tinggal , mengundurkan diri ke kamar tidurnya pada  lantai 2 waktu insiden bersejarah itu berlangsung. Miyoshi, orang kepercayaan Nishimura, beserta Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah menyaksikan Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo membahas rumusan teks Proklamasi. Sedangkan  tokoh-tokoh lainnya,  baik  berdasarkan golongan tua juga  menurut  golongan pemuda, menunggu di serambi muka.

Setelah gerombolan yg menyendiri di  ruang  makan itu selesai merumuskan teks Proklamasi, lalu mereka menuju serambi muka untuk menemui hadirin yang berkumpul di  ruangan itu. Saat itu, dinihari menjelang subuh. Jam menunjukkan pukul 04.00, Soekarno mulai membuka rendezvous itu menggunakan membacakan rumusan teks Proklamasi yang masih adalah konsep.  Waktu memberitahuakn pukul 04.00 pagi tanggal 17 Agustus 1945, dalam saat Soekarno membuka  pertemuan dini hari itu menggunakan beberapa  patah istilah.
Keadaan yang mendesak telah memaksa  kita  seluruh mempercepat aplikasi Proklamasi Kemerdekaan. Rancangan teks telah  siap  dibacakan  di hadapan saudara-saudara dan saya harapkan benar bahwa saudara-saudara sekalian bisa menyetujuinya sebagai akibatnya kita bisa berjalan terus serta menuntaskan pekerjaan kita sebelum fajar menyingsing
     Kepada mereka yg hadir, Soekarno menyarankan agar bersama-sama  menandatangani  naskah proklamasi selaku wakil-wakil bangsa Indonesia . Saran itu diperkuat oleh Mohammad  Hatta menggunakan merogoh model pada "Declaration of Independence " Amerika Serikat. Usul itu ditentang sang pihak pemuda yang  nir  setuju  jika tokoh-tokoh  golongan tua yang  disebutnya  "budak-budak Jepang" turut menandatangani naskah proklamasi. Sukarni mengusulkan supaya penandatangan naskah proklamasi  itu relatif dua orang saja, yakni Soekarno serta Mohammad  Hatta atas  nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni itu  diterima oleh hadirin.

Naskah  yg telah  diketik sang Sajuti Melik,  segera ditandatangani oleh Soekarno serta Mohammad Hatta. Persoalan  muncul tentang  bagaimana Proklamasi itu harus diumumkan  pada masyarakat  di semua Indonesia,  dan jua ke semua pelosok dunia. Di mana serta dengan cara bagaimana hal ini harus diselenggarakan? Sukarni kemudian memberitahukan bahwa warga Jakarta serta sekitarnya, sudah diserukan buat datang berbondong-bondong  ke lapangan IKADA dalam  lepas 17 Agustus  buat mendengarkan Proklamasi  Kemerdekaan. Akan tetapi  Soekarno  menolak saran Sukarni. " Tidak ," istilah Soekarno, " lebih  baik dilakukan  di loka kediaman aku di Pegangsaan Timur. Pekarangan  pada  depan  tempat tinggal cukup luas buat ratusan orang. Untuk apa kita wajib memancing-mancing  peristiwa? Lapangan  IKADA adalah lapangan generik. Suatu kedap generik, tanpa diatur sebelumnya dengan penguasa-penguasa militer, mungkin akan menimbulkan keliru faham. Suatu bentrokan  kekerasan antara warga serta penguasa militer yang akan membubarkan kedap generik tersebut, mungkin akan  terjadi. Karena itu, aku minta saudara sekalian buat hadir di Pegangsaan  Timur 56 lebih kurang pukul 10.00 pagi ." Demikianlah keputusan terakhir menurut pertemuan itu.


Detik-Detik Proklamasi



Hari  Jumat di bulan Ramadhan, pukul  05.00 pagi, fajar 17 Agustus 1945 memancar di ufuk timur. Embun pagi masih menggelantung pada tepian daun. Para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda keluar berdasarkan tempat tinggal Laksamana Maeda, menggunakan diliputi pujian sesudah merumuskan teks Proklamasi hingga dinihari. Mereka, telah putusan bulat buat memproklamasikan  kemerdekaan bangsa Indonesia hari  itu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, dalam pukul 10.00 pagi. Bung Hatta sempat berpesan pada para  pemuda  yg bekerja dalam pers serta  tempat kerja-tempat kerja fakta, buat memperbanyak naskah proklamasi serta menyebarkannya ke seluruh global.

Marwati Djoened Poesponegoro melukiskan upacara pembacaan teks Proklamasi itu. Upacara itu berlangsung sederhana saja. Tanpa protokol. Latief Hendraningrat, galat  seorang  anggota  PETA, segera memberi aba-aba pada semua barisan pemuda yg sudah menunggu  sejak pagi buat berdiri. Serentak seluruh berdiri tegak menggunakan perilaku sempurna. Latief kemudian mempersilahkan Soekarno serta Mohammad Hatta  maju beberapa  langkah mendekati mikrofon. Dengan suara mantap dan kentara, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat  sebelum membacakan teks proklamasi.

Berikut pidato singkat menurut Soekarno :
Saudara-saudara sekalian! Saya sudah minta saudara hadir pada sini, buat menyaksikan suatu peristiwa maha krusial pada sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia  telah berjuang buat kemerdekaan tanah air kita. Bahkan sudah beratus-ratus tahun. Gelombangnya aksi kita buat mencapai kemerdekaan kita itu terdapat naiknya ada turunnya. Tetapi jiwa  kita tetap menuju ke arah impian. Juga pada pada jaman Jepang, bisnis kita buat mencapai kemerdekaan nasional nir berhenti. Di dalam jaman  Jepang ini sepertinya saja kita menyandarkan diri pada  mereka. Tetapi dalam hakekatnya, tetap kita menyusun energi kita sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri. Sekarang tibalah saatnya kita sahih-benar merogoh  nasib bangsa dan nasib tanah air kita  pada dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang  berani mengambil nasib pada tangan sendiri, akan dapat berdiri menggunakan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah menggunakan pemuka-pemuka masyarakat Indonesia menurut semua Indonesia, permusyawaratan itu seia-sekata  beropini,  bahwa sekaranglah  tiba saatnya buat menyatakan kemerdekaan kita. 
Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan  tekad itu. Dengarkanlah Proklamasi kami: PROKLAMASI; Kami  bangsa Indonesia menggunakan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia . Hal-hal  yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama serta pada tempo yang sesingkat-singkatnya. Jakarta , 17 Agustus 1945. Atas nama bangsa Indonesia Soekarno/Hatta
Demikianlah saudara-saudara! Kita kini telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yg mengikat tanah air kita dan  bangsa  kita! Mulai ketika  ini kita menyusun  Negara kita!  Negara Merdeka.  Negara Republik Indonesia  merdeka, abadi, dan tak pernah mati. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu.
Acara, dilanjutkan menggunakan pengibaran bendera Merah Putih. Soekarno serta Hatta maju beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir dari serambi muka, sekitar dua meter pada depan tiang. Ketika S. K. Trimurti diminta maju buat mengibarkan bendera, beliau menolak: "lebih baik seseorang prajurit". Ucapnya. Tanpa ada yg menyuruh, Latief Hendraningrat yg berseragam PETA berwarna hijau dekil maju ke dekat tiang bendera. S. Suhud  mengambil bendera menurut  atas baki yang  telah disediakan dan mengikatnya pada tali dibantu oleh Latief Hendraningrat.

Bendera dinaikkan perlahan-lahan. Tanpa ada yang memimpin, para hadirin menggunakan spontan menyanyikan  lagu Indonesia Raya. Bendera dikerek dengan  lambat sekali, buat menyesuaikan dengan irama lagu Indonesia Raya yg cukup panjang. Seusai pengibaran  bendera, dilanjutkan dengan pidato sambutan dari Walikota Soewirjo serta dr. Muwardi.

Setelah upacara pembacaan Proklamasi Kemerdekaan, Lasmidjah Hardi mengemukakan bahwa terdapat sepasukan  barisan pelopor yang berjumlah kurang  lebih 100 orang pada bawah pimpinan S. Brata, memasuki  laman tempat tinggal Soekarno. Mereka tiba terlambat. Dengan bunyi lantang  penuh kecewa S. Brata meminta agar Bung  Karno membacakan  Proklamasi sekali lagi.  Mendengar teriakan itu Bung  Karno tidak sampai  hati,  dia  keluar  menurut kamarnya. Di depan corong mikrofon dia menyebutkan bahwa Proklamasi hanya diucapkan satu kali dan berlaku buat selama-lamanya. Mendengar fakta itu  Brata belum merasa puas, dia meminta agar Bung Karno memberi  amanat singkat. Kali ini permintaannya dipenuhi. Selesai  upacara itu warga masih belum mau beranjak, beberapa anggota Barisan Pelopor masih duduk-duduk bergerombol di depan kamar Bung Karno.

      Demikianlah Sejarah Berdirinya Negara Indoensia - Merumuskan Teks Proklamasi, ketika mengetik artikel ini aku merasa luar biasa bangga dan memahami betapa luar umumnya para tokoh kemerdekaan berusaha buat membuat bangsa Indonesia tercinta kita ini merdeka. Saya beranggapan bahwa menilik sejarah dapat membuat kita memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Mungkin inilah yang sanggup aku tulis pada kesempatan kali ini, nantikan update selanjutnya tentang sejarah berdirinya bangsa Indonesia selanjutnya bagian 2 -- Peristiwa-insiden Penting Setelah Kemerdekaan. Semoga artikel ini berguna bagi seluruh, serta jangan lupa share ya,,,

def+

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel