CERPENAKU RAPOPO


            Gemuruh sang guntur salingbersahutan, menyambar sana-sini menggunakan sombong, angin bertiup amat kencangmembawa siapa saja yang tak perpegang erat, hingga pepohonan seolah berteriakriuh minta ampun tak tahan menahan kencangnya sang angin. Si burung bangau ditepisungai basah kuyup menjaga anaknya dalam kandang. Sebuah Rumah yang lebihpantas diklaim gubug itu terletak ditengah pesawahan, dilingkupi bunga-bungaanyang siap mekar setiap hari serta menyapa siapa saja yg kemudian lalang melihatnya.bebek, ayam, kerbau dan hewan ternak lainnya saling bersahutan siapmenyambut kedatangan setiap siapapun yg mengunjungi gubug tua satu-satunyamilik majikannya itu.
            Tak perduli sang bangau basah kuyupkarena menjaga anaknya, tidak perduli bebek, ayam, kerbau berteriak-teriakketakutan dan berdiri disudut kandang, tidak perduli rumah tua majikan paraternak itu bocor sana-sini sampai basah dalam rumah dimana-mana. Sang hujanseolah tak mau merunduk buat sekedar melihat alamnya basahkuyup tanpakehangatan.  entah pasrah atau menyerahakan permintaannya, pohon-pohon dan ternak terbawa lelap dalam merdunya alunannada rintihan hujan yg disertai guntur meski menunda takut akan sambaran dansengatanya yg mematikan.
            Karwo pemilik tempat tinggal tua ditengahpesawahan yang berada dalam wilayah lampung selatan sumatera selatan itu,tiba dengan teregesa-gesa membawa kantong plastik hitam berisi roti yangsetengah basah lantaran hujan yg mengguyurnya selama perjalanan, Minah tertidurdi amben semacam ranjang tanpa kasuryang biasa terdapat didepan rumah dikampung, Minah bagaikan buntalan sandang bekasyang hendak dibuang lantaran ia mengenakan sarung lusuh menutupi sekujur badannyahampir melingkar sembari menunggui oleh ayah Karwo tiba menurut pekerjaannyasebagai kuli angkut kopi digudang. Minah tidak berani berada dalam rumahsendirian karena hujan yang deras disertai petir itu. Sailah istri Karwosetahun lalu pergi merantau kemalaysia mencari peruntungan menjadi pembantuatau lebih dikenal dengan TKI, tetapi setahun keberangkatannya ke negeri menarakembar itu, setahun pula Sailah tak memberi informasi dalam Minah anaknya yg masihberusia 8 tahun itu, pula dalam suaminya Karwo. Sailah memberanikan diri menjadiTKI pada Malaysia tidak lain karena himpitan ekonomi yg tengah melanda meradangkeluarga kecilnya diusia perkawinannya yang menginjak 8 tahun menggunakan Karwo takada kemajuan sedikitpun, tak punya tempat tinggal juga kehidupan yg layak, rumah yangdihuninya sekarang warisan berdasarkan orangtuanya yg sekarang pindah ke Banten. Inginmenyekolahkan Minah hingga taraf tertinggi itu virtual Karwo dan Sailah, namunkarena tidak terdapat ijazah apapun yg dipegangnya bahkan ijazah sekolah dasarpuntak ada, sampai memaksanya berjuang lebih keras melewati derasnya alurkehidupan, karena keyakinan bertenaga dalam dirinya hidup memang tak mudah namunjangan dibentuk sulit. Satu tahun kemudian akhirnya Sailah meninggalkan Karwo danMinah.
            Melihat anak semata wayangnya masihtertidur pulas, Karwo tak tega membangunkannya, kala itu senja sudah menampakanpesona jingganya sang raja siang sudah pulang keperaduannya, rembulanbersiap-siap tampakkan sinar yg penuh keelokan. Sembari menunggu Minah bangundari kelelapannya, Karwo menyiapkan damaratau lebih familiar disebut pelita sebagai pengganti lampu, Karwo tak mampumembayar listrik untuk rumahnya meskipun rumah-tempat tinggal yang sama-samadipersawahan lainnya telah teraliri aliran listrik. Beruntung guntur-gunturyang usang bersahutan menggelegar dan mengagetkan siapapun yang mendengarnya itutelah hekang, sekarang hanya tersisa rintikan gerimis. Hampir lupa dengan sebuahroti yang setengah basah, Karwo mencari bingkisan plastik hitam berisi rotiyang akan ia berikan kepada Minah, biasanya Minah bahagia jika diberi oleh-olehjika Karwo pulang dari gudang. Minah terbangun Karwo menggunakan bangga memeberikanRoti bawaannya pada Minah, Minah amat senang meski roti yg dibawa ayahnyasetengah basah, lantaran Minah tak pernah memakan jajanan apapun maka sebatasroti pun dia amat senang .
            Hari-hari dilalui Minah denganbersekolah, pagi-pagi sekali sekitar pukul lima pagi Minah wajib segera berangkatkesekolah bersamaan dengan ayahnya yang hendak berangkat ke gudang tempat kulinya, karna lokasi yg jauh memaksa mereka berangkat pagi buta, sekitar 15 km,menuju sekolah Minah, serta 17 km menuju loka kuli Karwo. Hingga usia Minahmenginjak 13 tahun Minah dan karwo masih permanen bertahan di gubug yang bila diibaratkan bagaikan seorang kakek tua renta yg berjalanpun tak bisa lagi,kayu penyangga dipasang karwo disetiap sisi tempat tinggal berharap bisa menjaga agargubugnya itu tidak roboh, meski ia tahu gubugnya tak layak huni dan lebih miripkandang ternak. 7 tahun telah Sailah wanita pahlawan devisa negara itu beradadi negri menara kembar yg beribu kota Kuala Lumpur itu. Minah dan Karwohampir putus asa tentang Sailah yg tak pernah berkabar.
            Sang fajar barulah memunculkankehangatannya, butiran-butiran embun diujung rumput serta diujung dedaunan masihkuat menunda kesahajaan dan kebeningannya, kokok si jago merah baru terdengarpula, sosok wanita berpeawakan sedang berkulit putih serta bermata sipit karenakonon kakek Sailah merupakan tentara jepang yg dulu pernah menjajah Indonesia.dengan senyum yang mekar penuh kesumbringahan mengetuk pintu. Danmengucapkan salam, assalamualaikum,Minah, mas Karwo ini saya mas. Ucap Sailah, Karwo dan Minah tidak mampu menahanairmata keharuan dan kebahagiaan lantaran medapati perempuan yang selama ini merekatunggu tanpa kabar  dan kepastian datangdengan sehat serta selamat.
            Setelah kedatangan Sailah dari negriJiran itu, kehidupan famili kecil Sailah, Karwo dan anak  mereka Minah berbubah drastis sebagai lebihmakmur, ternyata Sailah sebagai keliru satu TKI yang beruntung selesainya mengadunasibya ke negara lain, lantaran tidak sedikit TKI yang pergi tanpa hasil bahkanpulang tanpa nyawa karena dibunuh majikannya. Cerita Sailah pada Karwo danMinah bahwa majikannya disana sangat baik padanya.
            Dengan output jerih payahnya Sailahdan Karwo merenovasi rumah mereka sebagai layak dan serta sebagai tempat tinggal palingbagus diantara tempat tinggal -rumah lain disekitarnya. Dengan tabungan output Karwo kulidigudang serta uang berdasarkan perantauannya Sailah serta Karwo putusan bulat berwirausahamenjadi peternak sapi, serta ternyata Tuhan menghendaki keberhasilan kepadamereka tak hingga satu tahun bisnis mereka berkembang pesat serta memiliki banyakpartner, hingga kemiskinan serta kesusahan tidak lagi akrab dengan mereka. MeskipunKarwo tidak berpendidikan tinggi hanya sebatas sekoalh dasar saja itupun hanyasampai kelas lima, otaknya sanggup mengatur bisnisnya lantaran memang ia cerdas,mungkin jika sekolah ia selalu rangking satu dikelasnya bahkan mendapatkanbeasisiwa bergengsi, akh itu hanya perandaian tidak berguna. Lantaran yang ada kinihanya Karwo laki-laki yang mendekati usia parubaya tanpa satupun gelar yangmengikuti dibelakang apalagi didepan namaya
            Hingga dia tergiur dengan kursisenayan loka para anggota dewan perwakilan rakyat duduk anggun menikmatipekerjaannya, Karwo sadar ia tak punya ijazah apapun akan tetapi kini menggunakan uangsemua akan mudah dikendalikan, karwo membeli ijazah mulai menurut Sekolah Dasar sampaitingkat strata satu atau S1, seluruh dilakukannya supaya dapat mencalonkan dirisebagai anggota DPR pada periode tahun ini, akhirnya seluruh berjalan lancar timsukses terbentuk buat Karwo, bukan hal yg tabu lagi money politic atau politik uang sebagai jembatan paling digdaya untuksampai dalam kursi empuk di DPR, tak tanggung-tanggung ratusan juta rupiah Karwogelontongkan buat dibagi-bagikan dalam wilayah dapilnya, sebagai istri Sailahselalu mendukung apa keputusan suaminya, hingga pemilu legislatif dilaksanakandan pengumuman  pun dilakukan, sial ,terjadi kesenjangan antara asa dan fenomena, Karwo gagal menerima kursiDPR tak lain karena perolehan suaranya tidak memenuhi kondisi. Mendengarpernyataan misalnya itu Karwo trauma berat, tak ketinggalan dengan Sailah, Sailahterkejut dan jatuh kelenger pasalnya semua harta dan uang mereka habis untukkampanye sebelumnya, Sailah depresi serta jatuh sakit sampai dia tak kuat menerimakenyataan, Sailah menghembuskan nafas terakhirnya dipangkuan anaknya Minahkarena srangan jatung, bak terjatuh tertimpa tangga juga itulah pepatah yangpantas buat Karwo serta Minah, harta habis serta ditinggal wanita istri Karwoserta mak menurut Minah, berusaha tegar akan tetapi tidak bisa menampiknya, akhirnya Karwostres berat hingga dia tidak terkendali emosinya sampai menjadi 1/2 gilabahkan gila total. Minah tak memahami harus berbuat apa, seluruh harta orangtuanyatekuras habis, hingga ia galau apa yang harus ia makan, hingga memaksanyamencari pekerjaan,   karena beliau masihduduk dibangku Sekolah Menengah Atas, demi perutnya serta oleh ayah Minah sebagai pemulungmengumpulkan botol-botol plastik tidak pernah terbayang sebelumya dibenak Minahharus bercengkrama menggunakan bau busuk tong sampah dan botol-botol plastik bekas,ad interim dia pulang memulung beliau harus tega mengunci ayahnya yang kini giladidalam tempat tinggal sederhana lebih tepat bekas gudang penyimpanan barang-barangpeternakan satu-satunya kepemilikan Karwo yg tersisa pasca kegagalan dipemilukemarin.
            Ada setitik senyum pada bibirkeringnya, karung yg dia bawa hampir penuh menggunakan botol-botol plastik bekas,hari menjelang sore ia beristirahat disebuah tepi jalan, senyum sumbringahnyaterganti sang tekukan paras serta rintikan airmata, tak lain karena melihattempelan baliho serta stiker kampanye bergambar foto ayahnya yg sekarang tengah taktahu arah. Sudahlah fikir Minah pada hati, yg lalu tak bisa diputar kembalidunia ini tidak misalnya media pemutar musik yg sesuka hati dapat diputar ulang.
            Entah apalagi yang wajib minahkatakan pada yang kuasa, masihkah dia harus bersyukur?, lantaran ia mendapati ayahnyatak terdapat dirumah ayahnya kabur entah kemana, sebungkus nasi rames digenggamannyajatuh didepan pintu.
“Tuhan,dosa apa yang telah aku lakukan hingga kau aturan saya seperti ini, orangtuakubangkrut, ayahku gagal pemilu, ibuku meninggal, ayahku ggila kini ayahkuhhilang entah kemana? Harus bagaimana lagi aku memohon pertolonganmu ya tuhan”
            Minah terus mencari oleh ayahditengah kesebatangkaraannya, ternyata Tuhan masih memberikan rasa iba padaMinah gadis remaja yang tak memahami apa-apa dan masih polos itu, menggunakan memberikansesosok pria sebayanya yg bernama Rangga yang bisa dikatakan sebagaiteman dekat Minah, mereka saling senang akan tetapi tak saling menyampaikan, Ranggasetia membantu Minah mencari ayahnya sampai berminggu-mingguu lamanya, Ranggamennjadi sumber terciptanya senyum pada bibir Minah yang tak lagi merekah olehlipstik itu. Suatu waktu Karwo terlihat disebuah pasar sedang mengaisisisa-sisa dagangan para pedagang dipasar. Airmata lirih dada sesak itulah yangdialaminya saat melihat oleh ayah benar-sahih gila, Minah mencoba mengajakKarwo pulang tetapi usahanya tak berhasil hinggga beliau tetapkan hanya akanmenegok ayahnya kepasar itu buat mengusir gundah kesebatangkaraannya itu. Lainhal menggunakan kasus yg menimpa keluarganya, Minah jua misalnya remaja padaumumnya mencicipi jatuh cinta tepatnya jatuh cinta pada Rangga, tetapi lagi-laginasib tidak berpihak indah lagi padanya Rangga yg katanya mengasihi Minah ini,segera dijodohkan oleh orangtuanya, hingga tak ada asa bagi Minah untukmemiliki Rangga, apa lagi ini ya Tuhan?, pertanyaan hati Minah kepada sang Tuhan.
            Tapi ia tak kehabisan semangat untukterus menjalani hidup meski sebatang kara dirumahnya, Minah selalu menjawan“agu gak papa” atau aku ra popo ketika ditanya oleh famili jauhnya di Banten,sebenarnya ada impian untuk pulang kebanten menemui oleh nenek, akan tetapi apa maudikata  saat yg bengkok tak dapatdiluruskan.
            Melihat oleh ayah terlunta tidak jelasMinah mencoba membawa ayah sekaligus satu-satunya anggota keluarganya itupulang, namun Karwo meronta dan lari kejalan raya dan miris Karwo tertabrak trukbesar hingga tewas ditempat, dengan darah yg bercecram diaspal. Tangissejadi-jadinya diekpresikan Minah atas kesedihannya yg bertubi-tubi, dalambenkanya penuh pertanyaan, apakah dia wajib masih permanen bersyukur dalam Tuhan,masihkah ia berkata saya rapopo?


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel