Pah bacakan untukku ya
Monday, May 20, 2019
Edit
"Pah, bacakan untukku, ya"
Pada suatu malam Budi, seorang eksekutif sukses,
seperti umumnya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang beliau bawa pergi ke tempat tinggal ,
karena keesokan harinya terdapat kedap umum yg sangat penting menggunakan para pemegang saham.
Ketika sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tadi,
Putrinya Jessica tiba mendekati, berdiri tepat pada sampingnya,
sambil memegang buku cerita baru.
Buku itu bergambar seorang peri kecil yg *imut*,
sangat menarik perhatian Jessica,
"Pa, liat!" Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya.
Budi menengok ke arahnya, sembari menurunkan kaca matanya.
Kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi
"Wah, buku baru ya, Jes?"
"Ya, Papa" Jessica berseri-seri karena merasa terdapat tanggapan menurut ayahnya. "
*Bacain* Jessi *dong*, Pa," pinta Jessica lembut.
"Wah Papa sedang sibuk sekali, jangan sekarang *deh*," sanggah Budi dengan cepat.
Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan pada depannya.
Jessica bengong. Tapi dia belum menyerah.
Dengan suara lembut serta sedikit manja ia balik merayu
"Pa, Mama bilang, Papa mau baca buat Jessi."
Budi mulai relatif kesal, "Jes, Papa sibuk, sekarang Jessi suruh Mama baca ya?"
"Pa, Mama *cibuk* terus. Nih, Papa *liat* gambarnya, lucu-lucu."
"Lain kali Jessica. Sana! Papa lagi banyak kerjaan!"
Budi berusaha memusatkan perhatiannya dalam lbr-lembar kertas tadi.
Menit demi mnt berlalu, Jessica menarik napas panjang serta permanen di situ,
berdiri pada tempatnya penuh harap, dan tiba-tiba beliau mulai lagi.
"Pa..., gambarnya cantik. Papa pasti suka ..."
"Jessica, PAPA BILANG, LAIN KALI!!" Budi membentaknya menggunakan keras.
Kali ini Budi berhasil, semangat Jessica mini terkulai, hampir menangis,
matanya berkaca-kaca dan beliau bergeser menjauhi ayahnya. "Iya, Pa. Lain kali ya, Pa?"
Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya,
ia memberikan buku cerita di pangkuan oleh Ayah. "Pa, kalau Papa terdapat saat,
Papa baca keras-keras ya Pa, agar Jessica bisa *denger*...."
Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa 2 pekan telah berlalu
namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi,
Buku cerita Peri *imut*, belum pernah dibacakan bagi dirinya.
Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras "Buukk..!!"
Beberapa tetangga melaporkan dengan histeris
bahwa Jessica mini terlindas tunggangan seorang pemuda mabok
yang melajukan kendaraannya dengan kencang di depan rumah Budi.
Tubuh Jessica mungil terentak beberapa meter.
Dalam keadaan yang begitu panik, ambulance didatangkan secepatnya,.
Selama bepergian menuju rumah sakit, Jessica kecil sempat mengatakan dengan begitu lirih
"Jessi takut Pa, Jessi takut Ma, Jessi sayang Papa-Mama."
Darah segar terus keluar berdasarkan mulutnya
hingga ia tidak tertolong lagi saat sesampainya di tempat tinggal sakit terdekat.
Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani Budi.
Tidak terdapat lagi ketika tersisa buat memenuhi sebuah janji.
Kini yang ada hanyalah penyesalan.
Permintaan oleh buah hati yg sangat sederhana pun nir dia penuhi.
Masih segar terbayang dalam ingatan Budi tangan kecil anaknya yang
memohon kepadanya buat membacakan sebuah cerita, sekarang sentuhan itu terasa sangat berarti sekali,
"...papa baca keras-keras ya Pa, supaya Jessica bisa dengar..."
Kata-kata Jessi itu mengiang kembali.
Sore itu setelah segalanya berlalu, yg tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati.
Canda serta riang Jessica kecil tidak akan terdengar lagi.
Budi mulai membuka kitab cerita peri *imut*
yang diambilnya perlahan berdasarkan onggokan mainan Jessica di pojok ruangan. Bukunya telah tidak baru lagi,
sampulnya sudah usang serta koyak.
Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya
seperti sebuah kenangan latif berdasarkan Jessica kecil.
Budi menguatkan hati, dengan mata yg berkaca-kaca beliau membuka halaman
pertama dan membacanya menggunakan sura keras.
Tampak sekali dia berusaha membacanya menggunakan keras.ia terus membacanya dengan keras-keras,
halaman demi laman, menggunakan berlinang air mata.
"Jessi, dengar Papa baca ya..."
Selang beberapa kata, hatinya memohon lagi
"Jessi, Papa mohon ampun, Nak.
Papa sayang Jessi.." Seakan setiap istilah pada bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya.
Tak kuasa menunda sakit itu, Budi bersujud serta menangis...,
memohon satu kesempatan lagi buat belajar mengasihi.
From : NN. For Pramukanet.
Pada suatu malam Budi, seorang eksekutif sukses,
seperti umumnya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang beliau bawa pergi ke tempat tinggal ,
karena keesokan harinya terdapat kedap umum yg sangat penting menggunakan para pemegang saham.
Ketika sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tadi,
Putrinya Jessica tiba mendekati, berdiri tepat pada sampingnya,
sambil memegang buku cerita baru.
Buku itu bergambar seorang peri kecil yg *imut*,
sangat menarik perhatian Jessica,
"Pa, liat!" Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya.
Budi menengok ke arahnya, sembari menurunkan kaca matanya.
Kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi
"Wah, buku baru ya, Jes?"
"Ya, Papa" Jessica berseri-seri karena merasa terdapat tanggapan menurut ayahnya. "
*Bacain* Jessi *dong*, Pa," pinta Jessica lembut.
"Wah Papa sedang sibuk sekali, jangan sekarang *deh*," sanggah Budi dengan cepat.
Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan pada depannya.
Jessica bengong. Tapi dia belum menyerah.
Dengan suara lembut serta sedikit manja ia balik merayu
"Pa, Mama bilang, Papa mau baca buat Jessi."
Budi mulai relatif kesal, "Jes, Papa sibuk, sekarang Jessi suruh Mama baca ya?"
"Pa, Mama *cibuk* terus. Nih, Papa *liat* gambarnya, lucu-lucu."
"Lain kali Jessica. Sana! Papa lagi banyak kerjaan!"
Budi berusaha memusatkan perhatiannya dalam lbr-lembar kertas tadi.
Menit demi mnt berlalu, Jessica menarik napas panjang serta permanen di situ,
berdiri pada tempatnya penuh harap, dan tiba-tiba beliau mulai lagi.
"Pa..., gambarnya cantik. Papa pasti suka ..."
"Jessica, PAPA BILANG, LAIN KALI!!" Budi membentaknya menggunakan keras.
Kali ini Budi berhasil, semangat Jessica mini terkulai, hampir menangis,
matanya berkaca-kaca dan beliau bergeser menjauhi ayahnya. "Iya, Pa. Lain kali ya, Pa?"
Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya,
ia memberikan buku cerita di pangkuan oleh Ayah. "Pa, kalau Papa terdapat saat,
Papa baca keras-keras ya Pa, agar Jessica bisa *denger*...."
Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa 2 pekan telah berlalu
namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi,
Buku cerita Peri *imut*, belum pernah dibacakan bagi dirinya.
Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras "Buukk..!!"
Beberapa tetangga melaporkan dengan histeris
bahwa Jessica mini terlindas tunggangan seorang pemuda mabok
yang melajukan kendaraannya dengan kencang di depan rumah Budi.
Tubuh Jessica mungil terentak beberapa meter.
Dalam keadaan yang begitu panik, ambulance didatangkan secepatnya,.
Selama bepergian menuju rumah sakit, Jessica kecil sempat mengatakan dengan begitu lirih
"Jessi takut Pa, Jessi takut Ma, Jessi sayang Papa-Mama."
Darah segar terus keluar berdasarkan mulutnya
hingga ia tidak tertolong lagi saat sesampainya di tempat tinggal sakit terdekat.
Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani Budi.
Tidak terdapat lagi ketika tersisa buat memenuhi sebuah janji.
Kini yang ada hanyalah penyesalan.
Permintaan oleh buah hati yg sangat sederhana pun nir dia penuhi.
Masih segar terbayang dalam ingatan Budi tangan kecil anaknya yang
memohon kepadanya buat membacakan sebuah cerita, sekarang sentuhan itu terasa sangat berarti sekali,
"...papa baca keras-keras ya Pa, supaya Jessica bisa dengar..."
Kata-kata Jessi itu mengiang kembali.
Sore itu setelah segalanya berlalu, yg tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati.
Canda serta riang Jessica kecil tidak akan terdengar lagi.
Budi mulai membuka kitab cerita peri *imut*
yang diambilnya perlahan berdasarkan onggokan mainan Jessica di pojok ruangan. Bukunya telah tidak baru lagi,
sampulnya sudah usang serta koyak.
Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya
seperti sebuah kenangan latif berdasarkan Jessica kecil.
Budi menguatkan hati, dengan mata yg berkaca-kaca beliau membuka halaman
pertama dan membacanya menggunakan sura keras.
Tampak sekali dia berusaha membacanya menggunakan keras.ia terus membacanya dengan keras-keras,
halaman demi laman, menggunakan berlinang air mata.
"Jessi, dengar Papa baca ya..."
Selang beberapa kata, hatinya memohon lagi
"Jessi, Papa mohon ampun, Nak.
Papa sayang Jessi.." Seakan setiap istilah pada bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya.
Tak kuasa menunda sakit itu, Budi bersujud serta menangis...,
memohon satu kesempatan lagi buat belajar mengasihi.
From : NN. For Pramukanet.