NELAYAN ACEH BANYAK YANG DI BAWAH GARIS KEMISKINAN
Monday, May 20, 2019
Edit
Setelah bencana tsunami yang meratakan sendi ekonomi aceh kini aceh kembali akan menciptakan daerah aceh lebih baik. Banyak potensi alam serta sumber daya ikan yang dimiliki pada wilayah aceh.
Selain memiliki dua samudera besar misalnya selat malaka dan lautan hindia. Peranan aceh wajib diperbesar karena menjadi wilayah perbatasan.
Selain memiliki dua samudera besar misalnya selat malaka dan lautan hindia. Peranan aceh wajib diperbesar karena menjadi wilayah perbatasan.
Kini mampu kita lihat syarat nelayan aceh yang jauh dari istilah sejahtera. Untuk pelabuhan ikan saja masih jauh menurut kata layak. Investor pula enggan buat masuk ke daerah aceh. Belum lagi wahana serta prasarana yang ada di aceh belum memiliki sumber daya insan yg mumpuni.
NELAYAN ACEH BANYAK YANG DI BAWAH GARIS KEMISKINAN
Perlu kerja keras menurut pemerintah pusat dan wilayah untuk mengakibatkan aceh lebih baik. Sektor perikanan nir luput dan masih membutuhkan sektor yang lain. Seperti sektor energi serta jalan.
Secara generik, daerah perairan Aceh ditentukan oleh persimpangan arus serta gerakan Samudera Hindia, Selat Malaka dan Laut China Selatan (LCS) yang berinteraksi pribadi memakai Pulau Sumatera, Semenanjung Malaka, Kepulauan Andaman dan Kepulauan Nikobar sebagai akibatnya memiliki kekayaan hayati kelautan & perikanan yg sangat akbar dan majemuk.
Berdasarkan statistik perikanan tangkap2019, Provinsi Aceh terletak pada Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 571 & 572 dengan total potensi kedua WPP mencapai 1.713.015 ton/tahun (571= 484.414 ton/tahun & 572= 1.228.601 ton/tahun).
Akan namun, berdasarkan hasil studi terdahulu, potensi perikanan tangkap Aceh mencapai 272,dua ribu ton/tahun, memakai taraf pemanfaatan pada tahun2019 sebanyak 165.778,80 ton atau mencapai 60,72% dari total potensi lestari.
Komoditas unggulan yang banyak terdapat dalam perairan Aceh merupakan jenis ikan pelagis besar & kecil misalnya tuna, tongkol, cakalang, tenggiri, kembung, layang, siro, serta tembang; ikan demersal contohnya kurisi, bawal putih, gulamah, kuro & udang; ikan karang misalnya kerapu, ekor kuning & ikan kakap; lobster, kepiting, rajungan & cumi-cumi jua menghiasi sepanjang perairan Aceh.
Selain itu, Aceh jua memiliki potensi perikanan budidaya yg besar , mencapai 55.896 ha (tidak termasuk potensi budidaya bahari) yg terdiri berdasarkan budidaya payau 50.691,70 ha, serta budidaya air tawar 5.204,3 ha (Aceh Dalam Angka2019).
Pada tahun2019, produktifitas perikanan budidaya pada provinsi Aceh masih sangat rendah (mayoritas tradisional). Dimana produktifitas perikanan budidaya payau (tambak) hanya sebesar 0,74 ton/ha, & produktifitas perikanan budidaya air tawar hanya 0,67 ton/ha buat media sawah & 5,40 ton/ha buat media kolam. Dengan demikian, peluang pengembangan perikanan tangkap dan perikanan budidaya masih sangat akbar pada Aceh.
Sayangnya, potensi kelautan dan perikanan Aceh belum dimanfaatkan secara optimal serta benar-benar-benar-sahih, padahal Aceh masih dihadapkan beberapa info & konflik pembangunan, misalnya nomor kemiskinan yang tinggi (859 ribu jiwa atau 17,11%), taraf pengangguran terbuka yang tinggi (9,93% & berada pada urutan pertama pada Indonesia), serta indeks pembangunan manusia yg rendah (berada pada urutan ke-13 berdasarkan 34 propinsi).
Dengan potensi dan posisi geoekonomi Aceh yang sangat strategis & memiliki keunggulan komparatif yg tinggi dalam bidang ekonomi kelautan serta begitu banyaknya info & permasalahan wilayah, maka ekonomi berbasis sumberdaya tadi merupakan keunggulan komparatif yg bisa ditransformasikan menjadi keunggulan kompetitif bagi kemajuan serta kesejahteraan Aceh secara berkelanjutan.