BATU AKIK ISI POCONG

BATU AKIK ISI POCONG


Pengalaman ini adalah pengalaman yang tak akan pernah saya lupakan dalam hayati saya. Waktu itu aku masih kelas 6 Sekolah Dasar. Saat itu iqomah magrib sudah dikumandangkan dan ibu aku menyuruh saya buat lekas berangkat ke masjid buat sholat berjamaah.
'Nak, cepetan berangkat! Udah iqomah, nanti telat! Sana berangkat bareng kakak kamu!' perintah mak saya.
Setelah saya dengar perintah bunda aku , saya mendengar suara gerbang rumah ditutup serta aku menyadari bahwa saudara tertua saya sdah berangkat duluan ke masjid. Lalu aku tergesa-gesa buat segera berangkat menuju ke pintu keluar.
Di tempat tinggal saya, posisi pintu keluar ada pada ujung lorong, dan di sebelah kiri lorong masih ada ruang kerja ayah saya, kesimpulannya apabila mau keluar, harus melewati ruang kerja ayah aku tersebut. Ketika saya berjalan menyusuri lorong, aku mendengar suar derit kursi pada ruang kerja ayah aku seakan terdapat yang sedang mendudukinya. Saya berfikir bahwa itu saudara tertua saya, namun saya jangan lupa bahwa abang aku sudah berangkat duluan ke masjid. Karena penasaran, saya berlari menuju ruang kerja ayah aku dan aku melihat hal yg sangat mengerikan.
Sosok pocong duduk di kursi kerja ayah saya, pocong itu duduk membelakangi arah aku . Dia mengayunkan lehernya ke kanan dan ke arah kiri hingga aku menyadari bahwa bunyi derit kursi itu ternyata adalah ulah gerakan oleh pocong itu. Waktu itu saya tak sanggup berteriak ataupun beranjak, seakan saat sahih-sahih berhenti. Namun tidak lama kemudian, akhirnya saya berhasil bergerak serta aku langsung berlari keluar rumah menuju ke masjid. Ketika saya pulang berdasarkan masjid, pocong itu telah tidak terdapat di sana lagi, serta malamnya, saya minta mak saya menemani saya tidur.
Keesokan harinya, seseorang lelaki berumur lebih kurang 40 tahun datang ke rumah aku . Saya menyadari bahwa ia merupakan sahabat ayah saya.
'Ada yg mampu aku bantu pak?' tanya aku .
'Bapak ada dik?' tanyanya.
'Oh maaf pak, bapak baru pulang nganter anak ke sekolah,' jawabku.
'Oh jikalau gitu aku minta biar masuk ke ruang kerja bapak bentar ya dik, kemarin terdapat barang saya yang ketinggalan waktu ketemu bapak di ruang kerja,' ucapnya.
Kuperbolehkan dia masuk, lalu beberapa ketika kemudian dia keluar serta aku penasaran barang apa yg tertinggal di ruang kerja ayah saya.
'Oh ini dik, cincin batu aki' aku kemarin ketinggalan.'
Beberapa waktu kemudian aku tak pernah melihat pocong itu lagi di ruang kerja ayah aku , serta saya baru menyadari bahwa pocong itu sepertinya berhubungan dengan cincin sahabat ayah aku yg ketinggalan itu.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel