Pramuka SIT

Pramuka SIT

Catatan Kembaranas2019

Posted: 18 Nov2019 06:40 PM PST

Kembara Nasional SAKO Pramuka SIT Indonesia

Kegiatan ini dilaksanakan di Ujung Kulon Banten 30 Sept-04 oktober2019 lalu. Kembaranas di ikuti oleh 66 penegak SMAIT seluruh Indonesia. Yang menarik dari kegiatan ini adalah pembekalan sebelum berangkat ke Ujung Kulon berupa Gladian di Pusdiklatnas Pramuka  Cibubur berupa Wawasan Kebangsaan dari salah satu tokoh Pemuda Nasional dan anggota DPR RI Mustafa Kamal. Materi Basic Survival dihutan dan dipantai dipandu oleh Kak Fauzi Nahdi sebagai Ka. Div Bina Muda Pinsakonas Pramuka SIT dilanjutkan dengan Motivasi dan Teknik Komunikasi Massa oleh Kak Fikri selaku Ketua Pinsakonas Pramuka SIT.


Tantangan dimulai manakala peserta harus berangkat menggunakan bis kecil tengah malam menuju Ujung Kulon sepanjang malam sampai siang hari.
Tidak perlu lama peserta serta panitia beristirahat yg kemudian mendapat wejangan spesial berdasarkan petugas daerah cagar alam Ujung Kulon mengenai kelestarian lingkungan cagar alam Ujung Kulon terutama Banteng Liar dan Badak Bercula Satu satwa langka spesial Indonesia. 

Pengembaraan pun dimulai waktu menyebrang dengan tiga perahu mini menuju Pulau Peucang selama 3 jam bepergian laut. Apatah dikata sampai di Pulau Peucang ternyata awal malam sdh tiba. Rombongan langsung mempraktekan teknik Survival dgn menciptakan bivak sebagai tenda darurat pada pinggir pantai, angin pantai yg keras tidak menyurutkan setiap sangga bahu membahu membuat tenda. Rasa lelahpun mempercepat peserta untuk segera masak dan makan malam. Tetapi aroma kuliner peserta mampu menarik penciuman para penghuni pulau, satu persatu ada babi hutan yg lalu diiringi rusa yg mengincar makanan peserta. Kehebohanpun terjadi manakala peserta serta panitia wajib mengusir kelompok binatang tadi. Semakin malam semakin seru, akan tetapi akhirnya peserta kewalahn hanya sanggup bertahan di bivaknya masing-masing sambil mengamankan perbekalan. Kembali rasa lelah serta angin kencang akhirnya membuat kami terbuai lelap tidur.
Pagi pukul 04.00 hampir semua peserta telah berada pada lapangan untuk sholat tahajud dilanjutkan dengan sholat Shubuh berjamaah, kultum serta dzikir Ma'tsurat. Pagi itu kita wajib segera bergegas packing alat-alat membuat masakan sarapan masing-masing sangga. Karena jika terlambat dan tidak awas diri penghuni pulau lain segera berdatangan, ya segerombolan monyet mini mengicar apa saja yg mampu mereka rebut dari kami. Kehebohanpun terjadi pulang sesudah beberapa simpanse berhasil merampas perbekalan, seru dan lucu jadinya karena mereka mungkin mengangap kami penyedia makanan perdeo apalagi dimusim panas yang kuliner mereka relatif langka.
Pengembaraan berlanjut melintasi hutan Pulau Peucang sampai ke Karang Copong. Satu persatu setiap sangga menikmati pemandangan pantai yg mengarah ke laut selatan sekaligus selat Sunda sembari mendapatkan taujih mengenai kebesaran Allah atas ciptaanNya oleh para Pembina mereka.
Rasanya tidak puas berada di Karang Copong tapi kami harus segera melintasi Pulau serta balik ke Pulau Jawa. Kapal merapat di Cibom tempat pengembalaan Banteng Liar, sepintas kami lalui karena hari telah siang dan kami wajib mengembara melewati hutan Ujung Kulon. Semangat serta kekompakan menyatu dalam kekuatan disetiap diri-diri kami, saling membantu sesama serta mawas diri jua segala keterampilan serta pemahaman kepramukaan ternyata berguna besar dalam pengembaraan ini. Selalu bersiap siaga lantaran melintasi hutan belantara diantara tapak-tapak binatang liar semisal ular, serangga, badak dan banteng liar.
Tepat di tengah hutan disekitar loka satu-satunya asal air yang sanggup diminum kami melepas lelah dgn sholat serta masak  makan siang. Semangat kami membara kembali seakan pada charge menggunakan sholat dan makan siang yang hampir sore. Medan pengebaraan semakin menantang, jalan menyempit diantara pepohonan serta jurang, menaiki bukit terjal, menuruni lembah curam, melintasi sungai dan itu kami lewati menggunakan tas ransel dipunggung. Deburan ombak sayup terdengar diantara bukit-bukit terjal yg kami daki menjadikan semangat makin menggelora mengalahkan letih dan luka-luka ukiran tumbuhan berduri sepanjang perjalanan. Tepat pukul 17.00 sangga terakhir hingga pada ujung pantai indah tidak terlupakan. Deburan ombak pantai selatan menghampar luas lautan Hindia dan pantai Karang memberikan pandangan keajaiban ciptaan Allah.  Tak kuasa menunda haru campur gembira atas keindahan alam membuat kami terbuai dengan foto-foto selfie. Subhanallah.
Malam menjelang kamipun harus balik kepenghambaan ibadah kepada Rabb yang Maha Agung. Sholat berjamaah kultum dan dzikir mengingat Allah. Bagi kami ini waktu yg tepat buat mempraktekan pengetahuan survival pada pantai, masak rimba, menciptakan bivak serta menciptakan acara ukhuwah persaudaraan. Malam persaudaraanpun digelar menggunakan sederhana dibentuk serta direncanakan langsung oleh para peserta tanpa bantuan Pembinanya. 

Deburan Ombak Samudera Hindia seakan menina bobokan kami, tapi pukul 2 pagi kami hrs segera berkemas kembali. Bongkar bivak, masak buat sarapan lalu berwudhu dgn air payau,  bersegera sholat tahajud, sholat Shubuh, kultum dan dzikir Ma'tsurat. Pukul 5 pagi diantara remang-remang menjelang pagi kami mengatur diri berbanjar melintasi pantai ujung bahari selatan diiringi deburan ombak yg menenerpa dinding-dinding karang tegar sedalam 10-20 meter ke bawah pantai.
Setelah komitmen beserta dan mencanangkan lating kegiatan menggunakan nama Badai Rimba Selatan (BRS) kami pun bertolak pulang mengembara melintasi hutan serta pengembalaan Banteng Liar menapaki jejak-jejak Badak Jawa. Setelah melewati lima jam perjalanan menembus Rimba kamipun tiba pulang di Cibom dan mempraktekkan persiapan survival bahari, sampai kapal menjemput kami. Perjalanan bahari selama 4 jam kami lampaui dgn istirahat serta menikmati estetika laut sepanjang perjalanan.
Pukul 15.30 kami tiba di Taman Jaya tempat 2 hari yang lalu kami transit ke Pulau Peucang, disambut sang para Penggalang yang sengaja berlatih pramuka dan melakukan kegiatan Persami bersama kami. Segar saat sanggup mandi dengan air higienis sehabis 3 hari menundanya. 

Sambutan meriah juga datang dari Kak Sukro Muhab selaku Andalan Nasional Kwarnas Gerakan Pramuka yg diiringi para pengurus Pinsakonas Pramuka SIT beserta Ka. Kwaran Sumur. Malam itu cukup meriah karena kami bisa berkumpul bersama masyarakat dan adik-adik penggalang Kwaran Sumur. Saling berbagi sesama saudara dengan memberikan santunan berupa sembako, kornet qurban, buku tulis dan pencil.
Pada malam kebersamaan ini pula diberikan scraft Kembaranas, sertifikat serta 7 badge kelulusan Kembaranas ,  Tigor (Tiska Gotong royong) sedang penyematan wing pengembaraan diberikan di Pangkalan Sekolah masing-masing.

Esok harinya, di Taman Jaya seakan waktu tidak ingin berlalu begitu saja. Kegiatan berikutnya adalah penanaman pohon Butun di sepanjang pesisir Ujung Kulon bukti bahwa Pramuka SIT peduli akan lingkungan dengan menanam pohon Butun sebagai upaya mencegah abrasi air laut yang terus merangsek ke pemukiman penduduk.
Siang itu rasanya kaki berat meninggalkan Ujung Kulon dengan segala kenangan usaha hayati pada alam terbuka, pengembaraan siang serta malam, ukhuwah kebersamaan sesama penegak menurut aneka macam wilayah Nusantara. Tugas Berat menanti dihadapan serta kami siap memikulnya lantaran nyatanya merupakan "Kamilah Indonesia".


Salam Pramuka…!!!

You are subscribed to email updates from Pramuka SIT.
To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. Email delivery powered by Google Google Inc., 1600 Amphitheatre Parkway, Mountain View, CA 94043, United States

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel