ANALISIS NOVEL PERISTIWA DI BANTEN SELATAN
Monday, October 23, 2017
Edit
Menelusuri Nilai-nilai Motivatif
Dalam Novel Sekali Peristiwa pada Banten Selatan
“Kitasudah bosan putus harapan. Kita takkan putus asa lagi. Kita akan perbaiki keadaan kita. Bukan Ireng?”
Itulahujaran Ranta yang mengajak saya buat terus merasa bertanya-tanya dan tertarik untukterus membaca Novel sekali Peristiwa diBanten Selatan ini, tentu ada sebab serta alasan mengapa saya amat tertarikdengan novel ini, lantaran berdasarkan satu kalimat diawal cerita atau di bab pertamaitu, yang memberi kesan kesemangatan serta keoptimisan yang bagi saya itu menjadinilai positif dalam kehidupan, sporadis orang beroptimis, kebanyakann orang tanpadisadari lebih menanamkan sifat pesimis ketimbang keoptimisan, padahal percayaatau nir keoptimisan mampu mengganti yang tabu sebagai nyata dan kentara,mengganti mimpi menjadi konkret, membarui yang jauh menjadi dekat. Dari kutipanujaran Ranta menjadi tokoh primer dalam novel, bisa sedikit menjelaskan bahwakeadaan waktu itu sedang kurang baik. Hingga istilah “bosan” muncul berdasarkan Ranta,tetapi kata “bosan” yang diucapkan Ranta bukanlah bosan layaknya bosan biasa,namun kata “bosan’’ disitu membawa sebuah semangat buat mewujudkan impian danmemperbaiki semuanya pada konteksnya bebas dari pemberontakan Darul Islam.
Sebelumlebih jauh berpetualang buat menelusuri nilai-nilai motivatif dari novelsekali peristiwa di Banten selatan ini, alangkah lebih nyamannya apabila kitamngetahui dahulu tentang citra kisah pada novel. Dalam novel ini Rantaberperan sebagai tokoh primer yang mendominasi jalannya cerita, titik permasalancerita adalah karena adanya pemberontakan oleh Darul Islam atau disingkat DI,hingga sekarang aku masih resah alasan apa yg melatarbelakangipemberontakan yg dilakukan para anggota Darul Islam yg bertingkah layaknyabinatang buas pada hutan menerkam siapa saja yg lemah sampai membuatmasyarakat diliputi rasa takut dan kemiskinan. Juragan Musa merupakan salahsatupetinggi menurut Darul Islam hingga istrinya yang biasa dipanggil Nyonya murkaketika mengetahui bahwa suaminya adalah seorang DI, selain itu Juragan Musaadalahs seorang yg keji, seenaknya memerintah orang lain buat mencuri bibitkaret serta kemudian menghukum yg disuruhnya itu. Akhirnya Juragan Musaditangkap sang Komandan bersama rombongan, dan Ranta diangkat menjadi lurahkarena lurah didesa tersebut ikut ditangkap jua beserta Juragan Musa karenatermasuk pada DI. Dalam kepemimpinanya Ranta amat menjunjung tinggi gotongroyong pada segala hal terutama yg menyangkut menggunakan kesejahteraanmasyarakat.
Selanjutnyaakan aku bahas satu persatu bagian yang bernilai motivatif menurut novel ini.pengarang dalam membicarakan pesannya pada pembaca melalui percakapan paratokoh, pada hal ini tokoh Ranta sebagai galat satu pemilik ujaran-ujaran yangbernilai motivasi.
“kaubelum poly makan garam, Djali. Dengar. Aku sudah pernah lihat Palembang,Surabaya, Jakarta, Bandung. Di mana-mana saja. Di mana-mana saya selalu dengar:yg sahih jua akhirnya yg menang. Itu sahih. Benar sekali. Tapi kapan?Kebenaran tidak datang dari langit, beliau mesti diperjuangkan buat menjadibenar....”
Terlihatpesan tersirat menurut ujaran tadi, bahwa dimanapun dan kapanpun kebenaranakan selalu menang, maka berdasarkan itu kita semua harus selalu berada dalam jalurkebenaran, tetapi misalnya yg kita ketahui beserta, pada kehidupan kita semuatidak terlepas berdasarkan yang namanya usaha, sama halnya menggunakan kebenaran yg jugaharus diusahakan dan diperjuangkan, kebenaran belum akan berarti apa-apa jikatidak diperjuangkan.
Padadasarnya setiap pesan implisit selalu pengarang sampaikan melalui tokoh Ranta,tetapi ternyata sehabis aku telusuri lebih jauh lagi sosok Rodjali, adalahseorang yang sopan serta baik budi, hal ini terlihat berdasarkan setiap percakapannyayang selalu memakai kata “saya/abdi” sebelum mengucapkan kalimatselanjutnya, ia jua sosok yg setia serta dari dalam majikannya tapi beliau dapatmemilih waktu majikannya berkhianat ia tak mau lagi manut pada majikannyadalam cerita ini Juragan Musa yang ternyata anggota petinggi Darul Islam,akhirnya sehabis Juragan Musa ditangkap, Maka Rodjali berpindah haluan menjadiajudan atau pembantu bagi Ranta yang saat itu diangkat sebagai lurah.
Padanovel ini pengarang mengungkapkan betapa pentingnya kerjasama serta gotong royong,serta nilai yang terlihat bertenaga pada novel ini juga adalah nilai gotong royongdan kesatuan dalam bertindak. Selanjutnya tidak bosan aku mencari pesan daritokoh Ranta sang bagak berdasarkan Banten Selatan, “kalau kita tak bisa seorangdiri pertahankan keselamatan kita, nah, kita kerja ramai-ramai. Cobaperhatikan, turun temurun kita hayati moratmarit. Kenapa? Lantaran kita nir mengerti,jikalau kita manunggal, bersama-sama kerja, bersama-sama bela diri, sebenarnyakekuatan kita jauh. Jangankan waduk buat seluruh desa kita, izin penjajah biarkita usir ”. Berdasarkan hal ini dapat kita ambil pelajaran bahwa segala akan terasamudah apabila dikerjakan bersama-sama, manunggal pada satu niat, benar-benar Rantamenjadi sosok motivator yang filosofis dalam novel ini, kembali dalam bahasabahwa gotong-royong serta kekmpakan amat krusial, mengaitkan dengan kata“insan adalah makhluk sosial” serta makhluk sosial membutuhkan oranglain untukbertahan melangsunngkan hidup, sama halnya dalam membenahi desa yang di Lurahioleh Ranta, satu warga dengan masyarakat lainnya wajib saling berafiliasi, tidak adayang tidak mungkin bagi Ranta pada ujarannya, jangankan buat waduk seluruhdesa, penjajah pun bisa diusir. Intinya pada ucapannya kali ini Ranta memberipemahaman bahwa kerjasama amat penting. Dan dengan gotong royong semua bisadilaksanakan.
Dalamnovel sekali peristiwa pada Banten Selatan ini, poly nilai-nilai implisit yangdapat diambil oleh para pembaca, terutama nilai gotong royong, serta sopansantun.
Darisekian kedidaktisan yg ada dalam novel ini yg saya temukan, masih ada satuhal yang mengganjal bagi saya, entah karena saya kurang mengerti isi ceritaatau apapun, yg jelas aku masih menggantungkan pertanyaan, mengapa DarulIslam menjadi pemberontak kala itu?